#NomadianLifestyle - Live Beyond Life...
Monday, June 18, 2018
Mencari Lifestyle Yang Hilang
Bismillah…
Sejak saya merawat bapak yang sakit diabetes, saya jadi banyak belajar tentang kesehatan.
Terlebih lagi saya baca kalau diabetes itu ternyata bisa 'diwariskan'. Awalnya saya fikir cuma faktor DNA saja, tetapi belakangan saya sadari bahwa faktor kebiasaan / pola hidup juga mempengaruhi.
Artinya, kebiasaan kita makan, minum, ngemil yang sejak kecil kita lakukan itu yang menjadi pemicu dari apa yang terjadi nanti.
Karena rajin baca baca artikel kesehatan, diet, fitness dan lain lain, saya jadi tahu harus begini begitu. Harus ikut pola makan ini, coba diet itu.
Sayangnya, saya termasuk yang gampang bosen dan tidak konsisten. Coba foodcombining tidak lama. Diet OCD bertahan sebentar. Dan terakhir, coba jalanin Keto akhirnya gagal di rumah mertua, karena 'tidak tahan tekanan' dan terpaksa bilang iya ketika disodorin nasi rendang. #ngelesbajai
Belum lagi saya gila bakso, makanan yang sudah jadi 'ritual wajib' di keluarga saya. Kami sekeluaga hobi makan bakso kecuali si bungsu yang kalau di warung bakso pun tetep usaha nanya, 'ada nasi goreng ga?'
Cerita tentang almarhum bapak (beliau meninggal di tahun 2016 lalu) yang dulu tukang foto keliling di Taman Kyai Langgeng Magelang dan akhirnya sampai punya jatah makan bakso sebulan penuh karena tiap satu kali foto 'dibarter' dengan 10 mangkok bakso oleh para penjaja bakso disana, selalu membuat saya tersenyum.
Ketika makan bakso itulah momen momen interaksi dengan beliau muncul. Makanya hunting bakso sudah jadi sakral bagi saya, hehe..
Hal itu membuat saya lebih menganggap diri saya sebagai penganut diet low carb, lebih pede begitu.
Karena saya memang sudah membatasi makan nasi dari 4-5 tahun lalu, meskipun masih makan mie. #tepokjidat
Tapi perjalanan mencari 'healthy lifestyle' memang tidak mudah kok. Dan saya sungguh salut dengan anda yang bisa stick di satu pola hidup begitu lama bahkan sudah 'live with it', sudah menjiwai dan mendarah daging.
Dari semua 'percobaan' yang pernah saya lakukan, saya menemukan satu benang merah.
Saya melihat bahwa semua diet dan lifestyle mempunyai satu pondasi yang sama; sama sama membatasi nafsu, menunda kesenangan, untuk reward yang lebih besar.
Pondasi yang sama dengan puasa yang dilakukan umat muslim.
Maka dari beberapa tahun lalu, saya bereksperimen dengan puasa sebagai bagian dari healthy lifestyle.
Puasa sebagai sarana membatasi nafsu, tidak hanya nafsu makan, minum dan ngemil. Tapi juga nafsu 'negatif' lainnya.
"Tapi kan kalau puasa lemes, tidak produktif? Apalagi kalau puasa daud setahun, apa kuat?"
Pertanyaan itu pasti terlintas. Namun akan saya coba uraikan penjelasannya di tulisan-tulisan berikutnya.
Saat ini, saya sedang mencari teman yang ingin menjaga spirit ramadhan dan membumikannya di kehidupan sehari-hari selama setahun penuh.
Pondasi lifestyle ramadhan ada 3; Puasa, Qiyamullail, dan terjaga setelah subuh.
Gaya hidup ini saya namakan dengan 'Nomadian Lifestyle'.
Mumpung ramadhan baru saja berlalu kemarin lusa, kondisi tubuh kita sebenernya masih dalam kondisi defaultnya orang berpuasa.
Kalau anda pusing pusing, gliyengan, badan rasa remuk, pegel pegel.
Itu bukan hanya karena capek setelah mudik. Tetapi juga karena tubuh anda 'kaget' setelah sebulan tidak makan, sekarang pagi pagi sudah dimasuki opor, gorengan, kopi dan kue artis.
Ingin merasa sehat, fit dan produktif kembali?
Saya sudah bikin satu grup di Facebook untuk diskusi dan ngobrol ngobrol tentang Nomadian Lifestyle.
Silahkan bergabung bila berminat.
http://bit.ly/2t42fHY
Selain masalah diet dan healthy lifestyle, tentu saja grup ini akan membahas hal lain, tapi tidak akan melebar ke masalah sensitif seperti politik, sara, apalagi jomblo.
Besok, saya akan coba bahas tentang puasa dan hubungannya dengan diet. Stay tune ya…