
Seperti di Indonesia, sekolah di Jepang memiliki seragam wajib untuk setiap angkatannya. Mulai dari SMP dimana para siswa harus mengenakan seragam dan juga dasi, seperti yang sering dilihat di berbagai anime. Namun, peraturannya tidak hanya untuk seragam, tas dan sepatu dalam gedung juga harus sama. Bahkan ada peraturan tentang make up dan gaya rambut. Yap, di sekolah Jepang, ketaatan adalah raja ketika anak-anak tumbuh - walaupun secara umum di universitas akan lebih santai.
Di tempat lain pasti selalu ada petugas kebersihan, Pemelihara, dan penjaga gedung, tapi di Jepang, itu tidak dibutuhkan di sekolah. Para murid, guru dan staff semuanya berpartisipasi dalam memelihara kebersihan sekolah. Setiap wilayah diserahkan kepada setiap orang dan setiap hari ada waktu khusus untuk bersih-bersih yang disebut "souji". Tujuan dari hal ini, selain menghemat uang sekolah dengan tidak perlu menyewa petugas pembersih adalah, untuk mengajari murid tentang tanggung jawab personal dan mempersiapkan mereka di dunia yang sebenarnya.
Dimanapun kamu berada ekstrakurikuler adalah bagian penting dari sekolah, tapi Jepang sepertinya lebih serius akan hal ini dibanding negara lain. Di SMP dan SMA, hampir semua siswa ikut dalam tim atau klub. Mulai dari olahraga, klub yang mencurahkan usahanya untuk kepentingan sekolah, sampai hal seperti astronomi dan mengoleksi serangga. Partisipasi dalam klub ini juga jauh lebih banyak dibandingkan di negara lain, karena biasanya kegiatannya terus berlanjut walau pada libur sekolah, seperti libur musim panas.
Di negara-negara lain, siswa yang nilainya sangat buruk akan tinggal kelas atau harus mengikuti remedial agar bisa memperbaiki nilainya. Tetapi di Jepang, tidak penting seberapa bagus nilaimu pada saat ujian ataupun kamu yang suka bolos. Mungkin ini terdengar sangat menyenangkan, tapi ada beberapa hal yang membuat aturan ini ada. Pertama, tekanan sosial dan orang tua cukup tinggi, sehingga kegagalan jarang terjadi. Sebagai tambahan, nilai ujian penting untuk mengikuti tes masuk ke SMA (Yap, SMA) ataupun kuliah.

Seperti di Indonesia, tahun ajaran baru di Jepang tidak dimulai pada awal tahun. Mereka memulainya pada bulan April dan berakhir pada bulan Maret. Tapi yang membuat Jepang begitu berbeda, walau mereka memiliki liburan musim panas, para siswa masih diberikan PR dan kegiatan ekstrakurikuler masih aktif di masa "liburan" ini. Disana juga lebih sedikit hari libur. Meskipun waktu libur muridnya sedikit, para guru justru hampir tidak memiliki hari libur kecuali liburan nasional.