[Renungan]Angsa dan Kepiting
Monday, July 23, 2018
Tak seperti elang angsa hidup berkawan . Mandi bersama tidur bersama dan mencari makan bersama . dalam dunia sosiologis mereka lebih mencirikan diri sebagai masyarakat kolektive , tetapi mereka tidak menyebut diri seperti itu . apapun istilah yang ingin dilekatkan para ilmuwan , silahkan saja yang penting kami sellalu bersama , kira kira begitulah sikap kolektif mereka.
Pelajaran kedua , bila ada anggota yang sakit, atau sayapnya kelelahan, lalu terlempar dari formasi ,maka akan ada angsa yang lain yang datang mengapit untuk tetap terbang dalam formasi huruf v yang baru. Dukungan sosial ini begitu penting dalam menjaga kekompakan dan keberlangsungan hidup , agar yang lemah bisa tetap terbang dan tidak terjatuh sendirian. Berangkat bersama, terbang bersama, hingga sampai ditujuan juga bersama sama, seakan begitu filosofi , terbang sendirian, bukan hanya soal keamanan tetapi juga soal effektivitas , kecepatan dan kepakan sayap.
Pelajaran ketiga dan terpenting , setiap angsa saling bergantian mengambil alih komando . Bila si A kelelahan , maka si B dengan spontan , menggantikannya. Tdak ada ketamakan untuk terus menjadi komandan , juga tidak ada keinginan untuk mengkudeta kekuasaan , semua bertindak menjadi imam yang baik dan makmum yang juga baik , beginilah seharusnya bekerja sebuah team dalam membawa misi kesuksesan . Apapun itu .
Alangkah indahnya bila hidup kita – orang orang kolektivistic – bisa mencontoh kehidupan angsa – yang juga kolektivistic- .sayangnya kita lebih senang menerapkan gaya hidup individualistic. Seperti kepiting , hidup penuh persaingan dan saling menjatuhkan . Padahal semua memiliki kesamaan cita cita, yaitu kabur dari keranjang . Si empunya tidak pernah khawatir akan kaburnya kepiting itu satu demi satu karena mentalitasnya , memang mentalitas individualistic. Kepiting tidak mempunyai kecerdasan sosial yang mumpuni, mereka tidak mampu bekerja sama . Maksud hati mau kabur dari keranjang , tapi terjebak pada egoisme individual ,dimana lebih senang menguasai dan menginjak orang lain. Egoisme dan saling injak ini berakibat buruk pada kinerja kolektif, karena pada akhirnya tidak seorangpun tidak bisa keluar dengan selamat dari keranjang.