Kisah Penderitaan Manusia Dibalik Kemegahan Pesta Piala Dunia
Tuesday, June 26, 2018
Piala dunia sekarang sedang berlangsung gan dan semakin seru dan semakin banyak kejutan dari tim-tim negara non unggulan.
Termasuk tim kesayangan ane yang terseok-seok tuk lolos dari group:capedes,Yap tim tango argentina yang sejujurnya bukan di group neraka tapi belum jelas lolos kagaknya.:hammer
Oke lupakan jeritan hati ane yaa gan:ngakak,Tentunya saat perhelatan piala dunia berlangsung pastinya hampir seluruh mata penduduk dunia ini mengarah ke pesta akbar piala dunia ini. Disana ada teriakan histeris penonton,Disana adapula pemain-pemain yang menunjukan kehebatannya mengolah bola di rumput hijau,Disana pula berdiri stadion-stadion megah yang membuat decak kagum yang melihatnya dan semakin melengkapi kesempurnaan perhelatan piala dunia.:recsel
Tapi tahu nggak gan di balik stadion tuk piala dunia yang megah ini terselip kisah yang menyedihkan,:mewek Inilah gan sepintas kisah menyedihkan tersebut.:cool
Quote:
Pada November 2017, FIFA mempublikasikan laporan dari Human Rights Advisory Board yang menyatakan jika ada pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi berkaitan dengan pembangunan stadion-stadion Piala Dunia 2018 di Rusia.
Melalui Human Rights Watch, kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di konstruksi stadion Piala Dunia 2018 antara lain adalah upah pekerja yang tak dibayarkan, tidak adanya kontrak kerja, dan kondisi kerja yang tidak aman.
Para pekerja yang memiliki masalah kontrak rentan dieksploitasi. Bahkan banyak dari mereka yang merupakan pekerja migran (dari luar Rusia) yang berisiko juga dideportasi.
Ternyata perbudakan masih ada hingga sekarang yaa gan dan ini pernyataan beberapa saksinya gan:
Nuradil, 40 tahun, asal Kyrgyzstan, yang bekerja di renovasi Stadion Luzhniki, Moscow, menyatakan kepada Human Rights Watch:
"Aku tak punya kontrak... Pihak yang mempekerjakanku hanya memberiku izin masuk dan berkata, 'Ayo, kerja!' Mereka tak mau menyediakan dokumen (kontrak kerja) resmi. Aku tak tahu kenapa.
"Pekerja lainnya di Luzhniki, Mikhail, asal Rusia, menambahkan: "Semua juga tak mendapatkan kontrak. Mereka janji membayar kami 40.000 rubel (8,8 juta rupiah) perbulan. "Pekerja lain curhat kepada Human Rights Watch: "Mandor mengancam kami, jika kami komplain,mereka akan memecat kami tanpa memberi kami upah sama sekali dan bahkan mereka akan memanggil polisi.
" Seorang pekerja di Stadion Kaliningrad juga menambahkan: "Ada orang yang ribut-ribut [soal upah], mereka malah memulangkannya.
"Media-media di Rusia melaporkan jika otoritas di Rostov-on-Don, salah satu kota penyelenggara Piala Dunia 2018, sudah menahan dan mendeportasi 30 pekerja Stadion Rostov dari luar Rusia yang komplain soal upah mereka. Mereka bahkan tak diberi upah sebelum dideportasi.
Sementara itu gan, Dilaporkan seorang pekerja di Zenit Arena ditemukan tewas dalam kontainer, di mana para buruh migran asal Korea Utara dipaksa untuk tidur di dalamnya.
Sementara empat lainnya telah tewas di lokasi pembangunan stadion Piala Dunia (PD) 2018 sejak Agustus 2016.
Ya, ternyata salah satu dari 12 stadion penyelenggara Piala Dunia 2018 sedang dibangun menggunakan tenaga 'budak' dari Korea Utara. Buruh murah ini hanya diberi upah 9 Poundsterling untuk kerja selama 17 jam/hari.
Seperti dilaporkanThe Sun, setidaknya 110 warga Korea Utara telah bekerja keras di Zenit Arena, St. Petersburg, guna membangun stadion berkapasitas 68 ribu tempat duduk tersebut.
Kebanyakan dari mereka, dipaksa untuk tidur dalam barisan kontainer beku yang dipagari kawat berduri, yang lokasinya tak sampai satu kilometer dari lokasi pembangunan.
Seorang buruh migran diduga ditemukan tewas di dalam salah satu kontainer tersebut akibat serangan jantung. Berbagai organisasi kemanusiaan menggambarkan pekerja migran ini sebagai budak dan sandera, seperti digambarkan oleh peneliti Norwegia, Josimar, yang menyusun laporan itu.
Para buruh migran sama sekali tidak memiliki hak, tidak pernah mendapatkan jatah hari libur dan banyak yang tidak punya pilihan, selain berkomitmen untuk kontrak 10 tahun.
Sebelum itu, ada empat pekerja migran pembangun stadion Piala Dunia 2018 yang tewas di lokasi konstruksi sejak Agustus 2016 hingga Natal 2016. Penyebabnya ada yang tersengat arus listrik hingga jatuh ke beton, yang menurut salah satu manajer proyek sebagai 'lokasi kontruksi pembangunan yang paling kacau yang pernah dia lihat'.
FIFA mengatakan mereka telah memperingatkan Rusia atas kematian buruh migran dari Korut, namun kabarnya gagal untuk bertindak.
Tapi para pekerja dari berbagai daerah di Korut ini pergi atas perintah rezim Kim Jing-un dan bakal menghadapi masalah serius jika pulang kerumah tanpa persetujuan.
Lebih lanjut, sekitar 90 persen dari uang yang seharusnya diterima oleh buruh migran tadi diambil oleh pemerintah Korea Utara, dengan UN (PBB) memperkirakan Korut menghasilkan pendapatan sekitar 1,6 miliar Poundsterling dari tenaga kerja paksa mereka yang dikirim ke luar negeri.
Seorang kasir di sebuah kios dekat dengan stadion, di mana para buruh Korut menggunakan sedikit upah mereka untuk membeli rokok, mengatakan: "Mereka tidak melakukan apa pun selain bekerja. Ketika saya tiba, mereka sudah ada di sini. Ketika saya pulang di malam hari, mereka masih di sini. Tampaknya kehidupan mereka amat keras.
"Walau begitu, Zenit Arena telah dikerjakan selama 11 tahun dengan total biaya 2,1 miliar Poundsterling, tetapi masih belum selesai. Perkiraan tagihan menunjukkan total biaya dua kali lipat lebih banyak.
Sementara itu panitia Piala Dunia 2018 Rusia menegaskan semua pekerja migran diperlakukan sesuai hukum. Mereka mengklaim lokasi konstruksi pembandungan stadion 'hanya menggunakan sedikit pekerja Korea Utara'.
"Penghormatan hak asasi manusia dari semua pekerja yang terlibat dalam konstruksi stadion sangat penting, terlepas dari kebangsaan pekerja atau kewarganegaraan.
Lalu bagaimana dengan tanggapan FIFA: "FIFA lantas tidak mengacu pada insiden tertentu, tetapi mengatakan kepada Josimar:"FIFA mengutuk pelanggaran hak asasi manusia, dan jika terbukti benar, tidak akan mentolerir kondisi seperti pada salah satu lokasi konstruksi stadion Piala Dunia FIFA.
"Kini, laporan baru muncul. Yakni adanya klaim yang sama tentang pekerja migran di lokasi konstruksi stadion Piala Dunia 2022 di Qatar.
Sven Mollekleiv dari Palang Merah Internasional mengatakan: "Organisasi sepak bola – seperti UEFA dan FIFA – harus mengikuti pedoman internasional mengenai hak asasi dasar manusia seperti kondisi kerja.
Sepak bola memiliki tanggung jawab bersama ketika datang ke sebuah turnamen internasional. Perdebatan mengenai masalah ini di Qatar terus dipantau. Sangat penting bahwa apa yang terjadi di Rusia juga diteliti."
Dari yang kita baca di atas gan,ternyata di balik kemegahan stadion,di balik tangis pendukung tim yang kalah,dibalik pesta pora sang juara piala dunia, beberapa tahun sebelumnya ternyata banyak airmata dan penderitaan berlangsung saat sebuah negara bersiap menjadi tuan rumah piala dunia.:mewek
Ane rangkum dari beberapa sumber dan sedikit ulasan pribadi: