Kuburan Bayi Baru Lahir!!! Ini Bukti Kejamnya Bangsa Romawi
Di pesisir pantai Mediterania Israel terletak Ashkelon, pelabuhan yang sudah berdiri sejak 3.500 SM. Ashkelon menjadi salah satu kota terpenting di dunia kuno. Bangsa Romawi menaklukkan Ashkelon pada tahun 37 SM dan tinggal di sana selama empat abad. Kota itu akhirnya hancur selama perang salib. Di sepanjang pantai Mediterania di Israel, di pelabuhan kuno Ashkelon, seorang arkeolog bernama Ross Voss membuat sebuah temuan yang mengerikan.
Saat menjelajahi salah satu selokan kota, ia menemukan sejumlah besar tulang kecil. Awalnya, tulang-tulang itu diyakini sebagai tulang ayam. Namun, belakangan diketahui bahwa tulang itu sebenarnya adalah tulang manusia yang berasal dari zaman Romawi. Diperkirakan berjumlah lebih dari 100 bayi, itu adalah penemuan "kuburan" bayi terbesar yang pernah ditemukan hingga saat ini.
Sepertinya bayi-bayi itu memang sengaja dibunuh, kemudian jasadnya dibuang di satu lokasi yang sama. Investigasi mengungkapkan bahwa bayi-bayi itu dibuang di saluran pembuangan di mana sisa-sisa kerangka bayi yang ditemukan berada tepat di bawah tempat pemandian villa Romawi.
Ada kemungkinan bahwa bayi-bayi itu dilahirkan oleh para WTS (Wanita Tuna Susila) zaman Romawi atau pembantu yang bekerja di tempat. Namun demikian, ini masih sebatas spekulasi belaka karena tidak ada bukti lebih lanjut yang mendukung teori tersebut.
Jumlah bayi, semua usia yang sama dan tanpa ada tanda-tanda penyakit atau malfungsi tubuh, memang meyakinkan para peneliti jika bayi-bayi yang baru lahir itu memang sengaja dibunuh.
Pemeriksaan awal dari sisa tulang oleh Patricia Smith dan Gila Kahila dari Universitas Ibrani mengungkapkan bahwa sebagian besar tulang, yang ditemukan pada tahun 1988, masih utuh dan bahwa semua bagian kerangka ditemukan, menunjukkan bahwa bayi-bayi itu mungkin memang sengaja dibuang ke saluran pembuangan, segera setelah kematiannya. Semua tulang sebanding dengan jumlah bayi yang baru lahir. Tidak adanya garis neonatal (tanda menonjol pada enamel gigi sulung dan gigi molar permanen pertama, yang dianggap sebagai bukti kelangsungan hidup selama lebih dari tiga hari) menunjukkan bayi-bayi itu meninggal segera setelah lahir.
Smith dan Kahila mengira bayi Ashkelon mungkin anak perempuan karena pembunuhan bayi perempuan tersebar luas di masyarakat Romawi. Dalam sebuah surat yang ditulis pada 1 SM, seorang suami menginstruksikan istrinya yang sedang hamil, "jika (lahir) seorang anak laki-laki maka pelihara, dan jika seorang gadis maka buanglah," dan penyair Romawi Juvenal menyebutkan anak-anak "ditinggalkan di samping pembuangan kotoran (septik tank)."
Ariella Oppenheim dari Universitas Ibrani dan rekan-rekannya kini telah menganalisis DNA dari tulang untuk menentukan jenis kelamin bayi, yang metode osteologis standarnya tidak dapat diandalkan. Mereka mengekstrak DNA dari 43 tulang femur kiri, menggunakan satu tulang untuk menghilangkan kemungkinan menganalisis DNA bayi yang sama lebih dari satu kali.
Ekstraksi berhasil dalam 19 kasus, 14 di antaranya adalah laki-laki dan lima perempuan. Mereka memeriksa hasil mereka dengan membuat ekstraksi DNA ganda dan analisis untuk setiap tulang, mendapatkan hasil yang sama dalam 17 spesimen. Jumlah korban laki-laki yang signifikan tidak terduga, kata mereka, dan meningkatkan kemungkinan menarik bahwa bayi-bayi ini mungkin merupakan keturunan yang tidak diinginkan dari para wanita (pelacur?) yang bekerja di sana.
Sementara arkeolog Harvard, Larry Stager, direktur Ekspedisi Leon Levy di Ashkelon, menafsirkan bahwa ini sebagai bukti bahwa bayi laki-laki mungkin telah dibuang sementara perempuan dibesarkan untuk bekerja di rumah bordil.
Perlu penelitian lanjutan untuk mengungkap misteri pembunuhan bayi massal zaman Romawi kuno itu.
Sumber:
www.ancient-origins.net/history/discovery-mass-baby-grave-under-roman-bathhouse-ashkelon-israel-002399
archive.archaeology.org/9703/newsbriefs/ashkelon.html