Pemaaf dipikiran kita adalah suatu hal positif dan baik bagi kelangsungan hubungan antar manusia. Itu benar, tapi gak sepenuhnya.
:matabelo
Menurut penelitian, sifat pemaaf juga bisa berdampak negatif bagi manusia terutama dalam menjalin hubungan
:nohope
Quote:
Ilustrasi memaafkan. | Fizkes /Shutterstock Semua orang pernah membuat kesalahan. Seberapa mudahnya memaafkan tergantung pada masing-masing orang.
Sebagian orang dengan mudah memaafkan, sebagian lain masih menyimpan dendam. Bagaimanapun, penelitian baru menunjukkan otak kita sebenarnya punya kecenderungan untuk memaafkan. Bahkan ketika seseorang mungkin benar-benar tidak layak dimaafkan.
Penelitian ini dilakukan oleh psikolog di Yale, University of Oxford, University College London, dan International School for Advanced Studies. Hasil penelitian diterbitkan dalam jurnal Nature Human Behavior.
Dalam eksperimen penelitian hampir 1.500 subjek didahapkan pada orang asing "baik" dan "jahat". Mereka diminta untuk memberikan kesan tentang orang-orang itu.
Menariknya, sebagai orang pemaaf, para peserta lebih yakin terhadap kesan baik mereka atas orang-orang tersebut dan kurang yakin terhadap kesan buruk mereka. Bahkan ketika mereka sudah menyaksikan orang-orang itu melakukan sesuatu yang buruk.
Ada garis tipis antara memberikan kesempatan kedua dan membiarkan perilaku buruk serta menempatkan diri kita pada posisi berisiko menderita kerugian emosional dan fisik.
"Pikiran manusia dibangun untuk mempertahankan hubungan sosial, bahkan ketika rekan atau pasangan terkadang berperilaku buruk," tulis para peneliti.
Namun, dalam beberapa keadaan otak kita tampaknya punya pesan lain yang ingin disampaikan. "Otak membentuk kesan sosial dengan cara yang dapat memungkinkan pengampunan," kata Molly Crockett, penulis senior makalah yang juga psikolog Yale.
Menurut Crockett ini terjadi bukan tanpa sebab. "Karena kadang-kadang orang berperilaku buruk karena tak disengaja, maka kita harus dapat memperbarui kesan buruk yang ternyata salah. Jika tidak, kita mungkin akan mengakhiri hubungan secara prematur dan kehilangan banyak manfaat dari hubungan sosial," paparnya.
Penulis riset lain Jenifer Siegel mengungkap, penelitian ini dapat membantu menjelaskan gangguan psikiatri yang melibatkan kesulitan sosial seperti Borderline Personality Disorder (BPD).
Menukil Psych Central, hubungan penderita BPD biasanya ibarat badai di laut. Pada suatu masa ia tenang dan merasa sayang pada pasangannya, di masa yang lain ia tak sabar untuk segera menyudahi hubungan itu.
Hubungan semacam ini bisa jadi membingungkan pasangan. Kadang mereka merasa disayang, lain waktu merasa tercampakkan.
"Kemampuan untuk melihat kesan karakter orang lain secara akurat adalah hal krusial untuk mengembangkan dan menjalin hubungan yang sehat. Kami sudah mengembangkan alat untuk mengukur terbentuknya kesan, ini bisa membantu memperbaiki pemahaman kita soal disfungsi hubungan," terang Siegel.
Hasil penelitian ini menurut para periset dapat menjelaskan mengapa orang memilih untuk tetap bertahan dalam hubungan yang buruk.
Para periset merujuk pada hubungan yang memiliki pola berulang. Salah satu pasangan membuat kesalahan, dimaafkan, lalu membuat kesalahan yang sama lagi.
"Kami pikir temuan ini mengungkapkan kecenderungan memberi orang lain manfaat dari keraguan, bahkan pada orang asing. Pikiran manusia dibangun untuk menjaga hubungan sosial, bahkan ketika pasangan kadang berperilaku buruk," urai Crockett.
Maaf bisa berbahaya. Seperti disinggung sebelumnya, terlalu sering memaafkan tidak hanya membuat orang bertahan dalam hubungan tidak sehat, bisa juga membiarkan perilaku negatif tak kunjung membaik.
Dalam hubungan misalnya. Jika Anda terus memaafkan pasangan yang berbohong, ia tak akan bisa paham betapa perilakunya memengaruhi hubungan dan perasaan Anda sebagai pasangannya.
Menjadi pemaaf memang baik, tapi pastikan jika pasangan bersikap tidak sepantasnya Anda bisa mengomunikasikan dan membuatnya bisa memahami perasaan.
Dalam menjalani hubungan maaf adalah hal krusial. Pun menurut riset, sudah jadi sifat bawaan manusia.
Namun, penting untuk diingat memaafkan bukan berarti Anda harus diam dan rela menjalani hubungan yang tak membahagiakan bahkan merugikan. Bagaimanapun setiap orang berhak untuk bahagia.
Ternyata sifat dasar manusia memang pemaaf gan, ini udah dibuktiin oleh periset.
Menjadi pemaaf sah sah aja menurut ane gan, selama kesalahan yang dilakuin emang masih wajar atau masih pantes di maafin.
:matabelo
Tapi selama yang ane pelajari sih emang bagusnya memaafkan, hubungan dengan orang yang kita maafkan bagaimana ntarnya tergantung kita dan dianya nanti
:shakehand2
Quote:
:hn Buat liat informasi menarik lainnya seperti artikel di atas bisa liat di sini :cystg
Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh :cendolgan
SUMUR : Beritagar.id Quote: