Grebeg Besar, Cara Unik Keraton Surakarta Rayakan Iduladha

Grebeg Besar, Cara Unik Keraton Surakarta Rayakan Iduladha

Keraton Kasultanan Surakarta punya cara unik untuk memperingati Iduladha yaitu dengan mengadakan Grebeg Besar. Gimana prosesi dan keseruannya ya?



Arakan Grebeg Besar Keraton Surakarta. (tirto.id)

Inibaru.id – Setelah penyembelihan kurban, ternyata perayaan Iduladha belum usai bagi masyarakat Solo nih gan. Bukan hanya merayakan hari besar Islam dengan tradisi keagamaan, masyarakat Solo ternyata sudah terbiasa merayakannya dengan tambahan tradisi khas daerah.

Keraton punya tiga macam grebeg yaitu grebeg mulud, poso, dan besar untuk merayakan hari besar pada kalender Islam. Masing-masing digelar satu tahun sekali dan bisa dibedakan berdasarkan cara penyelenggaraannya. Nah, Grebeg Mulud digelar untuk memperingati hari Maulud Nabi Muhammad SAW. Sementara untuk memperingati Idulfitri, Keraton Surakarta menggelar Grebeg Poso.



Keraton Surakarta mengadakan berbagai grebeg untuk memeriahkan perayaan hari besar. (wikimedia.org)

Untuk memperingati Iduladha, keraton menyelenggarakan Grebeg Besar. Penyelenggaraan grebeg ini dilakukan dengan mengarak gunungan gan. Gunungan pada grebeg besar punya makna tersendiri loh, yaitu sebagai wujud syukur masyarakat Solo dan keraton atas segala rejeki yang diberi Tuhan. Kebersamaan antara ulama, masyarakat, dan keraton turut tercermin dalam tradisi ini.

Jenis gunungan dibedakan menjadi dua gan. Gunungan Estri berbentuk kubah melambangkan wanita dan Gunungan Jaler berbentuk kerucut melambangkan laki-laki. Tribunnews.com, Rabu (22/8) menulis, Gunungan Estri berisi rengginang, onde-onde ceplus, dan nasi komplet. Sementara gunungan Jaler terdiri dari sayur-sayuran seperti kacang panjang, wortel, dan cabai.



Gunungan Estri berbentuk kubah diarak para abdi dalem. (tirto.id)

Barisan terdepan arakan dimeriahkan oleh drum band, prajurit, dan kerabat keraton. Gunungan yang terdiri dari bermacam-macam hasil bumi dibawa oleh para abdi dalem dalam barisan paling belakang gan. Mulai dari sentana dalem Keraton Solo sampai alun-alun utara keraton. Setelah itu, gunungan akan berhenti di Majid Agung agar dapat didoakan oleh ulama keraton.

Berebut Isi Gunungan

Setelah prosesi doa, gunungan diarak kembali menuju keraton gan. Masyarakat yang sudah menunggu langsung berebut mengambil isi gunungan tersebut. Mereka percaya bahwa gunungan yang telah didoakan akan membawa berkah tersendiri.



Masyarakat dan abdi dalem rela berdesak-desakan demi mendapat isi gunungan. (tirto.id)

Untuk menghormati para abdi dalem yang menghabiskan hari raya bersama keluarga, tradisi tahunan ini selalu digelar pada lebaran hari kedua. Baik grebeg syawal Idulfitri maupun Iduladha. Selain itu, pemilihan hari tersebut juga bertujuan memberikan waktu untuk penyembelihan kurban.

Gimana gan, tradisi masyarakat Solo unik kan? Jangan lewatkan tradisi grebeg ini ya kalau agan singgah di Kota Solo tahun depan.



*SUMBER:inibaru.id

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel