Haruskah bersedih merana hingga nagis darah, bila THR tiada berjumpa ?
Tuesday, June 5, 2018
THR menjadi angin kabar menyenangkan tentunya bagi semua yang mendapat kan itu. Dana segar tunjangan hari raya 2018 sudah meluncur ke nomor rekening masing masing. Jumlah gaji plus total tunjangan perbulan meluncur sebagai tambahan menambah kemeriahan lebaran.
Hal yang berbeda bila kita sudah berada di lain posisi. Bukan sebagai karyawan atau pekerja disebuah kantor instansi pemerintah maupun perusahaan swasta. THR menjadi sebuah renungan ratapan bahkan tekanan yang harus di persiapkan untuk di hadapi jauh jauh hari. Menyiapkan dan menyiasati strategi seputar THR itu di lakukan sedemikan dan setempat mungkin.
Mari kita simak THR di mata beberapa posisi yang tidak mendapatkan nya, posisi posisi tersebut adalah sebagai berikut;
1. Pengangguran
Bagi yang sudah dewasa, selesai sekolah, sudah menamatkan jenjang pendidikan nya, dari sederajat SLTA hingga sarjana, namun belum bekerja, ga punya gaji bulanan, tentu saja tak dapat memperoleh yang namanya dana THR. Masih bisa dapat bagian dari THR , bila teman, rekan , saudara atau sanak familinya yang bernasib lebih baik atau sudah bekerja mau berbagi keceriaan thrnya. Pada umumnya begitu.
2. Wiraswasta
Bagi para pelaku usaha mandiri, baik kelompok maupun perseorangan, dari wiraswasta, wiraniaga, wiramitra hinga wirawiri kesana kemari dan lain sebagainya tentu berbeda tanggapan dan penanggulangan menghadapi kencangkan hembusan angin THR.
* Bagi wiraswasta, terutama yang memiliki karyawan, tentu yang dilakukan adalah kebalikan nya dari keadaan orang orang yang bekerja. Wiraswasta yang memiliki karyawan maka dituntut untuk membayarkan tunjangan tuntutan hari raya kepada para karyawannya. Nah strategi pengaturan finansial disini yang harus cermat dan harus dirinci setempat mungkin ketika menyusun perencanaan anggaran tahunan untuk usaha yang di jalani.
* Bagi wiraniaga atau orang yang bergerak dalam bidang perdagangan, dari yang berada dalam naungan korporasi maupun yang single fighter atau solo niaga, tentu saja THR bukanlah sesuatu yang menggembirakan dan harus didapatkan. Walaupun terkadang mitra usaha yang bekerjasama ada kalanya mengeluarkan kebijakan bonus hiburan sebagai pengganti duka hidup menyambut lebaran tanpa THR. Seorang wiraniaga yang terbiasa dengan ini tentu saja mesti cermat mengatur keuangan, sehingga orang orang tercinta, yaitu keluarga, anak istri sanak saudara tetap mendapatkan rasa nikmat perayaan lebaran.
* Bagi wiramitra, atau FreeLancer, tentu saja THR bukanlah suatu ketentuan yang mesti didapatkan. Ini sudah di sadari selagi berani mengambil tindakan menekuni profesi serupa ini. Walaupun ada kalanya, para wiramitra, saat menjelang perayaan lebaran atau hari raya, biasanya mendapatkan job ekstra yang bayaran nya juga lebih besar dari waktu normal atau hari hari biasa saja.
* Bagi para wirawiri, ini juga mendapatkan nasib serupa dengan poin bintang yang ada dalam catatan thread kali ini. Pelaku Wira Wiri dibilang pengangguran tapi punya penghasilan. Di bilang pengusaha tapi tidak punya usaha tetap yang memiliki penghasilan dengan besaran konstan. Namun tetap ada saja rejekinya. Profesi sebagai tenaga wirawiri tepatnya bisa dibilang sebagai pekerja lepas atau bisa juga mitra usaha tak terikat ataupun bisa pula di sebut karyawan serabutan. Ada banyak lagi mungkin istilahnya
Pertukaran kebutuhan membuat semua bisa ceria. Karyawan yang mendapatkan THR punya kebutuhan. Wiraswasta yang harus mengeluarkan dana THR tentu cermat melihat peluang itu. Wiraswasta niaga yang cermat membaca keadaan akan menyediakan jasa ataupun barang untuk memenuhi kebutuhan pemegang dana yang mendapatkan THR. Wirawiri yang jeli tentu harus bisa memposisikan dirinya dimana titik yang bisa mendapatkan penghasilan.
Manusia memiliki keterbatasan, keterbatasan satu individu bisa di penuhi oleh personal lainnya, dengan imbal jasa. Dan ketentuan ini yang membuat kita sebagai manusia harus bersosialisasi dan terjadilah transaksi. Dengan adanya hal serupa ini dalam tatanan kehidupan kita bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka pergerakan putaran roda perekonomian terjadi.
Dari sisi yang sedikit berbeda kita bisa melihat pemaknaan tunjangan hari raya di perayaan lebaran 2018 ini. Dapat atau tidak, besar atau kecil dan lainnya, Sebetulnya tergantung dari kita sendiri. Ada di posisi manakah kita saat ini, dan akan mengambil posisi di mana lagi kita di waktu yang akan datang nanti.
Jadi bagi yang tidak dapat menikmati indahnya dapat THR dan justru harus bergelut memenuhi tuntutan tunjangan hari raya orang orang yang kita cintai, kecermatan dan keuletan usaha itu salah satu jalannya. Seperti halnya TS yang sejak 2012 berani keluar dari pekerjaan yang punya penghasilan tetap dan mengambil posisi wirawiri.
Jadi, haruskah berkecil hati, bersedih, berduka merana gundah gulana, hanya karena tak dapat THR hari ini,?. Tentu saja jawabnya tidak perlu itu. Hidup itu bukan untuk waktu kali ini saja. Jika kali ini kita ceria dengan kelimpahan rezeki yang ada maka bijaksana lah menggunakannya. Dan sebaliknya jika kelimpahan rezeki belum menghampiri kali ini maka bersabarlah dan lakukan beberapa langkah perbaikan untuk kedepan.
Quote:
Hal yang berbeda bila kita sudah berada di lain posisi. Bukan sebagai karyawan atau pekerja disebuah kantor instansi pemerintah maupun perusahaan swasta. THR menjadi sebuah renungan ratapan bahkan tekanan yang harus di persiapkan untuk di hadapi jauh jauh hari. Menyiapkan dan menyiasati strategi seputar THR itu di lakukan sedemikan dan setempat mungkin.
Quote:
Mari kita simak THR di mata beberapa posisi yang tidak mendapatkan nya, posisi posisi tersebut adalah sebagai berikut;
1. Pengangguran
Quote:
Bagi yang sudah dewasa, selesai sekolah, sudah menamatkan jenjang pendidikan nya, dari sederajat SLTA hingga sarjana, namun belum bekerja, ga punya gaji bulanan, tentu saja tak dapat memperoleh yang namanya dana THR. Masih bisa dapat bagian dari THR , bila teman, rekan , saudara atau sanak familinya yang bernasib lebih baik atau sudah bekerja mau berbagi keceriaan thrnya. Pada umumnya begitu.
2. Wiraswasta
Quote:
Bagi para pelaku usaha mandiri, baik kelompok maupun perseorangan, dari wiraswasta, wiraniaga, wiramitra hinga wirawiri kesana kemari dan lain sebagainya tentu berbeda tanggapan dan penanggulangan menghadapi kencangkan hembusan angin THR.
* Bagi wiraswasta, terutama yang memiliki karyawan, tentu yang dilakukan adalah kebalikan nya dari keadaan orang orang yang bekerja. Wiraswasta yang memiliki karyawan maka dituntut untuk membayarkan tunjangan tuntutan hari raya kepada para karyawannya. Nah strategi pengaturan finansial disini yang harus cermat dan harus dirinci setempat mungkin ketika menyusun perencanaan anggaran tahunan untuk usaha yang di jalani.
* Bagi wiraniaga atau orang yang bergerak dalam bidang perdagangan, dari yang berada dalam naungan korporasi maupun yang single fighter atau solo niaga, tentu saja THR bukanlah sesuatu yang menggembirakan dan harus didapatkan. Walaupun terkadang mitra usaha yang bekerjasama ada kalanya mengeluarkan kebijakan bonus hiburan sebagai pengganti duka hidup menyambut lebaran tanpa THR. Seorang wiraniaga yang terbiasa dengan ini tentu saja mesti cermat mengatur keuangan, sehingga orang orang tercinta, yaitu keluarga, anak istri sanak saudara tetap mendapatkan rasa nikmat perayaan lebaran.
* Bagi wiramitra, atau FreeLancer, tentu saja THR bukanlah suatu ketentuan yang mesti didapatkan. Ini sudah di sadari selagi berani mengambil tindakan menekuni profesi serupa ini. Walaupun ada kalanya, para wiramitra, saat menjelang perayaan lebaran atau hari raya, biasanya mendapatkan job ekstra yang bayaran nya juga lebih besar dari waktu normal atau hari hari biasa saja.
* Bagi para wirawiri, ini juga mendapatkan nasib serupa dengan poin bintang yang ada dalam catatan thread kali ini. Pelaku Wira Wiri dibilang pengangguran tapi punya penghasilan. Di bilang pengusaha tapi tidak punya usaha tetap yang memiliki penghasilan dengan besaran konstan. Namun tetap ada saja rejekinya. Profesi sebagai tenaga wirawiri tepatnya bisa dibilang sebagai pekerja lepas atau bisa juga mitra usaha tak terikat ataupun bisa pula di sebut karyawan serabutan. Ada banyak lagi mungkin istilahnya
Pertukaran kebutuhan membuat semua bisa ceria. Karyawan yang mendapatkan THR punya kebutuhan. Wiraswasta yang harus mengeluarkan dana THR tentu cermat melihat peluang itu. Wiraswasta niaga yang cermat membaca keadaan akan menyediakan jasa ataupun barang untuk memenuhi kebutuhan pemegang dana yang mendapatkan THR. Wirawiri yang jeli tentu harus bisa memposisikan dirinya dimana titik yang bisa mendapatkan penghasilan.
Manusia memiliki keterbatasan, keterbatasan satu individu bisa di penuhi oleh personal lainnya, dengan imbal jasa. Dan ketentuan ini yang membuat kita sebagai manusia harus bersosialisasi dan terjadilah transaksi. Dengan adanya hal serupa ini dalam tatanan kehidupan kita bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka pergerakan putaran roda perekonomian terjadi.
Dari sisi yang sedikit berbeda kita bisa melihat pemaknaan tunjangan hari raya di perayaan lebaran 2018 ini. Dapat atau tidak, besar atau kecil dan lainnya, Sebetulnya tergantung dari kita sendiri. Ada di posisi manakah kita saat ini, dan akan mengambil posisi di mana lagi kita di waktu yang akan datang nanti.
Jadi bagi yang tidak dapat menikmati indahnya dapat THR dan justru harus bergelut memenuhi tuntutan tunjangan hari raya orang orang yang kita cintai, kecermatan dan keuletan usaha itu salah satu jalannya. Seperti halnya TS yang sejak 2012 berani keluar dari pekerjaan yang punya penghasilan tetap dan mengambil posisi wirawiri.
Quote:
Jadi, haruskah berkecil hati, bersedih, berduka merana gundah gulana, hanya karena tak dapat THR hari ini,?. Tentu saja jawabnya tidak perlu itu. Hidup itu bukan untuk waktu kali ini saja. Jika kali ini kita ceria dengan kelimpahan rezeki yang ada maka bijaksana lah menggunakannya. Dan sebaliknya jika kelimpahan rezeki belum menghampiri kali ini maka bersabarlah dan lakukan beberapa langkah perbaikan untuk kedepan.
:nyantai
Untuk sementara sekian dahulu dan sampai jumpa