[Tradisi Ramadan] Megibung, Makan Bersama Warga Muslim di Bali


Sejumlah umat muslim berbuka puasa bersama dalam tradisi Megibung di Masjid Al Muhajirin Kepaon, Denpasar, Bali, 5 Juni 2017. Antara Foto.

:bedug :bedug :bedug

Saat berkunjung ke Denpasar, Bali, pernahkah Agan melewati Mesjid Al-Muhajirin ini?

Meski terletak di wilayah yang mayoritas beragama Hindu, terdapat warga minoritas beragama Islam dan tiap tahunnya menggelar sebuah tradisi Ramadan.

Di mesjid ini warga Kampung Kepaon menggelar tradisi Megibung selama 10 hari pada bulan Ramadan. Lalu, pada hari ke-20 dan ke-30 Ramadan, warga kembali melakukan Megibung untuk buka puasa bersama. Masjid Al-Muhajirin menjadi pusat ibadah umat Islam di Bali, menjadi tempat pelaksanaan acara. Ratusan warga rutin menghadiri acara yang digelar setiap malam kesepuluh Ramadan tersebut.


Foto: Antara

Megibung adalah tradisi yang dilaksanakan saat buka puasa, dimana warga makan bersama dalam satu wadah yang sama. Biasanya ada empat sampai tujuh orang yang makan dalam satu wadah.

Megibung berasal dari kata "gibung", yang dalam Bahasa Bali memiliki arti berbagi dengan satu sama lain.

Tradisi ini adalah bentuk tasyakur atas rezeki dan kesehatan yang dianugerahkan Allah SWT. Sekaligus rasa syukur atas khatam Al-Qur'an. Selama bulan suci, warga Kampung Islam Kepaon rutin melakukan tadarus Al-Qur'an bersama dengan membaca tiga juz pada malam hari seusai shalat tarawih hingga menjelang waktu sahur. Sehingga, mereka bisa khatam Al-Qur'an 30 juz hanya dalam 10 hari tersebut.

Megibung adalah simbol kerukunan antar warga. Tercermin dari warga Kepaon yang saling bahu membahu menggelar tradisi ini dengan menyumbang hidangan berupa nasi dan lauk pauk yang beragam. Warga Kepaon sudah memasak makanan sejak sore untuk dibawa ke Masjid Al-Muhajirin. Giliran yang menyiapkan makanan dibagi tiga, warga dari sisi kelod (selatan), tengah, dan kaja (utara).


Foto: Tempo

Kebersamaan dalam Megibung juga cerminan akulturasi dan toleransi antarumat beragama. Sebab, pihak keluarga Puri Pemecutan juga turut andil menyumbang hidangan. Warga Islam Kepaon juga merupakan bagian dari keluarga besar Puri Pemecutan, pemegang kekuasaan Kerajaan Badung. Hubungan persaudaraan antara Hindu dan Islam yang sudah berjalan ratusan tahun ini patut dijadikan contoh dan teladan.

Awalnya, yaitu ketika leluhur Puri Pemecutan, Gusti Ayu Made Rai, dipersunting oleh Pangeran Cakraningrat IV dari Bangkalan Madura, pemeluk agama Islam. Gusti Ayu Made Rai pun menjadi mualaf sejak menikah, lalu dikenal dengan nama Raden Ayu Siti Khodijah.

Sejarah Megibung

Konon katanya, pencetus tradisi Megibung ini pertama kali adalah Raja Karangasem, I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem. Tradisi ini diawali olehnya pada tahun 1614 Caka atau 1692 Masehi. Saat itu beliau sedang dalam perjalanan menaklukkan raja-raja di Lombok, lalu menganjurkan prajuritnya makan bersama membentuk lingkaran. Tujuannya untuk meningkatkan rasa kebersamaan dan saling memiliki antar prajurit.

Tak hanya berbagi makanan, Megibung juga diisi dengan saling berbagi cerita sampai bertukar pikiran.

Biasanya Megibung diadakan saat acara-acara besar di Bali yang dilakukan baik oleh umat Hindu maupun Islam. Tamu yang datang dipersilakan membentuk kelompok 5-7 orang sambil duduk bersila dalam lingkaran. Seorang pepara memimpin kelompok dan bertugas menuangkan nasi dan lauk dalam wadah.

Yang membedakan Megibung umat Hindu dengan umat Islam adalah dari lauk pauk yang dimakan. Tentunya Megibung yang disantap umat Islam berisi lauk pauk yang halal.

Warga Islam Kampung Kepaon rutin melakukan Megibung ini setiap Ramadan untuk meningkatkan keakraban antar warga, saling bersilaturahmi, sekaligus mempererat hubungan dengan umat agama lain.

Gimana dengan tradisi Ramadan khas di daerah Agan Sista?
Bagikan yuk di sini, tradisinya apa dan ada di daerah mana?


:salaman :salaman :salaman

Spoiler for Sumber:


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel