Perang Punisia Pertama, Perang Besar Antara Romawi dan Kartago
Friday, October 19, 2018
Karena saya baru aja selesai menerjemahkan video di youtube tentang perang Punisia, saya di sini jadi ingin membahas soal perang Punisia. (ini videonya kalau mau lihat). :malus
Oke, tanpa perlu banyak basa-basi langsung aja.
Spoiler for Penyebab:
Pertama apa sih perang Punisia itu? perang Punisia adalah perang besar antara Kartago dan Romawi kuno. Bisa dibilang itu adalah perang dunia kedua pada zaman kuno antara Kartago dan Romawi yang merupakan dua kekuatan besar pada zamannya. Perang ini adalah perang yang akan membuat Romawi menjadi kekuatan yang mendominasi barat untuk selama tujuh ratus tahun dan membentuk jalannya sejarah sebagai hasilnya.
Pertama apa sih perang Punisia itu? perang Punisia adalah perang besar antara Kartago dan Romawi kuno. Bisa dibilang itu adalah perang dunia kedua pada zaman kuno antara Kartago dan Romawi yang merupakan dua kekuatan besar pada zamannya. Perang ini adalah perang yang akan membuat Romawi menjadi kekuatan yang mendominasi barat untuk selama tujuh ratus tahun dan membentuk jalannya sejarah sebagai hasilnya.
Perang Punisia pertama terjadi antara tahun 264 SM hingga 241 SM. Penyebab dari perang ini cukup konyol, ini semua dimulai ketika sekelompok tentara bayaran dari Italia yang menyebut diri mereka sendiri sebagai Mamertine dipanggil ke kota Messina yang terletak di timur laut pulau Sisilia, dan selama di sana mereka merasa bosan dan merencanakan untuk mengambil alih kota. Mereka mengkhianati orang yang mempekerjakan mereka dan membunuh sebagian besar populasi di kota itu. Mereka yang awalnya adalah tentara bayaran berubah menjadi pembajak dan perampok.
Mamertine memegang kota Messina selama lebih dari 20 tahun. Mereka mengubah kota itu dari kota perdagangan menjadi markas utama mereka. Mereka merampok desa-desa terdekat dan kapal perdagangan lalu membawa hasil jarahannya ke markas mereka. Mereka menangkap tahanan dan meminta tebusan. Eksploitasi mereka membuat mereka kaya dan kuat, mereka bahkan mulai melakukan ekspansi hingga ke Gela (salah satu kota di selatan pulau Sisilia).
Pada sekitar tahun 270 SM eksploitasi yang dilakukan Mamertine terdengar hingga ke Sirakusa (kota yang terletak di timur pulau Sisilia).
Hiero II, seorang tirani dari Sirakusa, mulai mengumpulkan pasukan untuk menyingkirkan para perusak kedamaian dan menyelamatkan orang-orangnya.
Hiero bertemu dengan Mamertine saat mereka berada di dekat Sirakusa, Hiero lalu mengirim tentara bayarannya yang tidak patuh kepadanya untuk maju dan membiarkan mereka dibantai Mamertine. Hiero lalu membawa pasukannya yang tersisa kembali ke kota dan membiarkan mereka beristirahat agar bisa bertempur dalam kondisi terbaik, setelah itu dia membawa pasukannya ke utara dan dia menemukan Mamertine di Sungai Longanus di dataran Mylae, Mamertine tidak terbiasa dengan pertempuran besar dan menjadi sembrono setelah mengalahkan tentara bayaran Hiero sehingga dengan mudah mereka dikalahkan, dan Hiero II memproklamasikan dirinya sebagai raja.
Dalam pertempuran, Hiero menangkap pemimpin Mamertine dan sisa-sisanya melarikan diri kembali ke Messina. Hiero lalu membatasi aktivitas Mamertine dan membuat mereka berada dalam situasi yang mengerikan.
Ketika Hiero kembali untuk mengepung markas mereka (Messina) pada 265 SM, Mamertine meminta bantuan pada Kartago. Melihat itu, pasukan Sirakusa mundur kembali karena tidak ingin berhadapan dengan Kartago.
Mamertine yang telah diselamatkan oleh Kartago merasa tidak puas mengikuti perintah mereka, jadi Mamertine meminta bantuan Romawi untuk mengusir Kartago.
Awalnya Romawi bimbang apakah harus membantu Mamertine dan berperang dengan Kartago atau tidak. Mereka tidak ingin membantu orang yang mencuri kota dari pemilik aslinya, tapi mereka juga tidak ingin melihat kekuatan Kartago terus meluas dan mendekati Italia. Jadi pada akhirnya mereka menerima permintaan Mamertine dan membantu mereka. Romawi mengirim Appius Claudius Caudex dan dua legiun tentara untuk membantu Mamertine.
Sebagai respon Sirakusa beraliansi dengan Kartago. Dan konflik itulah yang menjadi awal perang Punisia Pertama.
Sedikit info tambahan: pulau Sisilia pada saat itu sebagian dikuasai oleh Yunani dan sebagian lainnya dikuasai oleh Kartago.
Spoiler for Pendaratan Romawi di Sisilia:
Perang di Sisilia dimulai ketika Romawi mendarat di Messina pada 264 SM. Dua legiun tentara yang dipimpin oleh Appius Claudius Caudes mendarat di Messina. Setelah mengalahkan pasukan Sirakusa dan Kartago yang mengepung di Messina, Pasukan Romawi mengepung Sirakusa. Setelah pengepungan singkat, dengan tanpa bantuan Kartago terlihat, Sirakusa membuat perjanjian damai dengan Romawi.
Berdasarkan perjanjian, Sirakusa akan menjadi sekutu Romawi dan membayar 100 talent perak (berdasarkan wikipedia. talent adalah satuan berat pada zaman kuno. Satu talent di Yunani sama dengan 26KG, sedangkan di Romawi satu talent sama dengan 32.3KG) kepada Romawi, dan mungkin yang paling penting adalah setuju untuk memberi suplai pada pasukan Romawi yang ada di Sisilia. Itu menyelesaikan masalah Romawi yang harus mengirim suplai lewat laut sedangkan musuh mereka memiliki angkatan laut terbaik pada zamannya. Dan juga mengikuti Sirakusa, beberapa kota di Sisilia yang dikuasai Kartago juga jadi beralih ke sisi Romawi.
Sementara itu Kartago mulai membangun pasukan tentara bayaran di Afrika, dan lalu mengirim mereka ke Sisilia untuk bertemu Romawi. Menurut Philinus, seorang sejarawan yang hidup pada zaman perang Punisia pertama, pasukan itu terdiri dari 50.000 infanteri, 6.000 kavaleri, dan 60 gajah perang.
Pada 262 SM, Romawi mengepung Agrigentum. Garnisun dari Agrigentum berhasil meminta bantuan dan pasukan bantuan Kartago, yang dipimpin oleh Hanno, berhasil menghancurkan jalur suplai Romawi, menyebabkan pasukan Romawi kelaparan. Dengan suplai dari Sirakusa yang terputus, Romawi sekarang terkepung. Hanno awalnya berencana membiarkan Romawi kalah karena kelaparan, tapi Hannibal Gisco (bukan Hannibal Barca yang memimpin Kartago di perang Punisia kedua, tapi jenderal Kartago yang memimpin angkatan darat dan laut) yang ada di dalam Agrigentum terus mengirim sinyal pada Hanno bahwa mereka kekurangan makanan, memaksa Hanno untuk langsung menyerang Romawi. Sayangnya Kartago kalah karena Romawi unggul dalam jumlah. Walaupun begitu tentara yang meninggal di sisi Romawi jauh lebih banyak daripada Kartago dimana Romawi kehilangan 15.000-35.000 sedangkan Kartago 7.200 (3.200 terbunuh dan 4.000 ditangkap). Hannibal Gisco dan pasukannya bersama dengan garnisun Agrigentum berhasil kabur dengan selamat sedangkan 25.000 penduduk setempat dijual sebagai budak. Setelah 261 SM, Romawi mengontrol sebagian besar Sisilia.
Spoiler for Pertempuran Laut:
Ilustrasi Pertempuran Laut (Sumber Gambar)
Pada awal perang Punisia pertama, Romawi sebenarnya tidak punya pengalaman dalam perang di laut, sedangkan musuhnya pemilik angkatan laut terkuat pada zamannya. Bahkan ada sebuah cerita, bahwa awalnya Romawi tidak tau caranya membangun kapal perang sehingga mereka harus menyalin kapal perang Kartago.
Angkatan Laut pertama Romawi dibangun setelah kemenangan di Agrigentum pada 261 SM. Untuk menutupi kelemahan mereka yang kurang berpengalaman dalam pertempuran laut, Romawi melengkapi kapalnya dengan corvus, sebuah jembatan dengan panjang sekitar 11 meter dan ujungnya yang tajam berduri untuk menghubungkan kapalnya dengan kapal musuh sehingga mereka bisa memaksa bertempur langsung di kapal dan bukannya dengan menabrakan kapal yang merupakan taktik umum pertempuran laut pada zaman itu.
Angkatan Laut Romawi yang baru di bawah Gaius Duilius, bertempur dengan Kartago yang dipimpin oleh Hannibal Gisco di utara Mylae pada 260 SM. Polybius menyatakan bahwa Kartago memiliki 130 kapal, tapi tidak menjelaskan berapa yang dimiliki Romawi. Namun Romawi awalnya memiliki 120 kapal dan kehilangan 17 dalam pertempuran sebelumnya sehingga kapal milik Romawi mungkin berjumlah 103, tapi dengan bantuan dari sekutunya jumlah itu mungkin bisa lebih besar.
Corvus yang melengkapi kapal Romawi terbukti sukses, mereka berhasil merebut 30 kapal Kartago. Setelah 20 kapal lainnya berhasil direbut Romawi, Hannibal Gisco mundur dengan kapalnya yang tersisa dan meninggalkan Duilius dengan kemenangan.
Pada tahun 259 SM, konsul Lucius Cornelius Scipio menduduki Aleria di Korsika dan mungkin Olbia di Sardinia. Hanno meninggal saat bertempur di Olbia. Romawi mundur karena armada kapal Kartago telah tiba. Pada tahun yang sama pertempuran angkatan laut terjadi di dekat Sulci. Armada kapal Kartago dikalahkan dan komandannya Hannibal Gisco kabur ke Sulci dan nantinya ditangkap oleh pasukannya dan disalib. :takuts
Angkatan Laut pertama Romawi dibangun setelah kemenangan di Agrigentum pada 261 SM. Untuk menutupi kelemahan mereka yang kurang berpengalaman dalam pertempuran laut, Romawi melengkapi kapalnya dengan corvus, sebuah jembatan dengan panjang sekitar 11 meter dan ujungnya yang tajam berduri untuk menghubungkan kapalnya dengan kapal musuh sehingga mereka bisa memaksa bertempur langsung di kapal dan bukannya dengan menabrakan kapal yang merupakan taktik umum pertempuran laut pada zaman itu.
Angkatan Laut Romawi yang baru di bawah Gaius Duilius, bertempur dengan Kartago yang dipimpin oleh Hannibal Gisco di utara Mylae pada 260 SM. Polybius menyatakan bahwa Kartago memiliki 130 kapal, tapi tidak menjelaskan berapa yang dimiliki Romawi. Namun Romawi awalnya memiliki 120 kapal dan kehilangan 17 dalam pertempuran sebelumnya sehingga kapal milik Romawi mungkin berjumlah 103, tapi dengan bantuan dari sekutunya jumlah itu mungkin bisa lebih besar.
Corvus yang melengkapi kapal Romawi terbukti sukses, mereka berhasil merebut 30 kapal Kartago. Setelah 20 kapal lainnya berhasil direbut Romawi, Hannibal Gisco mundur dengan kapalnya yang tersisa dan meninggalkan Duilius dengan kemenangan.
Pada tahun 259 SM, konsul Lucius Cornelius Scipio menduduki Aleria di Korsika dan mungkin Olbia di Sardinia. Hanno meninggal saat bertempur di Olbia. Romawi mundur karena armada kapal Kartago telah tiba. Pada tahun yang sama pertempuran angkatan laut terjadi di dekat Sulci. Armada kapal Kartago dikalahkan dan komandannya Hannibal Gisco kabur ke Sulci dan nantinya ditangkap oleh pasukannya dan disalib. :takuts
Spoiler for Romawi Menginvasi Afrika:
Laut Mediterania Barat pada 264 SM (Sumber Gambar)
Pada tahun 256 SM Romawi memutuskan untuk memulai menginvasi Afrika. Republik Romawi membangun armada kapal yang terdiri dari kapal transportasi untuk membawa pasukan dan perlengkapannya dan kapal perang untuk melindungi mereka. Kartago mencoba untuk menghentikan mereka dengan 350 kapal (menurut Polybius), tapi sayangnya dikalahkan dalam pertempuran teluk Ecnomus.
Setelah mengalahkan angkata laut Kartago yang mencoba mereka untuk mencapai Afrika dalam pertempuran teluk Ecnomus, Romawi mendarat dekat di Aspis (sekarang Kelibia), di selatan Kartago. Romawi segera bergerak dan mengepung Aspis, awalnya garnisun di Aspis melakukan sedikit perlawanan tapi segera menyerah pada Romawi. Itu adalah pertempuran pertama di daratan Afrika saat perang Punisia pertama dan terjadi pada 255 SM.
Setelah menguasai Aspis, Romawi menarik kembali pasukannya dan menyisakan Marcus Atilius Regulus dengan 15.000 infanteri dan 500 kavaleri untuk tinggal.
Pada saat itu Kartago telah memanggil kembali jenderal Hamilcar dengan 5.000 infanteri dan 500 kavalerinya kembali dari Sisilia untuk bergabung dengan jenderal Bostar dan Hasdrubal di Afrika, untuk mempertahankan kota Adis (sekarang bagian dari Tunisia).
Tanpa diketahui oleh Kartago, Romawi dengan cepat mengerahkan pasukannya di bawah selimut malam dan menyerang mereka dari dua arah saat dini hari. Awalnya Kartago bisa bertahan, tapi pada akhirnya mereka dihancurkan.
Kekalahan ini menyebabkan kekacauan di Kartago. Orang-orang Numidia melawan tuan mereka dan kota dibanjiri oleh pengungsi membuat mereka mengalami krisis makanan dan ancaman penyakit. Meskipun begitu Regulus dengan dua legiun pasukannya punya kesempatan yang kecil untuk menguasai kota itu tanpa pasukan bantuan. Negosiasi terjadi dimana Regulus menuntut Kartago untuk menyerahkan Sisilia, Korsika dan Sardinia, meninggalkan angkatan laut mereka, membayar ganti rugi, dan menandatangi perjanjian sebagai bawahan. Namun, Kartago menolak.
Meskipun negosiasinya gagal, untungnya untuk Kartago, Xanthippus, seorang jenderal tentara bayaran Sparta, telah kembali ke Kartago. Xanthippus berhasil mengalahkan Romawi dan menangkap Regulus pada pertempuran Bagradas atau yang dikenal juga dengan pertempuran Tunis.
Romawi mengirim kapal untuk membawa kembali pasukan yang selamat. Meskipun mereka berhasil membawa pasukannya yang selamat tapi dalam perjalanan kembali, badai menghancurkan hampir seluruh kapal dan jumlah korbannya melebihi 90.000 orang. Kartago menggunakan itu untuk keuntungannya dan menyerang Agrigentum. Romawi tidak yakin bisa mempertahankan kota, jadi mereka membakarnya dan meninggalkannya.
Romawi mampu pulih kembali dengan cepat. Dengan 140 kapal baru, Romawi kembali dengan strategi untuk mengambil kota Kartago di Sisilia satu persatu. Saat mereka berhasil menduduki kota Panormus, kota dengan populasi 70.000 orang itu harus membayar 200 drakhma agar bisa bebas dan mereka yang tidak bisa membayar dijual sebagai budak.
Pada 247 SM, Kartago mengirim jenderal Hamilcar Barca (ayah Hannibal Barca) ke Sisilia. Pendaratannya di Heirkte (dekat Panormus) memaksa Romawi mempertahankan kota pelabuhan Drepana dan Lilybaeum
Mungkin sebagai respon atas serangan Hamilcar, Romawi membangun armada kapal baru, armada kapal ini akan membuat keberhasilan Kartago di Sisilia menjadi sia-sia. Dimana stalemate yang dibuat Hamilcar di Sisilia menjadi tidak relevan setelah kemenangan angkatan laut Romawi di Pertempuran Kepulauan Aegates pada tahun 241 SM. Dengan bantuan dari Kartago terputus akibat kekalahan dalam pertempuran kepulauan Aegates, Hamilcar dipaksa menandatangani penjanjian damai.
Perlu diingat bahwa Hamilcar punya anak buah bernama Gesce yang melakukan negosiasi demi membuat kesan bahwa dia masih belum kalah.
Setelah mengalahkan angkata laut Kartago yang mencoba mereka untuk mencapai Afrika dalam pertempuran teluk Ecnomus, Romawi mendarat dekat di Aspis (sekarang Kelibia), di selatan Kartago. Romawi segera bergerak dan mengepung Aspis, awalnya garnisun di Aspis melakukan sedikit perlawanan tapi segera menyerah pada Romawi. Itu adalah pertempuran pertama di daratan Afrika saat perang Punisia pertama dan terjadi pada 255 SM.
Setelah menguasai Aspis, Romawi menarik kembali pasukannya dan menyisakan Marcus Atilius Regulus dengan 15.000 infanteri dan 500 kavaleri untuk tinggal.
Pada saat itu Kartago telah memanggil kembali jenderal Hamilcar dengan 5.000 infanteri dan 500 kavalerinya kembali dari Sisilia untuk bergabung dengan jenderal Bostar dan Hasdrubal di Afrika, untuk mempertahankan kota Adis (sekarang bagian dari Tunisia).
Tanpa diketahui oleh Kartago, Romawi dengan cepat mengerahkan pasukannya di bawah selimut malam dan menyerang mereka dari dua arah saat dini hari. Awalnya Kartago bisa bertahan, tapi pada akhirnya mereka dihancurkan.
Kekalahan ini menyebabkan kekacauan di Kartago. Orang-orang Numidia melawan tuan mereka dan kota dibanjiri oleh pengungsi membuat mereka mengalami krisis makanan dan ancaman penyakit. Meskipun begitu Regulus dengan dua legiun pasukannya punya kesempatan yang kecil untuk menguasai kota itu tanpa pasukan bantuan. Negosiasi terjadi dimana Regulus menuntut Kartago untuk menyerahkan Sisilia, Korsika dan Sardinia, meninggalkan angkatan laut mereka, membayar ganti rugi, dan menandatangi perjanjian sebagai bawahan. Namun, Kartago menolak.
Meskipun negosiasinya gagal, untungnya untuk Kartago, Xanthippus, seorang jenderal tentara bayaran Sparta, telah kembali ke Kartago. Xanthippus berhasil mengalahkan Romawi dan menangkap Regulus pada pertempuran Bagradas atau yang dikenal juga dengan pertempuran Tunis.
Romawi mengirim kapal untuk membawa kembali pasukan yang selamat. Meskipun mereka berhasil membawa pasukannya yang selamat tapi dalam perjalanan kembali, badai menghancurkan hampir seluruh kapal dan jumlah korbannya melebihi 90.000 orang. Kartago menggunakan itu untuk keuntungannya dan menyerang Agrigentum. Romawi tidak yakin bisa mempertahankan kota, jadi mereka membakarnya dan meninggalkannya.
Romawi mampu pulih kembali dengan cepat. Dengan 140 kapal baru, Romawi kembali dengan strategi untuk mengambil kota Kartago di Sisilia satu persatu. Saat mereka berhasil menduduki kota Panormus, kota dengan populasi 70.000 orang itu harus membayar 200 drakhma agar bisa bebas dan mereka yang tidak bisa membayar dijual sebagai budak.
Pada 247 SM, Kartago mengirim jenderal Hamilcar Barca (ayah Hannibal Barca) ke Sisilia. Pendaratannya di Heirkte (dekat Panormus) memaksa Romawi mempertahankan kota pelabuhan Drepana dan Lilybaeum
Mungkin sebagai respon atas serangan Hamilcar, Romawi membangun armada kapal baru, armada kapal ini akan membuat keberhasilan Kartago di Sisilia menjadi sia-sia. Dimana stalemate yang dibuat Hamilcar di Sisilia menjadi tidak relevan setelah kemenangan angkatan laut Romawi di Pertempuran Kepulauan Aegates pada tahun 241 SM. Dengan bantuan dari Kartago terputus akibat kekalahan dalam pertempuran kepulauan Aegates, Hamilcar dipaksa menandatangani penjanjian damai.
Perlu diingat bahwa Hamilcar punya anak buah bernama Gesce yang melakukan negosiasi demi membuat kesan bahwa dia masih belum kalah.
Spoiler for Kemenangan Romawi:
Ilustrasi Kemenangan Romawi (Sumber Gambar)
Romawi memenangkan perang Punisia pertama yang terjadi selama 23 tahun dan membuatnya menjadi kekuatan yang mendominasi laut Mediterania. Kartago dipaksa keluar dari Sisilia, menyerahkan seluruh kotanya yang ada di Sisilia dan membayar 3.200 talent perak pada Romawi. Dan meskipun Korsika dan Sardinia belum jatuh ke tangan Romawi pada saat itu, Romawi akhirnya dengan mudah merebut Sardinia dan Korsika dari Kartago, ketika Kartago terjerumus ke dalam perang tentara bayaran.
Spoiler for Sumber:
Terima Kasih sudah mampir gan.
Kalau berkenan bisa bantu :rate5