Ban mobil yang bocor bisa dipastikan akan membuat pengemudi menghentikan dan meminggirkan kendaraannya. Namun, jika ban "hanya kurang angin", tak sedikit pengemudi yang menganggapnya sebagai persoalan kecil dan terus melaju.
Padahal, kurangnya angin pada ban bisa menjadi awal dari berbagai masalah. Mulai dari kerusakan komponen, misalnya pelek, hingga kecelakaan yang bisa membuat pengemudi masuk ke rumah sakit.
Secara umum tekanan angin pada ban kendaraan Anda berfungsi untuk menopang beban kendaraan, menyerap guncangan permukaan jalan, meneruskan traksi dan gaya pengereman, dan berkontribusi sebagai penopang kinerja ban secara maksimal.
Intinya, ban adalah salah satu fitur paling penting pada kendaraan, sehingga mengabaikan cacat atau kekurangan kecil padanya bisa membahayakan pengemudi dan penumpang.
Karena penting itulah, jangan lupa memperhatikan dan mengecek setiap ban pada kendaraan Anda, terutama saat hendak menempuh perjalanan jarak jauh. Pengemudi mobil-mobil terbaru biasanya lebih dimudahkan karena banyak yang kini sudah dilengkapi fitur pemantau tekanan angin pada ban (
tire pressure monitoring system).
Berapa tekanan angin yang normal untuk jenis ban mobil atau motor yang Anda gunakan, bisa ditanyakan ke bengkel. Pasalnya, ukuran tekanan angin akan ditentukan oleh jenis dan ukuran ban yang digunakan.
Seperti dirangkum
Fastnlow.net,
Grid.id, serta
Green Nitrogen, ada beberapa hal yang harus Anda waspadai ketika tekanan ban mobil Anda berkurang namun terus dipaksa untuk berjalan. Kami jabarkan empat diantaranya.
Rawan terhadap kecelakaan
Tanpa Anda sadari, memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi dalam kondisi ban kurang tekanan angin, dapat memicu kecelakaan. Lambat laun laju kendaraan akan limbung, tak stabil, sehingga sulit untuk dikendalikan.
Risiko akan lebih besar ketika kondisi jalan dalam kondisi menurun atau menanjak, karena ban tentunya akan kehilangan daya cengkeram sehingga kendaraan kehilangan keseimbangan.
Ban menjadi lebih cepat terkikis
Karena dalam kondisi tekanan angin yang berkurang, sementara ban harus bekerja keras menopang beban kendaraan serta harus langsung bersentuhan dengan aspal, maka kompon ban berpotensi habis lebih cepat dari yang seharusnya.
Kondisi itu tentunya akan membuat alur ban akan menjadi lebih cepat tergerus atau botak, yang tentunya memicu potensi bahaya lain ketika digunakan.
Selain itu, ban yang kurang angin juga membuat kerja pelek semakin berat karena terus-menerus berbenturan dengan aspal. Pelek pun bisa ikut rusak.
Ban mudah meletus
Tak hanya kelebihan angin, kekurangan angin pun bisa menyebabkan ban meletus. Ketika menggunakan kendaraan dalam kondisi ban kurang angin, permukaan ban bisa menjadi retak, bolong, dan rusak, bahkan meledak.
Ban yang meledak, tentu saja, membahayakan pengemudi, penumpang, bahkan pengemudi kendaraan lain yang tengah berada di jalan yang sama.
Boros bahan bakar
Kekurangan angin menyebabkan seluruh permukaan ban akan menapak ke aspal, termasuk bagian yang seharusnya tidak menapak. Akibatnya ban cenderung berat untuk berputar, laju mobil terhambat dan mesin harus bekerja lebih keras.
Mesin yang bekerja lebih keras, tentu saja akan menghabiskan lebih banyak bahan bakar.
Melihat segala potensi buruk di atas, kami menyarankan agar Anda segera meminggirkan kendaraan saat mengetahui ban kendaraan yang ditumpangi kekurangan angin. Carilah tempat parkir yang paling aman, baik bagi diri Anda, maupun pengguna jalan lain.
Jika membawa ban cadangan dan bisa menggantinya sendiri, segera ganti. Kalau tidak, coba hubungi bengkel terdekat atau meminta bantuan pengemudi lain.
Tak ingin direpotkan oleh kondisi ban? Kalau punya dana lebih, cobalah gunakan
run flat tire (RFT). Ban jenis ini bisa dipaksa terus berjalan meski dalam kondisi tanpa angin sekalipun. Jarak tempuhnya antara 16-80 km, tergantung jenis RFT yang digunakan.
Jadi, menggunakan RFT akan membuat pengemudi lebih leluasa memilih tempat untuk mengganti ban, bahkan mungkin cukup kuat untuk membawanya ke rumah.