Kotak Katik Mencari Pemimpin



Politik mencari pemimpin memang sedang di ambang pintu, semua rakyat melihat dengan caranya sendiri untuk menghindari tipu muslihat, para partai pun sibuk berkoalisi demi mencari sesuap nasi yaitu periuk jabatan yang lebih tinggi.



Tak ada penjabaran program karena para elite sedang bingung mencari gandengan untuk sang pemimpin, masih tetap sama seperti 5 tahun yang lalu hanya ada 2 figure yang kuat untuk beradu dalam meraih kursi Presiden. Prabowo dan Jokowi sosok figure yang dinanti agar memimpin negeri ini dengan adil, tapi para elite koalisi mengajukan banyak nama untuk meraih posisi sebagai wakilnya hingga siapakah yang dipilih masih tarik-menarik, ulur-mengulur, hingga ada wacana poros ketiga dengan Presidennya Gatot atau Anis Baswedan, dengan wakilnya cak Imin untuk menggembosi kubu lain.



Inilah gerakan politik yang ingin kadernya masuk dalam pemerintahan hingga mendapatkan satu jatah kursi di kabinet sebagai mentri, bagi-bagi kue memang sudah ada dari zaman dulu hingga banyak terciptalah parpol baru karena nikmatnya kue manis di lingkaran kekuasaan.

Pendaftaran memang tinggal menghitung hari, semua parpol sibuk untuk mencari posisi tapi ingat mencari pemimpin hendaklah berdiskusi, karena memilih pemimpin tidaklah seperti membeli tahu bulat yang di goreng dadakan. Semua harus diteliti, kemampuan sang pemimpin beserta jajarannya hanya pintar bicara tapi kosong isinya atau berisi tapi hanya banyak diam tanpa ada eksekusi.



Dari jutaan penduduk dan anak bangsa tidak terlihat seorang pemimpin baru, ketika Ulama disodorkan jadi pemimpin tentu saja tidak mau karena tanggung jawabnya yang berat dunia akhirat, bahkan ia ingin lebih menjadi penasihat daripada memimpin kenapa ?? Itulah yang banyak orang tidak tahu, sebagai pemimpin ia akan menjalani kehidupan yang dibawah tekanan tinggi baik dari rakyat, pihak asing, dan juga teman politik, semua minta kepentingannya di akomodir, ketika sang pemimpin salah langkah pastinya akan di bully, bahkan ketika merasa jumawa sang pemimpin akan ketagihan dan malas turun dari kursi hingga membuat sebuah dinasti untuk mencari posisi untuk keluarganya nanti. Setidaknya pilihlah pemimpin yang bisa adil dan mengayomi, walau itu sulit namun harus dipilih 5 tahun kedepan kebijakannya akan membuat negeri ini bertambah maju atau runtuh semua ada di tangan anak-anak muda generasi saat ini.



Pemimpin yang mengutamakan moral dengan membenamkan pendidikan agama kepada anak bangsa rasanya perlu untuk di pertimbangkan, ketika keyakinan di tumbuhkan untuk berbuat kebaikan maka negeri ini akan selalu tolong-menolong, musyawarah untuk mufakat, membantu warga sekitar yang lemah, menghindari permusuhan mengutamakan persatuan, kalau pemimpin jauh dari kebaikan yang diselimuti dengan nama agama nampaknya negara memang bisa saja akan maju dalam hal lahiriah namun masyarakatnya sakit jiwa, kasus-kasus kriminal meningkat, hukum rimba akan terjadi dia yang kuat akan bertahan, chaos karena perut lapar karena para penguasa mengutamakan profit, hingga tujuan masyarakatnya hanya untuk kerja dan menghasilkan uang setelah itu mati dengan predikat orang kaya. Ketika hal itu terjadi tentunya kepentingan politik diatas segalanya dibandingkan dengan kepentingan rakyat yang dianggap batu kerikil.



Ketika itu terjadi tingkat stress manusia akan tinggi, bila tak kuat jaga diri maka sudah banyak yang terjadi di negara maju untuk kasus bunuh diri. Setidaknya semua itu berawal dari pemimpinnya, ketika pemimpin itu menjalankan norma-norma agama, sosial yang tinggi, kesederhanaan, etika yang baik, memberikan hukuman mati bagi kasus korupsi, narkoba dan juga pembunuhan, akan banyak orang yang berfikir dua kali untuk melakukan kejahatan, selama uang masih menjadi tujuan bukanlah ridha dari Tuhan negeri ini akan selamanya seperti ini, monggo yang mau golput seruupuutt dolo



c4punk@2018

Referensi tulisan

http://bit.ly/2MeTXrq



Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel