Albudazi Dan Perempuan selendang.
Thursday, September 6, 2018
Albudazi dan Perempuan Selendang.
Oleh: Fathul Kwairumaratu

Terlintas dengan pelan perempuan selendang itu memacuh sepeda mini dengan senyum dia melemparkan senyum pada jejaka kampung yang biasa di sapa dengan nama albudazi yang berdiri di samping jalan.
Mengharu birulah Albudazi sempoyongan dan tak mampu menahan rasa atas senyuman itu.
Dan memerah wajah kusam, hitam manis berkarakter sendu itu simpuh malu. Dan Albudazi dengan jatuh pada pandangann pertama.
Perempuan selendang itu tetap memacuh sepeda mini berwarna merah muda itu dengan cepat menejuh sudut perkampungan sebab matahari mulai terjatuh perlahan menegakan petang hendak berganti malam.
Albudazi sedih lalu membatin sebab perempuan itu hilang dan tidak saling mengenal. Adakah malam, pagi dan sore yang nantinya bisa aku melihatnya ya Tuhan. Ujar Albudazi, sembari berjalan pulang.
Seperjalanan pulang Jejaka Albudazi setiba di rumah. Terngiang senyum perempuan selendang semerbak harum bunga Arum Lily dengan kepolosannya, membuat kasmaran Jejaka kampung ini.
Siapakah namamu, dimana kau tinggal, adakah kau melihat aku tadi. Hatinya Albudazi berbicara sendiri.
Malam itu mulai larut, purnama menampakan keanggunannya langit menegaskan keanggunannya lalu angin mendayu lembut dan udara malam itu sejuk tak bertepi dan Albudazi terlelap dengan mimpi-mimpi indah sang perempuan selendang.
Bersambung gaeess. ?