Sekolah Gratis Itu "Salah" Besar [Special Edition]
Monday, November 26, 2018
Tidak Semua yang Cuma-Cuma itu ENAK
Assalamualaikum gansis yang kece badai....
Quote:
Mungkin sebagian dari gansis yang sudah dewasa maupun berkeluarga sudah tahu dengan progam sekolah "GRATIS", ada juga yang sebagian tahu jika itu hanya sebatas isu atau belum terealisasikan di daerah gansis. Di thread ini, ane akan membeberkan beberapa hal yang dirasakan sebagai siswa di salah satu sekolah negeri rujukan yang "GRATIS".
Quote:
WARNING!!
Quote:
Di harap meninggalkan KESAN yang baik setelah membaca thread ini. Berpikiranlah terbuka sebagai seorang dewasa. Di thread ini dibuka juga diskusi forum di kolom komentar :]
Yang "GRATIS" itu apa sihh..
Quote:
Quote:
Sejauh yang ane rasakan yang dibebaskan atau digratiskan dari sekolah ini adalah biaya SPP. SPP di tempat ane belajar itu Rp. 330.000 per bulan. Awalnya ketika SPP masih ada terasa banget kalau itu terlalu berat dan beban juga buat orang tua. Ketika sudah mulai gratis semuanya berubah, taman yang dulu sering dirawat tiba-tiba mulai kurang subur. Para OB sekolah yang dulu rajin tiba-tiba pada mager buat membersihkan area sekolah. Guru-guru yang sebelumnya males masuk jadi tambah males masuk, kecuali guru yang sudah memiliki status PNS.
Siswa Terbelit Hutang Saat SPP Sudah Gratis
Quote:
Quote:
Sebagian siswa mulai mengetahui isu sekolah gratis sejak awal tahun 2018 dan sebagian orang tua mereka sudah mendengar bahwa ada sekolah yang sudah gratis sesuai dengan kampanye Gubernur Terpilih. Sejak itu mereka menyimpulkan bahwa mereka tidak perlu membayar SPP toh pemerintah juga sudah terbitkan surat gratis dan btw sekolah tempat teman ane belajar juga sudah gratis dan itu sekabupaten dengan sekolah ane, setelah itu berlarut lah mereka yang berpikir seperti itu tetap tidak membayar SPP walaupun sebenarnya belum mengeluarkan pengumuman secara resmi dari sekolah ane sendiri. Pada bulan Juli tahun ini, sekolah baru resmi mengeluarkan pengumuman sekolah bebas SPP dengan syarat melunasi SPP sebelum bulan Juli Tahun 2018. Di saat itulah, para siswa yang belum bayar kelabakan dengan biaya SPP yang menggunung dan biaya yang menggunung itu harus tetap dibayar bagaimanapun caranya. Ane merasa bingung aja kenapa sejak awal tiba ada sosialisasi yang benar mengenai hal ini dan anak usia 16 tahun dibiarin berpikiran seperti itu dan akhirnya menjadi gunung masalah buat mereka di kemudian hari.
"Belajar itu Bayar, Tidak Ada yang Gratis" Wali Kelas Said..
Quote:
Quote:
Ane baru naik kelas 2 SMA sejak biaya mulai SPP digratiskan, kebetulan ane mendapat Wali Kelas yang Emak-emak Banget, suka sekali dengan namanya mengkritik, peduli sama anak yang bandel, yaa tau kali emak-emak kek gimana. Pas awal perkenalan dia langsung nyindir, "Kencing aja bayar 2000, masa mau belajar gratis". Disitu ane berpikir iya juga yaa mau buang air aja ada biayanya, masa iya belajar yang buat masa depan gratis tetapi, mau gimana lagi, itu sudah menjadi rencana pemerintah yang entah ane tidak tahu alasannya. Yang pastinya yang ane rasakan sejak sekolah "GRATIS" itu dampak negatif lebih terasa banget sekali.
Semuanya Berubah Ketika Gratis
Quote:
Sejak SPP di gratiskan, banyak guru yang berbicara ketika mengajar di kelas ane, berkisah bahwa semuanya berubah ketika GRATIS. Ada yang hilang, ada yang resign, ada yang gak mau kerja lagi, ada yang gaji guru honorer makin kecil, dan banyak lagi. Sebagian ane itu miris, seperti OB tidak mau bekerja lagi sepenuhnya karena hanya dibayar 1 juta perbulan. Kecil banget kan, kasian juga kalo dipikir-pikir terlebih lagi kalo mereka yang punya keluarga.
Kehidupan guru honorer yang masih mengandalkan sebagian sumber gajinya dari sekolah juga otomatis terhenti karena sekolah mau gimana kasih gajinya, toh murid nya pada gak bayar. Ada hal yang buat ane salut adalah mereka yang honorer namun, tetap rajin mengajar serta memiliki etos kerja yang kuat.
FYI, biaya BOS yang turun dari provinsi itu turunnya tiap 3 bulan sekali. Kebayang dong kalo sekolah ane hampir 75% memakai AC, kalo mati lampu yaa hal yang wajar dan bukan hal yang perlu diribetkan lagi. Ada saja cerita dibalik kebijakan pemerintah ini, seperti gaji guru yang PNS pun masih belum kebayar. Sudah terbayang jadi guru itu memang harus pakai sepenuh hati bukan tenaga semata saja.
Sekolah Makin Kejam...
Quote:
Quote:
Sejak SPP gratis, sekolah seakan tidak peduli dengan muridnya. Dengan bertambahnya usia bumi diiringi dengan kemajuan teknologi, wajar saja banyak kebutuhan murid yang harus terpenuhi, namun sekolah tetap saja dengan pendiriannya. Kegiatan ekstrakurikuler banyak yang mati lebih tepatnya eksistensinya sudah tidak ada lagi. Apapun hal yang berkaitan dengan uang, selalu dipersulit. Jika diminta bayar untuk suatu hal diminta cepat karena sekolah beralasan SPP sudah gratis, para murid seharusnya cepat dalam membayar apapun [dikira nyari duit gampang kali heuuu]. Ketika sebagian murid yang ingin melakukan kegiatan di luar sekolah seperti membela sekolah dengan ekskul masing-masing, proposalnya selalu dipersulit dan seakan sekolah harus mendapat benefit dari proposal itu.
Nasib Sulit Panitia Pensi Sekolah
Quote:
CONTOH PENSI SEKOLAH DI JAKARTA
Quote:
Kalo ditanya yang paling miris dari korban sekolah gratis ini yaitu Panitia Pensi. Sekolah ane merupakan sekolah rujukan di Kabupaten ane tinggal dan sebagai rujukan sekolah selalu meminta murid-muridnya menunjukan hal yang lebih dari sekolah lain. Panitia pensi sekolah pun sudah merencanakan dengan bagus untuk menyelenggarakan pensi yang megah nan bagus, namun apa dayanya dengan rencana mereka, biaya yang harus dikeluarkan sangat banyak. Sesuai yang tadi dibilang, uang adalah salah satu ALERGI sekolah. Walhasil, sekolah benar-benar tidak ingin ikut campur dan hanya menyediakan lahan saja tidak lebih tidak kurang. Semuanya hal tentang pensi seperti izin dengan masyarakat sekitar, dll, panitia pensi yang mengatur. Dan yang paling idiot di saat sekolah enggan memberikan dana untuk pensi, sekolah malah tidak menyukai langkah panitia pensi yang menggalang dana dari siswa di sekolah ane. Panitia pensi sekarang masih berusaha dengan mengamen di saat jam istirahat, tetap berjualan walaupun dikit yang beli. Salut banget ama mereka yang tetap begitu. Semoga rencana mereka lancar.
Komplikasi Masalah PAS Online
Quote:
Quote:
PAS adalah istilah lain dari UAS, Penilaian Akhir Semester. Kalo bagian sini ane ingin berkata, "SEKOLAH YANG KEBELET PANSOS DENGAN STATUS YANG DIMILIKI". FYI, sekolah ane ini adalah sekolah rujukan yang menjadi rujukan sekabupaten ane tinggal. Permasalahan ini yang ane rasakan adalah sekolah belum sangat siap dengan penyelenggaraan ini karena akibatnya bisa fatal jika salah satu server bisa bermasalah maka 1 sekolah ketika ujian bisa kena masalah. Harga server juga bukan harga yang murah, pastinya mahal banget. Entah alasan mengapa disaat banyak banget gelombang protes dari siswa yang menganggap sekolah belum siap, namun tetap saja sekolah tetap kekeuh dengan hal ini. Anehnya lagi jika PAS ini gagal maka mau tidak mau diganti minggu berikutnya. Bisa terpikirkan jika gagal terus gimana. Sekolah terus berusaha dengan cara mereka ane masih bisa respect tapi seakan-akan waktu yang sudah mepet ini, masih aja dijadikan kelinci percobaan. Btw senin besok ane sudah PAS. Yang anehnya adalah disaat sekolah terlihat belum mempunyai dana yang benar sangat siap sudah berani melakukan hal ini. Apakah sekolah terbebani dengan status rujukan yang mereka punya atau hal lain. We dunno. Just wish it'll better.
BONUSS
Spoiler for Pengalaman ter-Kesal dengan sekolah:
Tidak Konsisten dengan Omongan Sendiri
Quote:
Bagian ini sedikit OOT tapi ane ingin share aja pengalaman yang aneh dengan sekolah ane sendiri. Akhir tahun ini, bakal ada Goes to Campus aka. Jalan-jalan ke Bali dan ane gak ikut karena biayanya terlalu mahal buat ane yaitu 2,975 jt. Sedari awal sudah ada sosialisasi mengenai hal ini dan saat ada sosialisasi, bokap ane yang hadir. Uniknya pas bokap pulang dari sosialisasi, dia langsung bilang gak usah ikut kemahalan dan masa liburan di atur-atur. Bokap juga bilang kalo kepsek berpesan mau ikut gak ikut, tidak ada masalah dengan nilai. So ane memutuskan untuk tidak ikut dan membuat liburan dengan ortu sendiri. Wali kelas pun berpesan bagi yang tidak ikut maka orang tuanya harus datang. Setelah orang tua, ane, dan wali kelas berkumpul mulailah terbit-terbit rasa ketidaksukaan sekolah jika ane gak ikut. Waktu bertemu 6 mata, sekolah terlihat sangat memaksa ane untuk ikut padahal jika dihitung ane juga sudah rugi jika tidak ikut karena uang tabungan ane dipakai untuk DP travel oleh sekolah. Orang tua ane yang saat ibu ane itu yang hadir pun tidak menyukai gaya sekolah dalam merayu karena menurut ibu ane sekolah terlalu memaksakan untuk ikut padahal sebelumnya sekolah bilang tidak apa-apa jika tidak ikut. Akhirnya sekolah yang kesal dengan ane gak ikut memberikan tugas yaitu MEMBUAT MAKALAH MENGENAI 4 PTN YANG TERAKREDITASI A DENGAN ISI BERJUMLAH 50 LEMBAH (HANYA ISI). Sungguh baik bukan sekolah di saat keadaan emang gak bisa ikut malah dikasih hadiah seperti ini.
Mungkin cukup sekian dari banyak kisah yang ane alami sejak ada progam sekolah "GRATIS". Dengan ini, ane mewakili teman seperjuangan yang kesal juga berharap pemerintah lebih memperhatikan masalah pendidikan, jangan sampai ada seperti ini lagi. mohon bila ada salah kata. Kritik dan saran sangat dipersilahkan.
Quote:
Gambar hanya sebatas ilustrasi saja dan bersumber dari Gugel
Tulisan menurut opini dengan dilihat dari pengalaman yang dialami