Selamat pagi, siang, sore, dan malam buat Agan dan Aganwati di manapun berada! Tidak terasa, ya bulan Ramadhan akan segera berakhir. Padahal rasanya seperti baru kemarin kita melaksanakan sahur pertama, sholat tarawih pertama, dan berbuka puasa untuk yang pertama. Waktu memang berlalu begitu cepat tak terkecuali di bulan yang suci ini. Sebagai seorang muslim yang bertakwa, kita tentu bersedih dengan kenyataan ini, bukan! Namun, selayaknya seorang atlet pelari menjelang finish, kita juga tentu tidak ingin melewatkan momen 10 hari terakhir bulan Ramadhan ini, bukan..!
Nah! Berbicara mengenai penghujung bulan Ramadhan, kali ini TS akan berbagi info seputar beberapa kegiatan yang sudah turun-temurun ada dan masih dilestarikan di Indonesia menjelang atau saat memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Apa saja?
Quote:
1. Malam Selikuran
Spoiler for malam selikuran:
gambar: http://bit.ly/2JhwV2B
Merupakan tradisi asli Kasunan Surakarta (Solo) yang rutin diselenggarakan dengan menggelar kirab setiap malam ke-21 bulan Ramadhan setiap tahunnya.
Tradisi Malam Selikuran sudah ada sejak Kerajaan Demak, dan dilanjutkan oleh Kerajaan Pajang, Mataram, dan Kartasura untuk menyambut Lailatul Qadar, yang dalam kepercayaan Islam merupakan malam paling agung karena kemuliaannya sama dengan 1.000 bulan.
2. Tradisi "Likuran"
Spoiler for likuran:
gambar: http://bit.ly/2LvhS25
Merupakan tradisi yang lahir dan dikenal di kalangan masyarakat Cilegon. Biasanya sekitar pukul 20.30 WIB, beberapa anak remaja berkeliling kampung dengan menyuarakan kalimat, "Bapak-bapak, Ibu-ibu, Saiki malem Telu Likur, CULEEEEEM….CULEEEEM….CULEEEEM". Berulang kalimat itu diucapkan agar mereka yang berada di rumah bisa mendengar dengan harapan banyak warga yang memberikan "Sedekah" berupa makanan atau minuman untuk dibawa ke Masjid dan didoakan bersama-sama Para Sepuh yang sudah menunggu di Pendopo Masjid sambil selonjoran sebelum disantap bersama-sama.
Biasanya, bapak/ibu yang mendengar Uar-Uar tadi akan menanyakan kepada seluruh anggota keluarga. Siapa yang Hari Kelahirannya jatuh pada malam itu, maka disiapkanlah beberapa makanan dan minuman untuk disedekahkan dengan harapan yang bersangkutan diberikan Umur Panjang dan Keberkahan dalam menjalani Kehidupannya.
CULEM yang disuarakan oleh anak-anak remaja tadi adalah kependekan dari " munCUL maLEM" atau dimaksudkan kepada mereka yang lahir di malam itu.
3. Malam "Isi" dan "Kosong"
Spoiler for malam isi dan kosong:
gambar: http://bit.ly/2JlCyg8
Tradisi ini dapat kita jumpai salah satunya di Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor.
Malam isi merupakan malam di hari genap dalam sepuluh hari terakhir Ramadan. Seperti hari ke-20, ke-22 dan seterusnya. Pada malam-malam tersebut selalu diadakan 'Ngariung' usai shalat tarawih. Selesai tarawih kaum adam Kampung Bagoang tidak langsung pulang ke rumah. Melainkan duduk bersila di teras masjid dan menggelar zikir bersama. Di setiap malam isi, warga terutama ibu-ibu membuat makanan lebih banyak.
Sedangkan malam kosong merupakan malam ganjil dalam 10 hari terakhir Ramadan. Seperti hari ke-21, ke-23 dan seterusnya. Pada malam itu tidak ada tradisi ngariung. Kegiatan ibadah usai tarawih langsung dilanjutkan dengan tadarus Alquran.
4. Selamatan Jawa
Spoiler for selamatan jawa:
gambar: http://bit.ly/2JhwV2B
Bagi orang Jawa, mereka akan selalu rutin melakukan tradisi ini. Acara selamatannya sendiri macam-macam, tapi seringnya adalah mengantarkan makanan-makanan atau kalau dalam bahasa setempat disebut Berkat ke tetangga-tetangga.
Hari ke 21 Ramadhan biasanya ditandai dengan hilangnya witir dalam rangkaian sholat tarawih. Umumnya witir akan dilaksanakan khusus pada malam hari atau yang disebut Maleman. Nah, biasanya keesokan harinya sudah mulai banyak orang yang akan mengirimkan hantaran-hantaran.
Hari ke 21 adalah awal dari sepuluh terakhir bulan Ramadhan, dan menurut orang-orang, ini adalah hari dimana seseorang bisa mendapatkan pahala dibebaskan dari api neraka (inkum minannar kalau dalam bahasa Arab). Makanya dilakukan hantaran-hantaran agar semakin berkah dan diampuni.
5. Saji Maleman
Spoiler for saji maleman:
gambar: http://bit.ly/2LwGeIC
Tradisi yang berasal dari Keraton Kasepuhan Cirebon ini dikenal dengan nama saji maleman. Ditandai dengan penyalaan dlepak dan pembakaran ukup setiap malam tanggal ganjil selepas Maghrib. Dlepak merupakan piring yang terbuat dari tembikar dan diisi dengan minyak maleman untuk menyalakan sumbu dari kapas yang sudah dipilin. Sedangkan ukup adalah wewangian yang dibuat dari campuran pohon cendana, akar wangi, gula merah, sejumlah rumput kering, dan rempah-rempah.
Umat Islam diingatkan untuk lebih banyak terjaga (tidak tidur) pada malam hari untuk menyambut malaikat turun ke bumi membawa rahmat. Umat Islam pun harus memperbanyak ibadah dan diharapkan memiliki hati yang bersih dan terang. Dengan cara itu, maka bisa menebarkan keharuman atau manfaat bagi banyak orang.
6. Penyelenggaraan Pasar Bandeng
Spoiler for pasar bandeng:
gambar: http://bit.ly/2Jn0AY7
Ada satu tradisi unik yang dimiliki Kota Gresik, Jawa Timur menjelang berakhirnya Ramadan. Yakni penyelenggaraan Pasar Bandeng yang berlangsung pada malam 27 hingga malam 28 Ramadan.
Berdasarkan catatan sejarah, asal mula kehadiran Pasar Bandeng untuk memenuhi kebutuhan para santri Sunan Giri di Pondok Pesantren Giri Kedaton, atau yang saat ini dikenal dengan Desa Sidomukti, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Kala itu olahan bandeng menjadi khas Gresik sehinngga banyak santri yang memilih panganan ini untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh keluarga.
Masih ada banyak lagi tradisi asli Nusantara memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan yang mungkin masih belum pernah terekspos .Bahkan beberapa sudah ada yang punah! Sudah semestinya kita ikut menjaga dan melestarikan budaya asli kita tersebut.
Bulan Ramadhan memang segera usai, namun jangan dengan amal kebaikan kita, Gan! Terus semangat untuk menjalaninya! Semoga di tahun yang akan datang kita masih dipertemukan dengan Ramadhan kembali.