Pak Prabowo dan Kemiskinan
Saturday, November 3, 2018
Spoiler for Prabowo dan Sandi, Dalam Narasi Politisasi Kemiskinan:

Quote:
Oleh : Donny Gahral Adian
Retorika ketidakadilan, kesenjangan dan marjinalisasi saat ini selalu didengungkan oleh Capres Prabowo Subianto, 99 persen rakyat Indonesia hidup pas - pasan kata beliau. Ini menarik sebab retorika tersebut dilontarkan oleh Prabowo yg termasuk golongan 1 persen yg tidak pas - pasan.
Akibatnya, anomali politik pun terjadi. Di Boyolali, retorika kemiskinan Prabowo berubah menjadi ujaran yg merendahkan. Artinya, Prabowo tidak bisa melepaskan diri dari kelas sosialnya saat berpidato. Beliau berbicara pertentangan kelas (orang miskin tidak bisa masuk hotel mewah) dari ketinggian kelasnya.
Saya jadi khawatir semua program Prabowo untuk membela yang papa, ditulis dengan tinta emas. Hal yang sama juga berlaku untuk Cawapres Sandiaga Uno. Mereka berdua memainkan politisasi kemiskinan bukan politik kemiskinan. Mereka menjual kemiskinan sebagai propaganda politik in optima forma.
Sementara Jokowi sebagai petahana tidak pernah beretorika. Beliau sudah menjalankan banyak program untuk rakyat miskin. Alhasil angka kemiskinan pun berhasil ditekan dan inflasi dijaga dibawah 5% selama empat tahun berturut-turut.
Berbeda dengan Prabowo, Jokowi pernah susah. Beliau bukan anak siapa-siapa. Semua yang diperolehnya didapatkan melalui kerja keras dari titik nol. Kita harus percaya siapa sekarang? Dia yang berbicara kemiskinan dari podium kemakmuran. Atau, dia yang tahu betul seluk beluk kesulitan hidup dan memakai kekuasaan sebesar-besarnya untuk mengangkat harkat dan martabat kaum papa? Sebuah pilihan yang mudah tentu saja.
Akibatnya, anomali politik pun terjadi. Di Boyolali, retorika kemiskinan Prabowo berubah menjadi ujaran yg merendahkan. Artinya, Prabowo tidak bisa melepaskan diri dari kelas sosialnya saat berpidato. Beliau berbicara pertentangan kelas (orang miskin tidak bisa masuk hotel mewah) dari ketinggian kelasnya.
Saya jadi khawatir semua program Prabowo untuk membela yang papa, ditulis dengan tinta emas. Hal yang sama juga berlaku untuk Cawapres Sandiaga Uno. Mereka berdua memainkan politisasi kemiskinan bukan politik kemiskinan. Mereka menjual kemiskinan sebagai propaganda politik in optima forma.
Spoiler for Presiden Jokowi Saat Mengunjungi Pasar Tradisional:

Berbeda dengan Prabowo, Jokowi pernah susah. Beliau bukan anak siapa-siapa. Semua yang diperolehnya didapatkan melalui kerja keras dari titik nol. Kita harus percaya siapa sekarang? Dia yang berbicara kemiskinan dari podium kemakmuran. Atau, dia yang tahu betul seluk beluk kesulitan hidup dan memakai kekuasaan sebesar-besarnya untuk mengangkat harkat dan martabat kaum papa? Sebuah pilihan yang mudah tentu saja.
Spoiler for Jangan Lupa:
