#IniIndonesiaku Bule Juga Jatuh Cinta Dengan Wayang Kulit
Tuesday, August 7, 2018
Hallo agan sista dimanapun kalian berada :hai izinkan aku yang nubie ini menuangkan isi hati dan pikiran ya :malus semoga lolos review aamiin
Untuk memperingati HUT RI yg ke-73 kaskus kreator ngadain event Ini Indonesia. Dalam event ini kaskuser bisa nulis apapun tentang Indonesia. Tema yang aku pilih kali ini yaitu wayang kulit. Yuk, langsung ke tkp aja:ngacir:
Quote:
Quote:
Wayang kulit adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di pulau jawa (khususnya jawa bagian tengah dan timur). Wayang kulit dimainkan oleh dalang sebagai narator dan dialog tokoh-tokoh pewayangan, nayaga sebagai pengiring musik gamelan dan sinden sebagai penyanyi tembang. Pertunjukan wayang kulit pada tanggal 7 November 2003 telah diakui UNESCO (organisasi pendidikan, keilmuan dan kebudayaan PBB) sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga. :
Ironisnya di era modern ini kesenian wayang kulit sudah mulai ditinggalkan oleh generasi muda, karena dinilai membosankan alur ceritanya, tidak paham tokoh pewayangannya, dsb. Namun tidak bagi para warga negara asing (bule) ini lho, justru karena wayang kulitlah mereka jatuh cinta kepada negara Indonesia. Siapa saja sih bule-bule ini? Yuk langsung saja kita simak...
Ironisnya di era modern ini kesenian wayang kulit sudah mulai ditinggalkan oleh generasi muda, karena dinilai membosankan alur ceritanya, tidak paham tokoh pewayangannya, dsb. Namun tidak bagi para warga negara asing (bule) ini lho, justru karena wayang kulitlah mereka jatuh cinta kepada negara Indonesia. Siapa saja sih bule-bule ini? Yuk langsung saja kita simak...
Quote:
Dalang Bule:
1. Gaura Mancacaritadipura (Australia)
Memutuskan mempelajari wayang kulit di Solo sejak tahun 1997, hingga akhirnya benar-benar menguasai dengan baik semua teknik pewayangan. Bahkan karena kemampuan dalangnya yang sudah mumpuni, dia pernah diundang KBRI Korea Selatan untuk memainkan wayang kulit di Seoul. Sekarang Gaura telah menjadi WNI.
2. Helen Pausacker (Australia)
Mungkin satu-satunya wanita (bule) yang menjadi dalang. Mempelajari wayang kulit sejak 40 tahun lalu. Dia lebih sering manggung di luar negeri dan menggunakan narasi dan dialog wayang kulit dengan bahasa inggris.
3. Matthew Isaac Cohen (Amerika)
Tertarik dengan dunia wayang kulit sejak menikahi wanita asli indonesia bernama kartiningsih pada tahun 1998, memperdalam ilmu dalang di kampus ISI Solo.
4. Ryoh Matsumoto (Jepang)
Dalang dari jepang ini sudah mempelajari wayang kulit sejak 20 tahun lalu, dia menggabungkan cerita rakyat jepang dengan wayang kulit. Saat memainkan wayang kulit, dia juga menggunakan efek pencahayaan dan video sehingga menghasilkan sebuah pentas seni yang luar biasa.
5. Urban Wahlstedt (Swedia)
Lebih sering menggelar pentas wayang kulit di stockholm bersama grup gamelan riris genta raras (gamelan binaan KBRI swedia)
1. Gaura Mancacaritadipura (Australia)
Memutuskan mempelajari wayang kulit di Solo sejak tahun 1997, hingga akhirnya benar-benar menguasai dengan baik semua teknik pewayangan. Bahkan karena kemampuan dalangnya yang sudah mumpuni, dia pernah diundang KBRI Korea Selatan untuk memainkan wayang kulit di Seoul. Sekarang Gaura telah menjadi WNI.
2. Helen Pausacker (Australia)
Mungkin satu-satunya wanita (bule) yang menjadi dalang. Mempelajari wayang kulit sejak 40 tahun lalu. Dia lebih sering manggung di luar negeri dan menggunakan narasi dan dialog wayang kulit dengan bahasa inggris.
3. Matthew Isaac Cohen (Amerika)
Tertarik dengan dunia wayang kulit sejak menikahi wanita asli indonesia bernama kartiningsih pada tahun 1998, memperdalam ilmu dalang di kampus ISI Solo.
4. Ryoh Matsumoto (Jepang)
Dalang dari jepang ini sudah mempelajari wayang kulit sejak 20 tahun lalu, dia menggabungkan cerita rakyat jepang dengan wayang kulit. Saat memainkan wayang kulit, dia juga menggunakan efek pencahayaan dan video sehingga menghasilkan sebuah pentas seni yang luar biasa.
5. Urban Wahlstedt (Swedia)
Lebih sering menggelar pentas wayang kulit di stockholm bersama grup gamelan riris genta raras (gamelan binaan KBRI swedia)
Quote:
Sinden Bule:
1. Claire Marie Hefner (Amerika)
Bermukim di yogyakarta sejak tahun 1999, awalnya mempelajari tarian jawa dan merambat pada kesenian gamelan. Sekarang sering mendampingi kelompok gamelan di Emory University (boston).
2. Ester Wilds (Inggris)
Sinden anggota kelompok gamelan South Bank Gamelan Players, mahir membawakan tembang-tembang jawa seperti Uler Kambang dan Sontoloyo.
3. Elizabeth Sekar Arum Karen (Amerika)
Sepertinya sinden bule yang paling terkenal di jawa timur, bahkan bisa dibilang njawani. Sempat berkuliah di IKIP Malang tahun 1990 dan menjadi istri seorang dalang.
4. Hiromi Kano (Jepang)
Berkuliah di ISI Solo selama 8 tahun untuk memperdalam budaya jawa. Tidak banyak yang mengira dia adalah wanita jepang jika sudah manggung menggunakan kebaya dan sanggul.
5. Megan Collin Donoghu William (Amerika)
Belajar menjadi sinden tahun 2005, sering ikut pentas wayang kulit bersama ki manteb. Karena masih baru belajar, kosa kata bahasa jawanya yang dikuasai belum begitu fasih sehingga pernah dikerjain bilang dalang munyuk (monyet)
1. Claire Marie Hefner (Amerika)
Bermukim di yogyakarta sejak tahun 1999, awalnya mempelajari tarian jawa dan merambat pada kesenian gamelan. Sekarang sering mendampingi kelompok gamelan di Emory University (boston).
2. Ester Wilds (Inggris)
Sinden anggota kelompok gamelan South Bank Gamelan Players, mahir membawakan tembang-tembang jawa seperti Uler Kambang dan Sontoloyo.
3. Elizabeth Sekar Arum Karen (Amerika)
Sepertinya sinden bule yang paling terkenal di jawa timur, bahkan bisa dibilang njawani. Sempat berkuliah di IKIP Malang tahun 1990 dan menjadi istri seorang dalang.
4. Hiromi Kano (Jepang)
Berkuliah di ISI Solo selama 8 tahun untuk memperdalam budaya jawa. Tidak banyak yang mengira dia adalah wanita jepang jika sudah manggung menggunakan kebaya dan sanggul.
5. Megan Collin Donoghu William (Amerika)
Belajar menjadi sinden tahun 2005, sering ikut pentas wayang kulit bersama ki manteb. Karena masih baru belajar, kosa kata bahasa jawanya yang dikuasai belum begitu fasih sehingga pernah dikerjain bilang dalang munyuk (monyet)
Quote:
Wah ternyata banyak juga ya bule yang tertarik dengan budaya indonesia khususnya wayang kulit. Aku sendiri selama ini hanya sekedar mengenalkan ke si kecil dengan mengajak menonton pagelaran wayang kulit . Kalah jauh deh sama bule-bule itu, justru merekalah yang mau melestarikan budaya indonesia. Jika bule-bule tersebut orang yang bisa membanggakan kesenian asli Indonesia, lalu kenapa orang Indonesia sendiri tidak?
Sumber : pemikiran pribadi
Ganbar : google