Peumulia Jamee ala Muslim Kamboja

Peumulia Jamee ala Muslim Kamboja

Minggu, 9 Oktober 2016 14:35

 



OLEH TUANKU MUHAMMAD, Ketua Bidang KP PW KAMMI Aceh, melaporkan dari Kamboja, Vietnam

BERADA satu minggu di Kamboja, saya bersama para aktivis kemanusiaan muslim yang tergabung dalam Temm Road to Jannah yang berasal dari Indonesia dan Malaysia, memperoleh banyak pengalaman mengesankan saat bersilaturahmi dengan muslim Kamboja.

Dalam program ini, selain saya, ada empat aktivis lainnya dari Indonesia yang ikut serta, yakni Husna Linda Yani dan Khairunnisa Hasballah (Aceh), Fahmi Idris Sitompul (Medan), dan Septi Mayang Sari (Padang), serta tujuh orang lainnya yang dari Malaysia. Semua anggota tim berkumpul di Malaysia dan kemudian bersama bertolak ke Kamboja dan kembali pulang melalui Vietnam.

Di Kamboja kami mengunjungi beberapa tempat, yaitu Kampung Daun Phen di Provinsi Kampung Thom, Kampung Snoul di Provinsi Kampung Champ, dan Markaz Prekpra di Phnom Penh. Semua tempat yang kami kunjungi ini merupakan daerah yang dihuni mayoritas muslim.

Hal menarik dalam program jaulah ini, selain menyerahkan hewan kurban kepada para muslim Kamboja, kami juga tinggal selama beberapa hari di setiap daerah yang kami kunjungi.

Kami juga mengadakan program-program pendidikan untuk anak-anak di sini, kemudian ziarah ke rumah-rumah warga yang miskin sambil membagi sembako, jilbab, kain sarung, dan peralatan lainnya.

Rumah di Kamboja ini memiliki ciri khas tersendiri, yaitu rumah berlantai dua yang terbuat dari kayu dengan 12 tiang penyangga dan hanya memiliki satu tangga. Lantai bawahnya digunakan sebagian warga sebagai tempat penyimpanan barang, ada juga yang digunakan sebagai kandang sapi, ternak itik, ayam, dan lainnya.

Ketika berada di sini, saya melihat ada kesamaan di setiap tempat yang kami kunjungi, yaitu dalam hal memuliakan tamu. Muslim di sini sangat memuliakan tamu yang datang, terutama sesama muslim. Bagi mereka setiap tamu wajib dimuliakan karena membawa berkah bagi kampungnya.

Hal yang menarik yang saya jumpai ketika sampai di sana adalah ramainya warga yang menyambut kedatangan rombongan kami. Bahkan para lelaki kampung setiap malamnya menginap di tenda depan rumah untuk menjamin keamanan tempat kami tinggal.

Setiap waktu makan selalu dihadangkan makanan-makanan yang sangat lezat serta buah-buahan khas Kamboja. Warga di sini akan beramai-ramai saling membantu menyiapkan makanan. Padahal, kehidupan muslim di sini sangat sulit karena mayoritas mereka hanyalah petani dan peternak.

Selain itu, di setiap berada di perkampungan muslim kami selalu dihidangkan air mineral dalam botol. Padahal, mereka ada memasak air. Namun, ketika hendak meminta air yang dimasak mereka selalu merasa bahwa tamunya lebih baik tidak meminum air dari sumur. Ini semua dilakukan dengan maksud untuk memuliakan tamu.

Di samping pelayanan yang sangat baik, muslim di sini juga sangat ramah, mulai dari orang tua sampai dengan anak-anak. Mereka sangat mudah akrab dengan kami meskipun dari segi komunikasi sangat terbatas karena bahasa mereka jauh berbeda dari bahasa Melayu.

Sikap memuliakan tamu ini lahir dari semangat mereka dalam menjalankan Islam dengan sungguh-sungguh. Ketika berada perkampungan muslim kami menyaksikan mereka selalu taat menjalankan apa yang diperintahkan Allah. Semua wanita yang dijumpai selalu mengenakan jilbab mulai dari orang tua hingga anak-anak. Juga tidak jarang terlihat anak laki-laki yang menggunakan jubah dan surban dalam beraktivitas sehari-hari. Bahkan hampir semua anak-anak di sini bisa membaca Alquran dengan baik dan benar.

Beberapa rumah yang dikunjungi, kami dapati rak-rak buku yang berisi kitab-kitab hadis, tafsir, fikih, dan bahasa Arab.

Berbicara tentang pendidikan, muslim Kamboja sangat sulit mendapatkan pendidikan yang layak. Beberapa madrasah yang kami singgahi sungguh sangat memprihatinkan kondisinya. Bahkan ada satu madrasah yang lebih kurang seperti gudang bekas dan hampir seperti kandang hewan. Di samping fasilitas yang kurang memadai juga keterbatasan para pendidik. Bahkan salah satu pelajar menyebutkan, Kerajaan Kamboja hanya membolehkan paling banyak tujuh orang yang diberi izin kuliah di Al-Azhar Mesir setiap tahunnya. Tapi semua itu tak membuat mereka patah semangat dalam menuntut ilmu.

Orang tua di sini lebih senang jika anak-anaknya menuntut ilmu di bidang akhirat, bukan di bidang duniawi. Pada akhirnya, semoga kita semua dapat menjadi orang-orang yang selalu memuliakan tamu dan gemar membantu sesama muslim di mana pun kita berada. Wallahu a'lam.

http://aceh.tribunnews.com/2016/10/0...kamboja?page=2

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel