Koleksi Antimainstream Kaum Adam
Tuesday, June 26, 2018
Quote:
Awalnya, tidak ada niat sedikitpun dari saya dan "sang mantan" untuk mengoleksi benda yang konon sempat dianggap sebagai barang keramat, bernama Tupperware. Bagi saya, sekilas benda itu tak ubahnya benda plastik lain, yang tentu saja, jika kehilangan meski tanpa ada niat dan faktor kesengajaan, tidak akan membuat si-empunya barang melotot atau menyebabkan temperatur suhu tubuh naik drastis meski sedang tidak terkena demam. Namun saya keliru, seperti kekeliruan saat memprediksi dan tebak skor saat Argentina bertemu dengan Kroasia.
Menurut pengakuan "mantan" saya, Tupperware tidak seperti dugaan dan asumsi yang menggelayut dalam benak dan pikiran saya. "Ia berbeda", jelasnya berapi-api sambil tangannya bergerak layaknya tim marketing menjelaskan produknya demi mendapakan customer sebanyak-banyaknya.
"Bahan yang terbuat dari plastik, jika terkena panas, akan melepaskan senyawa Poly Vinyl Chlorida, yang berbahaya. Sedangkan bahan dasar Tupperware tidak seperti plastik lainnya". Tandasnya dengan senyuman yang sadis. Saya diam dan tidak protes. Karena saya haqqul yaqin, jika saya tanya apa perbedaan diantara keduanya, dia pasti akan mengeluarkan jurus ngeles. Dia berbakat menjadi marketing produk bernama Tupperware, sekaligus endemik politikus.
Tupperware, selain bentuknya yang memang saya akui cantik, untuk mendapatkannya tidak sembarangan, karena produk ini tidak dijual di warung umum tempat biasa saya ngutang rokok. Hanya mereka yang telah bergabung menjadi member saja yang bisa mendapatkan barang tersebut. Ditambah lagi daftar barangnya hanya ada di katalog. Sialnya, pihak Tupperware kerap membuat produk dengan kategori Limited Edition yang jelas menjadi salah satu trigger terjadinya labil eknomi dan ancaman kudeta menghantui bahtera rumahtangga bagi yang memiliki pasangan yang telah kerajingan Tupperware. Statusisasi dipertaruhkan. Demikian istilah yang saya pinjam dari Vicky.
Melihat realita tentang harganya yang bisa menguras energi tabungan receh di celengan ayam jago milik saya, tentu bukan perkara yang bijak mengumpulkan benda yang sempat saya benci karena isteri saya begitu menyayanginya dengan segenap jiwa dan raga. Untungnya, ibu mertua saya termasuk member yang cukup berpengalaman. Sebagai info, ibu mertua saya adalah ibunya isteri saya, dan itu artinya, neneknya anak saya. Sebab musabab telah menjadi member, maka ada beberapa koleksi ibu, yang sebagian besar sempat pindahtangan menjadi penghuni tetap dirumah saya. Ada kalanya Tupperware beliau sengaja kami pinjam, dan tentu tidak akan pernah dikembalikan, atau hadiah dari para tamu saat menghadiri resepsi pernikahan saya. Bisa pula kami beralasan jika makanan dirumah ibu enak dan rencana membungkus. Tentu, membungkusnya menggunakan Tupperware. Sedangkan sebagian kecil, memang kami beli dari hasil kristalisasi keringat bekerja berbentuk upah yang saban bulan mampir doang ke rekening.
Mengetahui bahwa Tupperware laiknya batu berharga yang mungkin sebanding dengan batu Vision yang dicari Thanos hingga ke Wakanda, maka ada baiknya para suami menjaganya dengan sangat baik. Dan koleksi Tupperware ini telah berhasil membuat saya sama keranjingan dengan isteri saya. Jadilah lemari dihiasi produk Tupperware dengan berbagai fungsinya. Entah, saya tidak pernah menghitung dengan pasti berapa koleksi Tupperware yang merampas tempat di lemari. Mulai dari botol minum, kotak makan lengkap dengan sendok-sendoknya yang imut, sampai aneka toples yang kadang lucunya menggemaskan. Persis seperti marmut...
Quote:
©Skydavee...