Tidak Mau Bersaing? Ya Jangan Hidup
Monday, October 1, 2018
Terlalu keras judulnya? Saya kira tidak ya. Hidup malah lebih keras dari pada kata-kata tersebut. Yah, hidup memang untuk bersaing. Bahkan sejak kita akan dicetak pun kita sudah terlibat persaingan sengit. Bukankah menurut sains, hanya satu sel sprema, dari jutan sel yang bisa membuahi sel telur? Dapat saya artikan, manusia itu sudah tangguh dari awal. Gimana tidak tangguh, satu bisa menyingkirkan jutaan kok. Dan yang kalah tidak ngamuk lalu bikin hoax. Apa artinya? Manusia kodratnya bersaing dengan fair.
Jadi kalau hari ini ada manusia yang mengeluh hanya karena tidak mampu bersaing, patut dipertanyakan, dia itu manusia atau bukan? Lho iya dong, hakekatnya manusia memang bersaing kok, masak kenal mengeluh. Harusnya tidak kenal dong. Usaha jualan baju, tidak laku karena sudah banyak situs jual beli online, memaki. Siapa yang dimaki? Situs online nya. Rebutan cewe dengan temannya, si cewe milih temannya, curhat. "Dunia memang tidak adil." "Apa karena aku ga punya ninja, jadi kamu ga cinta?"
Apa-apaan ini? Kalau toko mu jadi sepi pembeli, ya mikir dong. Yang punya situs online itu ukuran otaknya sama dengan ukuran otak mu. Beda nya dia mau mikir, kamu maunya mengeluh. Teman mu punya Ninja, karena dia anak orang kaya, dan kamu tidak. Tekad dong, jangan curhat. "Gw harus sekolah pinter, usaha yang bener, biar jadi kaya dan beli tuh mulut wanita!" Itu baru manusia. Bukan mengeluh, atau parahnya bikin hoax soal teman mu.
Quote:
Mau bilang berlebihan? Tujuan hidup bukan cuma soal menang kalah boss. Itu namanya penyangkalan. Coba kalau ada opsi menang dan kalah, mau pilih opsi apa jika sedang bersaing? Tentu menang. Mana ada orang yang mau kalah. Di sini letak perbedaan orang yang siap dan mau bersaing dengan orang yang tidak mau bersaing. Orang yang mau bersaing dan terbiasa bersaing, akan memikirkan bagaimana memenangkan persaingan dengan cara fair. Sedangkan orang yang tidak mau dan tidak siap bersaing akan mencari alasan pembenar untuk ketidak mau dan mampuannya itu.
Mau mencalonkan diri sebagai lurah,ya mari kita pikirkan caranya menang dengan fair. Lihat program Pak Lurah yang sebelumnya. Kalau ada yang bagus, ya diakui saja bagus, dan siap dilanjutkan. Kalau ada yang tidak pas, dikoreksi dengan solusi plus simulasi jika ini berjalan. Apa manfaatnya, apa keunggulannya. Luar biasa lagi kalau berani membuka dampak negatifnya dan bagaimana meminimalkan dampak itu. Itu baru siap bersaing.
Lalu gimana sikap orang yang malas bersaing saat ingin mencalonkan diri sebagai lurah? Gampang, bayar saja orang malas, penjahat, gali, maling untuk menakuti orang. Zaman dahulu dengan kekerasan dan stempel PKI. Zaman sekarang, rupanya ada yang masih memakai stempel PKI, lupa mereka punya siapa itu. Plus hoax, plus jual cocoklogi bencana, plus curhat. Seperti Cowo yang kalah saingan tadi. Seperti penjual baju yang memaki situs online karena bajunya tidak laku.
Mereka malas mikir, malas bersaing. Maunya mereka yang sana mati, saya penguasanya, saya yang terhebat, saya harus penuhi semua nafsu saya. Kalau kamu Tuhan gapapa, lha kamu masih doyan kok tidak mau bersaing. Lucu kan? Ya lucu, tapi ada di sekitar kita. Atau jangan-jangan kita seperti itu. Setelah merasa tersisih, bukannya berusaha untuk masuk dan naik lagi, tapi malah sibuk curhat sana-sini dan merasa paling ter-dzolimi.
Last. selama kita masih hidup, jangan pernah berharap akan bebas dari persaingan. Persaingan dalam aspek apapun akan tetap ada. Orang baik, akan bersaing dengan cara yang sah dan baik. Orang malas bersaing, akan menggunakan cara pemalas dan salah untuk memenangkan persaingan itu. Kita mau pilih yang mana? Silahkan tanya pada diri masing-masing. Salam Damai.
Ciao.
Sumber Referensi : Pikiran Sendiri
Sumber Gambar : sini, sini, sini