Milenial, Jangan Pernah Lupakan Jasa 5 Guru Bangsa Ini
Friday, October 5, 2018
MATA INDONESIA, JAKARTA – Sepanjang sejarah, Indonesia punya banyak tokoh-tokoh hebat yang menjadi guru bagi generasi kini, hingga generasi selanjutnya nanti.
Khusus generasi milenial, sudah seharusnya tak melupakan jasa-jasa mereka yang telah berjuang mengorbankan raga dan pikiran agar penerusnya menikmati masa depan yang cerah.
Dari sekian banyak tokoh, setidaknya ada lima sosok yang dianggap sebagai Guru Bangsa terbesar yang telah menyumbangkan banyak gagasan penting untuk kemajuan Indonesia. Sosok-sok tersebut adalah berikut ini:
1.HOS Cokroaminoto
Spoiler for HOS Tjokroaminoti:
Bernama asli Raden Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto, dari sosok inilah lahir pemikir dan pemimpin besar setelahnya seperti Soekarno, Kartosuwiryo, Semaoen, hingga Tan Malaka.
Lahir di Madiun 16 Agustus 1882 dan wafat pada 17 Desember 1934, Cokroaminoto adalah pemimpin paling mahsyur dalam organisasi terhebat pada saat itu, pra kemerdekaan, yakni Sarekat Islam atau Syarikat Islam (SI). Ia disebut sebagai sosok pelopor pendirian bangsa Indonesia yang merdeka. Bahkan rumahnya dijadikan tempat ngekost oleh Soekarno, Kartosuwiryo dan pemuda lainnya pada masa itu demi menimba ilmu pada Sang Guru.
2. Ki Hadjar Dewantara
Spoiler for Ki Hajar Dewantara:
Sebenarnya, Ki Hadjar Dewantara bernama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Namun pada tahun 1922, namanya diganti menjadi Ki Hadjar Dewantara. Hingga kini, begitulah ia dikenal dalam memori bangsa.
Ki Hadjar lahir di Pakualaman pada 2 Mei 1889 dan wafat di Yogyakarta 26 April 1959. Ia adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia. Jasanya yang terbesar adalah menjadi pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia di zaman penjajahan Belanda. Ia mendirikan Perguruan Taman Siswa yang memberi kesempatan pribumi jelata untuk menikmati pendidikan layaknya pribumi priyayi dan orang Belanda.
Tanggal lahirnya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyannya yang populer, "Tut wuri handayani", menjadi slogan utama Kementerian Pendidikan hingga kini.
3. Mohammad Hatta
Spoiler for Mohammad Hatta:
Terlahir dengan nama asli Mohammad Athar pada 12 Agustus 1902 dan wafat pada 14 Maret 1980, Bung Hatta, julukannya, adalah seorang negarawan dan Wakil Presiden pertama Indonesia. Ia bersama Ir Soekarno adalah dua orang proklamator yang menandatangani teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
Cara berjuangnya melalui berbagai diplomasi organisasi telah membangkitkan gairah tokoh-tokoh Indonesia pada saat itu untuk menggerakkan rencana kemerdekaan melalui cara yang sama. Begitu mahsyurnya Hatta, bahkan Belanda pun mengenang sosoknya dengan memberi nama salah satu jalan di Haarlem, Belanda, dengan nama Mohammed Hattastraat.
4. Nurcholis Madjid
Spoiler for Nurcholis Majid:
Masyarakat Indonesia lebih populer menyebutnya dengan nama Cak Nur. Lahir di Jombang pada 17 Maret 1939 dan wafat di Jakarta 29 Agustus 2005, Cak Nur adalah seorang cendekiawan besar, pembaharu dan pemikir Islam, serta budayawan dengan sejuta gagasan, terlebih ia pandai menulis.
Salah satu gagasan terbesarnya untuk Indonesia adalah Pulralisme. Meskipun awalnya, gagasan itu sempat menimbulkan kontroversi dari berbagai kalangan, namun, kini istilah Pluralisme telah mewarnai kehidupan berbangsa di Indonesia. Idenya yang paling terkenal adalah slogan "Islam Yes, Partai Islam No" yang menimbulkan polemik berkepanjangan sejak dicetuskan pada 1960-an.
Di akhir era Orde Baru, atas saran bijaksana Cak Nur, Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya. Orde Baru tumbang, era reformasi dimulai. Cak Nur tetap dikenang sebagai salah satu guru bangsa yang terbesar.
5. Gus Dur
Spoiler for Gus Dur:
Umat agama selain Islam di Indonesia mulai tersenyum lebar bahagia saat Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menjadi Presiden keempat RI. Di bawah kepemimpinan Gus Dur, gema toleransi dikumandangkan di seluruh negeri.
Gus Dur menjadi bapak perdamaian dan toleransi di Indonesia. Ia memberi banyak ruang bagi Non Muslim di ranah publik, bahkan mengesahkan banyak hari libur nasional berdasarkan hari raya keagamaan selain Islam. Kebijaksanaannya ini membuat semua umat beragama hormat pada sosoknya.
Tak hanya sebagai presiden, jauh sebelum itu, Gus Dur adalah seorang kiai terkenal. Ia adalah cucu dari Kiai Hasyim Asyari, pendiri organisasi terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). Bahkan, saking tingginya ilmu Gus Dur, para santri dan banyak kalangan lainnya menduga bahwa ia adalah seorang Wali, satu dari derajat tinggi dalam Islam.
Gus Dur lahir di Jombang 7 September 1940 dan wafat di Jakarta 30 Desember 2009. Ia dimakamkan di makam Pesantren Tebu Ireng, satu kawasan bersama ayahnya KH Wahid Hasyim dan kakeknya KH Hasyim Asyari. (Awan)
sumber