Agama Keturunan Asal Punjab



Agama Keturunan Asal Punjab

Gurdwara adalah rumah ibadah pemeluk agama Sikh. Rumah Nomor 29 di Jalan Karang Mulya itu memang difungsikan sebagai tempat ibadah. Dikelola oleh Yayasan Dharma Khalsa yang berdiri sejak 1996.

SPANDUK ukuran 1 x 4 meter terpampang di persimpangan Jalan Karang Mulya, Karang Tengah, Kota Tangerang. Tertulis: 'Tidak Ada Alasan Apa Pun yang Membenarkan Berdirinya Gurdwara di Lingkungan Kami.' Di bagian bawah spanduk tertulis: 'Koalisi Masyarakat Karang Mulya'. Ahad dua pekan silam, spanduk itu masih terpampang.

Gurdwara adalah rumah ibadah pemeluk agama Sikh. Rumah Nomor 29 di Jalan Karang Mulya itu memang difungsikan sebagai tempat ibadah. Dikelola oleh Yayasan Dharma Khalsa yang berdiri sejak 1996. Spanduk itu adalah sisa-sisa demo penolakan dari 60-an warga sekitar yang berlangsung Minggu 5 Februari lalu. 'Mereka menuntut gurdwara ditutup,' kata Tommy Singh, 40 tahun, Ketua Yayasan Dharma.

Ketua koalisi, H. Hamim, menuding yayasan tidak berinteraksi dengan tokoh masyarakat ketika masuk daerah itu, awal 2005. Yayasan malah membagi-bagikan jaket dan sembako kepada tukang ojek dan warga sekitar. 'Mereka kemudian dimintai tanda tangan dan dijadikan semacam persetujuan berdirinya gurdwara,' ujar Hamim.

Puncak kisruh ini, Departemen Agama Kota Tangerang memberi tenggat enam bulan agar gurdwara pindah. Tommy Singh menandaskan, semestinya masyarakat sekitar tak terganggu. Ibadah rutinnya, tiap Minggu pagi, tak membuat macet jalanan. Sikh juga bukan agama dakwah. Penyebaran Sikh hanya melalui garis keturunan. Maka, tak ada ancaman pemurtadan.

Polemik tempat ibadah ini menambah daftar lika-liku keberadaan agama asal Punjab, India, itu. Seperti agama 'non-resmi' lainnya, pengikut Sikh kesulitan mencantumkan agamanya dalam pembuatan KTP. Selalu ditulis agama Hindu. 'Kalau kami minta tulis Sikh, alasan penolakannya macam-macam. Ada petugas yang bilang, di komputer agama Sikh nggak ada,' katanya.

Menurut Tommy, Sikh dan Hindu sangat berbeda. Kitab sucinya beda, konsep teologinya juga beda. 'Kenapa Kristen dan Katolik boleh dibedakan, sedangkan Sikh dan Hindu tidak?' tuturnya.

Soal KTP itu bisa berdampak serius. Ada cerita tahun 1980-an. Kala itu, seorang pemeluk Sikh meninggal dalam kecelakaan. Oleh warga setempat, KTP orang itu dicek, dan tertulis beragama Islam. Jamaah Sikh itu pun dikubur sesuai cara Islam. Lalu keluarga korban yang datang terlambat segera menuju kuburan dan langsung membongkarnya. 'Sebab, dalam agama Sikh, jenazah tidak dikubur, tapi dikremasi,' kata Tommy.

Penganut Sikh di Indonesia sekitar 1.500 kepala keluarga (KK). Sekitar 900 KK ada di Sumatera Utara. Dari 900 KK tersebut, 700-an KK ada di kota Medan. Ada empat gurdwara di Medan. Empat lagi di Jakarta. Menurut Gurdip Singh Aulakh, 45 tahun, tokoh umat Sikh di Medan yang juga guru agama Sikh, pada akhir abad ke-19, banyak orang Punjab, yang umumnya muslim dan Sikh, didatangkan ke Medan menjadi penjaga dan kurir kebun.

Kebebasan beribadah Sikh di Medan relatif baik. Sejak era reformasi, kata Gurdip, mereka makin bebas berekspresi. Pendirian dan renovasi rumah ibadah kini lebih mudah, tidak ada birokrasi yang berbelit-belit. Namun Sikh di Medan juga dinilai pemerintah masih sebagai salah satu aliran dalama Hindu.

"Di Depag terdaftar sebagai agama Hindu Sikh, ya, di KTP kami pakai Hindu Sikh," papar Gurdip. Bila SBY mau lebih membuka kebebasan beragama, Gurdip sangat mendukung. "Kami dari dulu berharap eksistensi kami diakui sebagai salah satu agama tersendiri," Gurdip menambahkan.

Asrori S. Karni, Basfin Siregar, dan Rosul Sihotang (Medan)

http://arsip.gatra.com/2006-02-27/ma...3&id=92571

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel