Banyak Dari Kita Yang Tidak Bersyukur, Bayangkan Jika Kita Hidup Seperti Yang Lain!!
Monday, July 9, 2018
Welcome to thread lampu dunia
Quote:
Penderitaan memang selalu hadir dalam kehidupan kita. Namun meskipun begitu, tidak berarti bahwa hidup adalah menderita atau hidup untuk penderitaan. Tetapi hidup adalah berjuang karena hidup adalah perjuangan.
Meskipun hidup di dunia penuh dengan penderitaan tetapi kita dituntut untuk selalu terus berjuang dalam hal apapun. Dan percayalah bahwa semuanya tidak akan ada yang sia-sia. Allah akan memberikan kebahagiaan setelah penderitaan kita lalui. Seperti halnya Ah Long, anak berusia 6 tahun ini meskipun didera penderitaan tetapi ia tetap berjuang untuk hidupnya sampai akhirnya menemukan kebahagiaannya.
Di bawah ini merupakan kisah hidup Ah Long yang bisa kita simak dan kemudian bisa kita jadikan pelajaran.
Aku Tetap Bertahan Walau Dikucilkan
Ah Long merupakan seorang anak yang tinggal di sebuah desa Niuchepin di bawah kaki gunung Malu, Kota Liuzhou, propinsi Guangxu, Tiongkok. Ah Long tinggal disebuah gubuk reyot yang hanya memiliki satu kamar.
Di gubuk tersebut tidak ada barang-barang yang layak untuk ia gunakan, hanya ada sebuah kompor yang terbuat dari tumpukan bata, satu buah tempat tidur , kursi serta meja tua. Selain itu di gubuk yang ia tempati juga tidak ada toilet yang layak untuk digunakan, hanya ada kaleng bekas yang biasa ia gunakan untuk menggantikan toilet.
Ibu Ah Long meninggal 6 tahun yang lalu ketika dirinya dilahirkan, sedangkan ayahnya meninggal ketika ia berusia 4 tahun. Setelah ke dua orangtuanya meninggal Ah Long hanya tinggal sendirian di gubuk tersebut. Selain itu, Ah Long juga harus merawat dirinya sendiri. Ah Long memiliki seorang nenek.
Namun, neneknya tidak mau tinggal bersamanya, neneknya tersebut membiarkan cucunya tinggal sebatang kara . Dan itu bukanlah hal yang pantas untuk anak seusia dirinya, karena pada umumnya anak seusianya masih harus membutuhkan bimbingan dari keluarga dan orang-orang terdekat dengannya. Neneknya hanya sesekali datang untuk menemui Ah Long.
Selain neneknya yang tidak mau tinggal bersamanya, ia juga dikucilkan oleh seluruh masyarakat di desanya. Ah Long dikucilkan karena ia menderita penyakit AIDS. Penyakit yang dideritanya tersebut diturunkan dari ke dua orangtuanya. Penyakit tersebut jugalah yang merenggut nyawa ke dua orangtuanya.
Selain dikucilkan, pada saat itu pihak sekolahnya sudah tidak mau lagi menerima dirinya. Namun, Ah Long tetap semangat, ia tetap belajar di rumah dengan menggunakan buku-buku bekas yang ia temui, semangat belajar Ah Long sangatlah tinggi.
Departemen kesejahteraan yang mengetahui kehidupan Ah Long tidak mau mengurus dirinya. Ah long hanya mendapatkan tunjangan sebesar 70 yuan atau sekitar Rp 90 ribu perbulan dari biro sipil setempat, dan tentunya uang sebesar itu tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-harinya.
Jangankan untuk kebutuhan sehari-hari untuk makanpun tentunya tidak mencukupi. Untuk itu demi melanjutkan hidupnya Ah Long harus menanam sayuran sendiri untuk ia makan. Terkadang jika sayuran yang ia tanam belum bisa dimakan ia mencari daun-daunan yang bisa ia makan.
Selain harus mencari makan sendiri, Ah Long juga harus memikirkan bagaimana cara memasak sayuran dan daun-daunan yang ia dapat untuk dijadikan makanan. Karena pada saat itu ia hanya memiliki sebuah kompor yang terbuat dari batu bata , Ah Long terpaksa harus mencari kayu bakar sendiri ke hutan.
Jarak rumah ke hutan tidaklah dekat, namun ia tetap berusaha dan tidak pantang menyerah. Ia tetap pergi ke hutan meskipun kita ketahui hutan bukanlah tempat yang aman untuk anak seusianya.
Ah Long tidak pernah mengerti sama sekali mengapa dirinya dikucilkan. Dirinya juga tidak mengerti apa itu AIDS yang menjadi alasan dirinya dikucilkan. Namun meskipun ia dikucilkan tetapi ia tidak pernah menyerah, ia tetap bertahan hidup. Kehidupan yang hanya ia tahu yaitu bertahan di gubuk kecilnya. Hal tersebut tidak pernah membuat surut semangat hidupnya.
Meskipun Dikucilkan Aku Masih Punya Lao Hei
Meskipun dirinya dikucilkan oleh nenek dan masyarakat sekitar tetapi Ah Long tidak pernah merasa kesepian. Setiap harinya Ah Long ditemani oleh sahabatnya.
Sahabatnya tersebut bukanlah seorang manusia seperti dirinya, sahabatnya hanyalah seekor anjing yang ia beri nama Lao Hei. Setiap hari Ah Long hanya hidup bersama anjingnya tersebut mulai dari bangun tidur sampai tertidur kembali. Ketika semua temannya menjauhi dirinya, namun Lao Hei tetap setia menemaninya.
Ketika semua teman-temannya bermain dengan teman sebayanya serta mainan-mainan yang dibelikan oleh orang tua masing-masing ,namun Ah Long tidak pernah merasa iri ataupun berkecil hati.
Ia tetap bisa bermain seperti teman-temannya meskipun hanya dengan seekor anjing dan mainan seadanya. Namun, meskipun begitu dirinya tetap merasa bahagia. Ah Long tidak pernah bisa terlepas dari anjingnya tersebut. Kemanapun Ah Long pergi anjingnya selalu mengikutinya.
Kesabaranku Menghadapi Penderitaan Ini Akhirnya Tidak Sia-Sia
Kesabaran Ah Long dalam menjalani penderitaan hidup dan cobaan yang sangat keras dalam hidupnya tidak sia-sia. Ketika ia sedang mencari kayu bakar bersama anjingnya, Ah Long bertemu dengan seorang reporter. Reporter ini kemudian merasa penasaran akan kisah hidup Ah Long.
Setelah bertanya-tanya tentang kisah hidup dari Ah Long kemudian reporter tersebut mempublikasikan kisah Ah Long. Setelah itu, Ah Long menjadi pusat perhatian banyak orang dari berbagai macam kalangan termasuk dari pemerintah Cina.
Semenjak itu banyak bantuan yang terus mengalir untuk Ah Long. Sebuah rumah amal yang berada di kota Liuzhou akhirnya sepakat untuk mengurus dirinya. Kehidupan Ah Long pun menjadi semakin membaik.
Selain itu Ah Long juga mendapatkan bantuan medis untuk penyakit yang ia derita. Mainan, pakaian dan buku-buku berdatangan untuk disumbangkan kepada Ah Long.
Ah Long juga dibangunkan rumah baru yang lebih layak untuk ditempati. Rumah tersebut dibangun tepat disebelah gubuk yang sebelumnya menjadi tempat tinggal Ah Long.
Pesan moral : Sahabat sekalian, sifat pantang menyerah serta kesabaran Ah Long dalam menjalani hidup bisa kita jadikan pelajaran. Selain itu dari kisah hidup Ah Long kita juga bisa belajar untuk selalu bersyukur atas apa yang telah kita miliki. Semoga kisah di atas bisa menginspirasi kita semua. semoga bermanfaat.
***
sumber: pemikiran pribadi saya
Meskipun hidup di dunia penuh dengan penderitaan tetapi kita dituntut untuk selalu terus berjuang dalam hal apapun. Dan percayalah bahwa semuanya tidak akan ada yang sia-sia. Allah akan memberikan kebahagiaan setelah penderitaan kita lalui. Seperti halnya Ah Long, anak berusia 6 tahun ini meskipun didera penderitaan tetapi ia tetap berjuang untuk hidupnya sampai akhirnya menemukan kebahagiaannya.
Di bawah ini merupakan kisah hidup Ah Long yang bisa kita simak dan kemudian bisa kita jadikan pelajaran.
Aku Tetap Bertahan Walau Dikucilkan
Ah Long merupakan seorang anak yang tinggal di sebuah desa Niuchepin di bawah kaki gunung Malu, Kota Liuzhou, propinsi Guangxu, Tiongkok. Ah Long tinggal disebuah gubuk reyot yang hanya memiliki satu kamar.
Di gubuk tersebut tidak ada barang-barang yang layak untuk ia gunakan, hanya ada sebuah kompor yang terbuat dari tumpukan bata, satu buah tempat tidur , kursi serta meja tua. Selain itu di gubuk yang ia tempati juga tidak ada toilet yang layak untuk digunakan, hanya ada kaleng bekas yang biasa ia gunakan untuk menggantikan toilet.
Ibu Ah Long meninggal 6 tahun yang lalu ketika dirinya dilahirkan, sedangkan ayahnya meninggal ketika ia berusia 4 tahun. Setelah ke dua orangtuanya meninggal Ah Long hanya tinggal sendirian di gubuk tersebut. Selain itu, Ah Long juga harus merawat dirinya sendiri. Ah Long memiliki seorang nenek.
Namun, neneknya tidak mau tinggal bersamanya, neneknya tersebut membiarkan cucunya tinggal sebatang kara . Dan itu bukanlah hal yang pantas untuk anak seusia dirinya, karena pada umumnya anak seusianya masih harus membutuhkan bimbingan dari keluarga dan orang-orang terdekat dengannya. Neneknya hanya sesekali datang untuk menemui Ah Long.
Selain neneknya yang tidak mau tinggal bersamanya, ia juga dikucilkan oleh seluruh masyarakat di desanya. Ah Long dikucilkan karena ia menderita penyakit AIDS. Penyakit yang dideritanya tersebut diturunkan dari ke dua orangtuanya. Penyakit tersebut jugalah yang merenggut nyawa ke dua orangtuanya.
Selain dikucilkan, pada saat itu pihak sekolahnya sudah tidak mau lagi menerima dirinya. Namun, Ah Long tetap semangat, ia tetap belajar di rumah dengan menggunakan buku-buku bekas yang ia temui, semangat belajar Ah Long sangatlah tinggi.
Departemen kesejahteraan yang mengetahui kehidupan Ah Long tidak mau mengurus dirinya. Ah long hanya mendapatkan tunjangan sebesar 70 yuan atau sekitar Rp 90 ribu perbulan dari biro sipil setempat, dan tentunya uang sebesar itu tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-harinya.
Jangankan untuk kebutuhan sehari-hari untuk makanpun tentunya tidak mencukupi. Untuk itu demi melanjutkan hidupnya Ah Long harus menanam sayuran sendiri untuk ia makan. Terkadang jika sayuran yang ia tanam belum bisa dimakan ia mencari daun-daunan yang bisa ia makan.
Selain harus mencari makan sendiri, Ah Long juga harus memikirkan bagaimana cara memasak sayuran dan daun-daunan yang ia dapat untuk dijadikan makanan. Karena pada saat itu ia hanya memiliki sebuah kompor yang terbuat dari batu bata , Ah Long terpaksa harus mencari kayu bakar sendiri ke hutan.
Jarak rumah ke hutan tidaklah dekat, namun ia tetap berusaha dan tidak pantang menyerah. Ia tetap pergi ke hutan meskipun kita ketahui hutan bukanlah tempat yang aman untuk anak seusianya.
Ah Long tidak pernah mengerti sama sekali mengapa dirinya dikucilkan. Dirinya juga tidak mengerti apa itu AIDS yang menjadi alasan dirinya dikucilkan. Namun meskipun ia dikucilkan tetapi ia tidak pernah menyerah, ia tetap bertahan hidup. Kehidupan yang hanya ia tahu yaitu bertahan di gubuk kecilnya. Hal tersebut tidak pernah membuat surut semangat hidupnya.
Meskipun Dikucilkan Aku Masih Punya Lao Hei
Meskipun dirinya dikucilkan oleh nenek dan masyarakat sekitar tetapi Ah Long tidak pernah merasa kesepian. Setiap harinya Ah Long ditemani oleh sahabatnya.
Sahabatnya tersebut bukanlah seorang manusia seperti dirinya, sahabatnya hanyalah seekor anjing yang ia beri nama Lao Hei. Setiap hari Ah Long hanya hidup bersama anjingnya tersebut mulai dari bangun tidur sampai tertidur kembali. Ketika semua temannya menjauhi dirinya, namun Lao Hei tetap setia menemaninya.
Ketika semua teman-temannya bermain dengan teman sebayanya serta mainan-mainan yang dibelikan oleh orang tua masing-masing ,namun Ah Long tidak pernah merasa iri ataupun berkecil hati.
Ia tetap bisa bermain seperti teman-temannya meskipun hanya dengan seekor anjing dan mainan seadanya. Namun, meskipun begitu dirinya tetap merasa bahagia. Ah Long tidak pernah bisa terlepas dari anjingnya tersebut. Kemanapun Ah Long pergi anjingnya selalu mengikutinya.
Kesabaranku Menghadapi Penderitaan Ini Akhirnya Tidak Sia-Sia
Kesabaran Ah Long dalam menjalani penderitaan hidup dan cobaan yang sangat keras dalam hidupnya tidak sia-sia. Ketika ia sedang mencari kayu bakar bersama anjingnya, Ah Long bertemu dengan seorang reporter. Reporter ini kemudian merasa penasaran akan kisah hidup Ah Long.
Setelah bertanya-tanya tentang kisah hidup dari Ah Long kemudian reporter tersebut mempublikasikan kisah Ah Long. Setelah itu, Ah Long menjadi pusat perhatian banyak orang dari berbagai macam kalangan termasuk dari pemerintah Cina.
Semenjak itu banyak bantuan yang terus mengalir untuk Ah Long. Sebuah rumah amal yang berada di kota Liuzhou akhirnya sepakat untuk mengurus dirinya. Kehidupan Ah Long pun menjadi semakin membaik.
Selain itu Ah Long juga mendapatkan bantuan medis untuk penyakit yang ia derita. Mainan, pakaian dan buku-buku berdatangan untuk disumbangkan kepada Ah Long.
Ah Long juga dibangunkan rumah baru yang lebih layak untuk ditempati. Rumah tersebut dibangun tepat disebelah gubuk yang sebelumnya menjadi tempat tinggal Ah Long.
Pesan moral : Sahabat sekalian, sifat pantang menyerah serta kesabaran Ah Long dalam menjalani hidup bisa kita jadikan pelajaran. Selain itu dari kisah hidup Ah Long kita juga bisa belajar untuk selalu bersyukur atas apa yang telah kita miliki. Semoga kisah di atas bisa menginspirasi kita semua. semoga bermanfaat.
***
sumber: pemikiran pribadi saya