Cara 5 Negara Stop Kekerasan Suporter Sepak Bola (Wajib Diterapi di Indonesia nihh)
Tuesday, September 25, 2018

Dunia sepak bola Indonesia kembali menorehkan catatan hitam setelah seorang suporter tewas dikeroyok.
Suporter Persija Jakarta, Haringga Sirila (23), meninggal dunia diduga karena dikeroyok sejumlah suporter Persib Bandung, jelang laga Liga 1 antara Persib dan Persija di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Minggu (23/09) siang.
Belasan orang yang diduga mengeroyok Haringga telah ditangkap kepolisian.
Namun, berbagai pertanyaan muncul terkait apakah pemerintah, aparat keamanan dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), telah cukup melakukan pencegahan dan penindakan terkait kekerasan yang kerap menyelimuti dunia sepak bola dalam negeri.
Berdasarkan data lembaga nirlaba Save Our Soccer (SOS), sebanyak 55 suporter sepak bola Indonesia tewas, mayoritas karena aksi kekerasan dan pengeroyokan, sejak 1995 sampai 2017.
Sementara jumlah kematian pendukung Persija dan Persib telah mencapai 7 orang, sejak 2012 lalu.
Berikut upaya 5 negara menindak dan mencegah berbagai kekerasan yang dilakukan suporter, di dalam atau di luar stadion.
Quote:
Italia – Batalkan seluruh liga
Presiden Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) mengancam batalkan seluruh liga di negara itu, setelah rentetan kekerasan oleh suporter berlangsung pada Januari 2007. Salah satunya ketika seorang ofisial klub amatir Sammartinese, tewas ketika terjebak dalam perkelahian antara pendukung dan pemain bola, pada Sabtu (27/01/07). Kala mengancam akan membatalkan seluruh kompetisi, Presiden FIGC saat itu, Luca Pancalli menyebut, "Kita dalam kondisi genting. Untuk memperbaiki citra sepak bola, saya siap mengambil langkah drastis." Dan beberapa hari setelahnya, kematian karena aksi pendukung sepak bola Italia kembali terjadi. Seorang polisi, Filippo Raciti, tewas saat bertugas melerai pertikaian antara dua pendukung klub Serie A, Catania dan Palermo, usai sebuah pertandingan pada Jumat (02/02/07). Raciti disebut tewas karena ditusuk di bagian hatinya, dengan "benda tajam dari toilet". Geram, Pancalli pun melaksanakan janjinya, membatalkan seluruh pertandingan, bahkan laga yang digelar oleh tim nasional Italia, selama sepekan.
Kematian Raciti yang diliput berbagai media dunia, saat itu membangkitkan solidaritas dan dukungan terhadap keselamatan aparat keamanan.
Quote:
Turki – Suporter dilarang nonton
Gerah karena pertikaian antara suporter membuat salah satu klub sepak bola Turki, Fenerbahce, menerapkan cara unik, yaitu melarang laki-laki menonton di stadion, dan hanya membolehkan penonton perempuan dan anak-anak. Kantor Berita Anadolu melaporkan, saat laga antara Fenerbahce dan Manisaspor, di Istanbul, pada September 2011, Fenerbahce memberikan lebih 41.000 tiket gratis kepada penonton perempuan dan anak-anak. "Ini akan saya ingat selamanya. Jarang sekali stadion dipenuhi perempuan dan anak-anak," kata kapten Fenerbahce waktu itu, Alex de Sousa, seperti dilaporkan Kantor Berita Anadolu. Tidak hanya di Turki, pertandingan Liga Champion antara Manchester City dengan klub asal Rusia, CSKA Moscow, di Rusia, pada 21 Oktober 2014, berlangsung tanpa ditonton satu orang pun di stadion. Pelarangan penonton ini merupakan sanksi setelah supporter CSKA Moskow melakukan tindakan kekerasan saat sebuah laga di Roma, Italia, beberapa hari sebelumnya. Namun, pelarangan penonton ini mendapat kritik sejumlah pihak. Misalnya yang menyebut penonton akan mencari tempat lain untuk menyaksikan sepak bola, seperti bar atau restoran, yang kembali membuka peluang terjadinya pertikaian antara pendukung. Apalagi tempat-tempat hiburan tersebut cenderung memiliki pengawalan yang lebih longgar.
Quote:
Inggris –larangan berpatisipasi dikompetisi Eropa 5 Tahun
Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) melarang semua klub asal Inggris tampil di kompetisi Eropa selama lima tahun. Keputusan itu diambil setelah terjadinya tragedi Stadion Heysel di Brussels, Belgia, venue final Piala Champions (saat ini Liga Champions) 1984--1985 yang mempertemukan Liverpool kontra Juventus empat hari sebelumnya.
Membludaknya fan Liverpool tak menyurutkan pendukung Juventus memberikan semangat. Namun, suasana menjadi mencekam setelah kedua suporter terlibat friksi. Saksi mata mengatakan fan Juventus yang memulai pergesekan di dalam stadion tersebut. Fan Liverpool yang lebih banyak balik membalas dengan lemparan batu ke arah pendukung Juventus.
Sadar kalah jumlah, fan Juventus memilih mundur, namun terhalang tembok stadion. Alhasil, salah satu tembok stadion itu pun roboh dan menimpa suporter di tribun bawah yang menewaskan 39 jiwa dan 600 orang terluka pada laga yang dimenangkan Juventus 1-0 itu. Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) pun mendukung sanksi yang diberikan UEFA usai ditanggapi keras Perdana Menteri Margaret Thatcher. Namun, FA tak menyangka UEFA akan memberikan sanksi lama yakni lima tahun larangan berpartisipasi di kompetisi Eropa.
Apes bagi Liverpool. Klub pesisir sungai Mersey itu mendapat tambahan satu tahun larangan tampil di Eropa. The Reds mendapat tambahan sanksi karena dinilai UEFA menjadi tim yang berperan langsung dalam bencana Stadion Heysel.
Quote:
Rusia – Polisi 'kelas berat' dan Sanksi untuk klub
Kekerasan oleh suporter sepak bola menjadi hal yang berkali-kali terjadi di Rusia sejak awal tahun 2000an. Spartak Moscow, Lokomotiv Moscow dan CSKA Moscow adalah klub yang pendukungnya kerap rusuh. Rusia pun memiliki polisi anti-huru hara dengan perlengkapan komplit, yang kerap dipanggil para suporter sebagai "kosmonot", karena pakaian pelindung tebal dan helm yang mereka kenakan. Polisi tersebut dilengkapi tameng, pentungan dan gas air mata untuk menindak tegas pelaku, yang sering bersenjata. Bahkan, tiga minggu jelang pembukaan Piala Dunia 2018, pemerintahan Presiden Vladimir Putin meluncurkan video yang memperlihatkan polisi menguji coba penggunaan pistol dan senapan mesin, untuk menakut-nakuti penggemar yang berniat rusuh.
Lebih jauh lagi, hukuman terkait tindakan yang dilakukan suporter, juga bisa dijatuhkan pada klub atau tim nasional yang didukungnya. Pada 2016 lalu, Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA), mendeportasi 50 suporter asal Rusia, dan menjatuhkan sanksi denda €150.000 atau sekitar Rp2,7 miliar kepada tim nasional Rusia, setelah melakukan kekerasan berantai dan terkoordinasi, saat penyelenggraan Euro 2016 di Prancis.
Quote:
Belgia – Pelatihan suporter
Program Pelatihan Suporter dimulai oleh klub asal Belgia, Standard Liege, pada akhir 1980an. Idenya mencegah terjadinya kekerasan oleh suporter dengan meredam gejalanya sejak dini. Dalam program ini anak-anak muda ditanamkan nilai toleransi selama menonton bola. Pengajaran dilakukan oleh sejumlah pemain bintang dan mantan perusuh, yang memberi tahu kepada anak muda bahwa kekerasan yang dilakukan berpotensi fatal, melukai, dan berujung dengan catatan kriminal yang membuat mereka sulit mendapat pekerjaan di kemudian hari.
Program yang kemudian ditiru oleh banyak negara ini pernah mendapatkan penghargaan UEFA-backed European Football Supporters Award pada 2011, atas upaya tidak kenal lelahnya dalam melawan kekerasan di dunia olahraga.
Nah,,, :ultahhore Itu tadi Cara 5 Negara Menerapkan Sanksi untuk Stop Kekerasan dalam Sepak Bola.... KIra-kira apakah Contoh diatas harus Diterapkan Di Indonesia untuk Mengurangi maraknya Kekerasan Antar Kubu Supoorter:kroasia