Kebahagiaan, Salah Satu Faktor Penentu Tinggi Badan Manusia
Friday, July 27, 2018
Spoiler for NO REPOST:
Quote:
Data Kementerian Kesehatan tahun 2017 menemukan bahwa Bali adalah daerah dengan rata-rata orang dengan tinggi badan paling ideal di Indonesia.
Berdasarkan penelitian yang akan segera dipublikasikan tersebut, rata-rata tinggi badan masyarakat Pulau Dewata adalah 180 cm, sementara Papua menduduk posisi paling bontot dengan rata-rata tinggi badan tak lebih dari 165 cm.
Berdasarkan penelitian yang akan segera dipublikasikan tersebut, rata-rata tinggi badan masyarakat Pulau Dewata adalah 180 cm, sementara Papua menduduk posisi paling bontot dengan rata-rata tinggi badan tak lebih dari 165 cm.
Spoiler for Mengapa demikian?:
Menurut ahli endokrinologi anak DR Dr Aman B Pulungan SpA(K), FAAP, hal ini berhubungan dengan keadaan sosial.
"Anak pendek identik dengan kondisi negara yang tak sehat, artinya ada yang salah. Termasuk dalam tingkat kebahagiaan yang tak beres," ujarnya dalam temu media di Jakarta, Kamis, 26 Juli 2018.
Menurutnya, hidup teratur dan kebahagiaan yang dirasakan masyarakat Bali berpengaruh positif pada perkembangan tinggi badan mereka.
Pengaruh tinggi badan dengan keadaan sosial, salah satunya kebahagiaan, tersebut dikenal dengan istilah tren sekuler.
Contoh lain dari tren sekuler, lanjutnya, adalah pertumbuhan tinggi badan rakyat Jerman Timur yang meningkat dalam kurun waktu 6-7 tahun setelah runtuhnya Tembok Berlin. Keadaan sosial membuat tinggi badan masyarakat Jerman Timur menjadi sama dengan Jerman Barat.
Selain kebahagiaan, dominasi dan kekuasaan juga berpengaruh pada tinggi badan dalam lingkungan.
Dr Aman memberi contoh yang berhubungan dengan sejarah dimana dulunya tinggi badan masyarakat Indonesia dan Belanda tak jauh berbeda. Namun, masa penjajahan selama 350 tahun turut mengubah postur tubuh keduanya.
"Sekarang orang Belanda paling tinggi di dunia," tambahnya.
Oleh karena itu, dr Aman menyarankan agar tren sekuler ini bisa diterapkan dalam keluarga.
"Jadi, buatlah anak sebahagia mungkin. Jangan sampai mereka kurang tidur, obesitas, atau lahir dengan berat badan rendah," saran dia.
"Anak pendek identik dengan kondisi negara yang tak sehat, artinya ada yang salah. Termasuk dalam tingkat kebahagiaan yang tak beres," ujarnya dalam temu media di Jakarta, Kamis, 26 Juli 2018.
Menurutnya, hidup teratur dan kebahagiaan yang dirasakan masyarakat Bali berpengaruh positif pada perkembangan tinggi badan mereka.
Pengaruh tinggi badan dengan keadaan sosial, salah satunya kebahagiaan, tersebut dikenal dengan istilah tren sekuler.
Contoh lain dari tren sekuler, lanjutnya, adalah pertumbuhan tinggi badan rakyat Jerman Timur yang meningkat dalam kurun waktu 6-7 tahun setelah runtuhnya Tembok Berlin. Keadaan sosial membuat tinggi badan masyarakat Jerman Timur menjadi sama dengan Jerman Barat.
Selain kebahagiaan, dominasi dan kekuasaan juga berpengaruh pada tinggi badan dalam lingkungan.
Dr Aman memberi contoh yang berhubungan dengan sejarah dimana dulunya tinggi badan masyarakat Indonesia dan Belanda tak jauh berbeda. Namun, masa penjajahan selama 350 tahun turut mengubah postur tubuh keduanya.
"Sekarang orang Belanda paling tinggi di dunia," tambahnya.
Oleh karena itu, dr Aman menyarankan agar tren sekuler ini bisa diterapkan dalam keluarga.
"Jadi, buatlah anak sebahagia mungkin. Jangan sampai mereka kurang tidur, obesitas, atau lahir dengan berat badan rendah," saran dia.
Spoiler for KESIMPULAN:
Emang ngaruh ya? :bingung
Spoiler for SUMBER: