Ikan Arapaima Raksasa Ditemukan di Sidoarjo, Kok Malah Dibiarkan Mati?



Arapaima Gigas adalah ikan raksasa asal Perairan Amazon, yang keberadaannya disebut langka. Baru-baru ini ditemukan dan ditangkap warga Sidoarjo. Namun, ikan ini dibiarkan mati. 


Seekor Ikan Arapaima Gigas raksasa yang besarnya seukuran orang dewasa ditemukan warga desa Mliriprowo, Kecamatan Tarik, Sidoarjo, Jawa Timur. 


Ikannya ditemukan di Sungai Mbocok ini, sempat dilepaskan kembali ke sungai setelah ditangkap warga. Namun kemudian ditangkap lagi oleh warga lainnya. 


Ikan ini beratnya sekitar 30 kilogram dengan panjang sekitar 1,58 meter.


Mendengar berita ini, LSM pemerhati lingkungan, Ecoton, langsung mengunjungi lokasi. Andreas Agus Kristanto Nugroho, sebagai seorang Education Program Ecoton, menyebutkan bahwa ikan yang ditemukan tersebut adalah Ikan Arapaima Gigas, jenis ikan asli Brasil, Peru.


Dilansir dari situs facts-about.info, Arapaima berasal dari lembah sungai Amazon dan anak-anak sungainya. Jangkauannya mencakup negara-negara seperti Peru, Guyana, dan Brasil.


Arapaima Gigas, atau yang juga dikenal dengan nama pirarucu di Brasil, adalah seekor ikan spesies arapaima yang hidup di Sungai Amazon. Penduduk asli Amazon, ada yang mendistribusikan ikan ini ke sejumlah wilayah Spesies ini termasuk dalam deretan ikan terbesar dalam habitat air tawar. 


Arapaima adalah ikan karnivora yang memakan ikan-ikan lainnya, krustasea, katak, dan burung yang berada dekat permukaan air. Sedangkan arapaima yang masih muda hanya memakan serangga dan larva ikan sampai Ia benar-benar dewasa.


Uniknya, Arapaima menghirup udara bebas dari atas permukaan air. Arapaima akan berenang ke permukaan untuk mendapatkan oksigen. Mereka memiliki paru-paru primitif yang memungkinkan mereka untuk menghirup udara dari permukaan, serta insang yang memungkinkan mereka untuk bernapas di bawah air. Tubuh mereka telah beradaptasi dengan rendahnya kadar oksigen di habitat mereka.




Arapaima dewasa bisa mencapai berat 200 kg, dengan panjang sekitar 4.5 m. Ukurannya terus berkurang di habitat aslinya karena pengaruh pemancingan yang berlebihan.


Dari fakta yang dikumpulkan, belum ditemukan adanya bukti Ikan Arapaima memakan manusia. Dalam wawancara dengan Jeremy Wade pada situs Animal Planet, Ia menyebutkan kalau Arapaima enggak akan menggigit atau memakan manusia, tapi tubuhnya yang besar dan siripnya yang tajam, tetap bisa membunuh manusia. Bila tidak berhati-hati saat menangkapnya, menangkap ikan besar seperti ini bisa menimbulkan konsekuensi fatal. 


Justru, yang memangsa Ikan Arapaima adalah manusia, dan bukan sebaliknya. Ikan ini ditangkap dan dimakan oleh manusia. Karena ikan ini membutuhkan berenang ke permukaan air untuk bernapas, itu membuatnya menjadi target para manusia pemancing ikan. Arapaima menjadi sumber makanan tradisional bagi penduduk asli Amazon, namun karena komersialisasi, ikan ini dieksploitasi secara berlebihan dan menjadi langka. Selain manusia, predator utama Ikan Arapaima ini adalah Buaya Caiman. 


Menurut berita penemuan Ikan Arapaima di Sidoarjo, ikan ini pada akhirnya dalam keadaan mati. Warga Dusun Pajaran, Suparpo (58), justru mengaku senang mendengar kabar ikan ini mati, karena menurutnya jika berkeliaran di sungai, ikan raksasa ini diyakini bakal menghabisi ikan-ikan kecil dan merusak ekosistem sungai. 


Menurut Andreas dari Ecoton, diduga ikan ini lepas dari pemelihara atau penghobi Ikan jenis ini. Ia menghimbau kepada masyarakat yang memelihara ikan jenis ini untuk tidak melepasnya ke sungai karena bisa merusak ekosistem sungai dan bisa menyebarkan penyakit yang mungkin sulit dikenal di perikanan Indonesia. Berkoordinasi dengan perangkat desa setempat dan Dinas Perikanan Jawa Timur, mereka memeriksa isi lambung ikan yang ditemukan itu untuk diperiksa makanannya.


Namun, pada faktanya, Ikan Arapaima keberadaannya langka dan menuju kepunahan akibat penangkapan ikan yang berlebihan. 



Penemuan Ikan Arapaima di Sungai Ciliwung pada November 2015.


Duh! Sepertinya lebih baik tidak dibunuh, tapi dipindahkan dari sungai dan ditaruh di penangkaran terlebih dahulu, sebelum akhirnya dilaporkan ke Organisasi yang bergerak di bidang Konservasi Satwa Liar dan Hewan yang Terancam Punah, yaitu WWF. Padahal kan ini jenis ikan yang langka, perlu dilestarikan. Ah, tapi mana ada yang mau repot mengurusnya kalau bukan pihak berwenang seperti WWF.







Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel