Yuk Kenalan Lebih Dekat dengan Imunisasi dan Penyakit MR

Ketika membaca dan mengklik link judul thread ini, mungkin agan dan sista sempat membayangkan kenangan masa kecil yang tidak terlupakan bersama ... jarum suntik! Ya, benda mungil ini merupakan salah satu media imunisasi yang paling sering kita jumpai.
Imunisasi pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit tertentu. Namun, ada sebagian kalangan orang tua yang masih bersikeras untuk menolak pemberian imunisasi bagi anak-anak mereka. Alasannya pun beragam. Ada yang beranggapan bahwa imunisasi adalah kegiatan yang sia-sia, berbahaya, dan dapat menyebabkan anak yang sehat menjadi sakit, hingga dapat menyebabkan autisme. Benarkah demikian?
Bukti No Repost
Quote:
Yuk, klik dan tonton dulu versi animasi menarik ini biar lebih ngerti Quote:
Mengapa ada anak yang sehat tiba-tiba menjadi sakit setelah diberikan imunisasi?
Nah, pertanyaan ini muncul karena anak-anak mengalami berbagai reaksi pascaimunisasi. Demam, merah-merah, bengkak, dan gatal di area sekitar suntikan merupakan reaksi wajar setelah injeksi vaksin.
Analoginya sederhana. Sama seperti munculnya rasa pedas dan berkeringat setelah makan sambal. Hal tersebut adalah reaksi normal yang terjadi pada tubuh kita yang perlahan-lahan akan menghilang. Quote:
Apakah benar imunisasi dapat menyebabkan autisme pada anak?
Pernyataan ini tidaklah benar. Belum ada satu pun bukti valid yang mendukung bahwa imunisasi merupakan salah satu penyebab autisme. Salah satu bahan yang dianggap sebagai penyebab autisme adalah thimerosal, yaitu bahan pengawet di dalam vaksin. Bahan ini dianggap dapat menjadi racun yang menyerang sistem saraf pusat yang menjadi pemicu autisme pada anak.
Sejak era 1980-an, kasus autisme memang meningkat drastis di Inggris. Namun dari sekian banyak vaksin yang diberikan pada anak, hanya satu yang mengandung thimerosal, yaitu vaksin DTP (Difteri, Tetanus, Pertusis). Selama lebih dari 15 tahun terakhir, telah banyak institusi independen yang menguji kaitan antara vaksin dengan autisme. Hasilnya, tidak ada kaitan antara paparan thimerosal dengan autisme. Quote:
Lantas, apakah imunisasi merupakan kegiatan yang sia-sia?
Faktanya hingga saat ini, lebih dari 194 negara terus melakukan imunisasi untuk bayi dan balita. Sepanjang 60 tahun, semakin banyak penyakit menular yang dapat dicegah di Indonesia dengan imunisasi. Salah satunya adalah penyakit MR. Quote:
Apa itu penyakit MR?
MR merupakan singkatan dari measles (campak) dan rubella. Campak dan rubella adalah penyakit infeksi menular melalui saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus.
Campak dapat menyebabkan komplikasi yang serius seperti diare, radang paru, radang otak, kebutaan, gizi buruk, dan bahkan kematian. Sementara itu, rubella biasanya berupa penyakit ringan pada anak. Akan tetapi bila menulari ibu hamil pada masa awal kehamilan, penyakit ini dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi yang dilahirkan. Quote:
Apakah ada obat untuk penyakit campak dan rubella?
Kabar buruknya, tidak ada obat untuk campak dan rubella. Namun, jangan khawatir karena penyakit ini masih dapat dicegah melalui imunisasi dengan vaksin MR. Satu vaksin ini dapat mencegah dua penyakit sekaligus!
Vaksin MR ini diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia melalui kampanye nasional dan telah menjadi imunisasi rutin pada bulan Agustus-September 2017 di enam provinsi Pulau Jawa, serta pada Agustus-September 2018 di 28 provinsi luar Jawa. Program ini menyasar seluruh anak usia 9 bulan sampai dengan usia kurang dari 15 tahun yang totalnya berjumlah sekitar 67 juta anak, atau seperempat dari jumlah penduduk Indonesia. Quote:
Penutup
Isu-isu negatif tentang bahaya imunisasi nyatanya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Kita telah diberi berbagai kemudahan oleh pihak terkait untuk mencegah wabah penyakit-penyakit berbahaya. Salah satunya, imunisasi dilakukan secara gratis.
Thread ini merupakan hasil kerja sama Tupai Kecil dan UNICEF dalam mendukung kampanye imunisasi MR Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.