Bagi-bagi Jatah Kursi Menteri? Hmmmmm Lehuga

sumber: adijawa


Baiknya jangan dibicarakan ke khalayak umum, pak-bapak


Persiapan buat menghadapi tahun Politik 2019 sudah mulai dilakukan para politisi. Setelah sedikit mengintip peta kekuatan mereka lewat Pilkada serentak 2018 kemarin, berbagai strategi disusun serta manuver dilakukan.

PAN-PKS-GERINDRA sebagai kubu oposisi sedikit-sedikit mulai pemanasan. Umumnya mereka membahas siapa saja calon presiden yang akan diusung untuk bertarung di Pilpres 2019 nanti. Menariknya, mereka bertiga mempunyai kandidat masing-masing. Gerindra menetapkan Prabowo, PAN belum mengumumkan secara resmi, namun nama Amien Rais dan Zulkifli Hasan muncul ke permukaan, PKS mengeluarkan wacana Anies-Aher untuk pasangan capres dan cawapres 2019 nanti.

Gatau deh akhirnya siapa yang jadi capres, siapa yang jadi cawapres. Katanya, kubu mereka ga akan mengumumkan pilihan nya sebelum kubu petahana. Jadi menunggu keputusan pihak lawan. Pun sebaliknya, kubu petahana juga menunggu kubu oposisi mengumumkan lebih dulu. Jadi saling menunggu gitu, gamau ambil tindakan buru-buru.

Ini seru sih, kita yang doyan nontonin politik jadi bisa nebak siapa nih yang bakalan maju, atau strategi nya nanti gimana nih. Padahal yang nentuin mah tetep mereka ya, tapi kita bisa pura-pura jadi pengamat politik profesional, ya?

Tapi ada satu hal yang gak seru buat ditonton, ini gatau apa maksud dan tujuan nya, sampai PKS meminta membagi-bagi jatah kursi menteri. Ane ngerti kenapa bisa jadi muncul hal ini, pasti susah kalau mereka bertiga ingin pilihannya menjadi capres atau cawapres, kecuali kalau cawapres nya ada dua baru bisa dibagi rata gitu.

Tapi ini kan cuma dua orang, capres nya kemungkinan besar Prabowo, tinggal jatah cawapres yang belum terisi. Jadi ya daripada pusing nentuin mending bagi-bagi kursi menteri biar gada yang sirik.

Misal nya capres dari Gerindra, cawapres dari PAN, nah PKS otomatis punya jatah menteri lebih banyak karena dari mereka gada yang jadi capres atau cawapres. Mantep ya? Emang wkwk

Hal ini sebenarnya bukan hal yang aneh di dalam politik, yang bikin aneh nya adalah kenapa mesti dipublikasikan? Padahal cukup jadi pembicaraan di internal aja, gausah disebarin ke publik. Bukan apa-apa ya, gak disebarin pun rakyat dah pada tahu. Rasanya kurang elok kalau harus seperti ini, kesan nya mereka maju di pertarungan Pilpres tuh bukan buat rakyat, tapi demi kekuasaan semata. Belum apa-apa udah ngomongin jabatan, baiknya politik itu mengutamakan pencitraan. Ya meskipun gak terlalu efektif, tapi gak bikin rakyat muak juga.

Begitu lhooo.


See you~


sumber= ini




Quote:


Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel