Kedudukan Bapak dan Ibu Mertua dalam Islam
Tuesday, September 18, 2018
Ulasan lengkap tentang bagaimana Islam memandang posisi ibu dan bapak mertua.
Ketika seseorang menikah (laki-laki maupun perempuan), maka secara otomatis dirinya juga akan memiliki orang tua baru, atau yang dalam kultur Indonesia disebut dengan mertua. Mertua adalah orang tua dari pasangan kita—orang yang sudah mengasuh dan merawat pasangan kita dari kecil sampai dewasa.
Namun, tak jarang ditemukan ketidakcocokan antara mertua dengan menantu karena alasan-alasan tertentu. Biasanya hal ini sampai menimbulkan pertikaian besar. Padahal mertua adalah orang tua kita juga. Berkat ridha dan doa restunya jugalah pernikahan kita dengan pasangan bisa terlaksana sebaik mungkin.
Bagaimana Islam Memandang Kedudukan Mertua?
Tuhan sudah memerintahkan secara jelas kepada manusia untuk senantiasa berbuat baik dan berbakti kepada ibu bapaknya. Perintah ini tercantum dalam Alquran surat Al-Isra ayat 23 yang artinya:
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia."
Nah, firman Tuhan tersebut juga berlaku dalam konteks berumah tangga. Ketika seseorang menikah, maka dirinya juga wajib berbakti kepada sang mertua, seperti halnya ia berbakti kepada ibu bapak kandungnya, selama tidak melanggar perintah agama dan nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat.
Berbakti kepada orang tua (dan mertua) adalah salah satu bentuk jihad dunia. Meskipun sudah menikah, kewajiban untuk berbuat baik kepada orang tua tidak akan putus, bahkan sampai orang tua meninggal.
Dari Abdullah bin Amru bin Ash, didapat seorang laki-laki yang meminta izin kepada Rasulullah untuk berjihad. Kemudian Nabi bertanya, "Apakah kedua orang tuamu masih hidup?" Lelaki itu menjawab, "Masih." Beliau bersabda, "Kalau begitu, berjihadlah dengan berbuat baik terhadap keduanya." (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
Hadis di atas mengingatkan kita betapa penting dan mulianya kedudukan orang tua (dan mertua) di mata Islam. Begitu mulianya, sampai berbuat bakti kepada keduanya pun disejajarkan pahalanya dengan berjihad.
Bagaimana Seharusnya Menantu Perempuan Bersikap kepada Mertua?
Sama halnya laki-laki yang memiliki kewajiban untuk memenuhi hak istri, seorang istri juga memiliki kewajiban untuk berbakti kepada suaminya. Dalam pandangan Islam, berbakti kepada suami merupakan perbuatan yang sangat mulia.
Ada cerita menarik yang berkaitan dengan hal ini, yakni ketika bibi dari Al Hushoin bin Mihsha datang kepada Rasulullah. Nabi kemudian bersabda yang artinya:
"Apakah engkau sudah bersuami?" Bibi Al-Hushain menjawab, "Sudah." "Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?", tanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lagi. Ia menjawab, "Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu."
(HR. Ahmad 4: 341 dan selainnya. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1933)
Hadis di atas secara tidak langsung juga memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada mertua sebagai bentuk bakti kita kepada suami. Menjalin hubungan baik dengan mertua adalah salah satu cara menyenangkan hati suami. Dengan begitu, tidak hanya kebahagiaan lahir batin yang akan Anda peroleh, tapi juga ridha Allah Swt.