Mahathir Muhammad Sang Pembuat Pemimpin Sekaligus Pembantai Pemimpin Malaysia

]Mahathir Muhammad, Kingmaker, Kingslayer, dan The King of Malaysia Empire


"Sekarang kita melihat dia seorang penakut.... Dia selalu bilang, yes sir..yes sir... Saya sokong...saya sokong"


Meninggalkan jabatan yang sudah 22 tahun diemban, hari itu, Jumat, 31 Oktober 2003, Mahathir Mohamad tampak riang dan seperti tanpa beban. Pada sore itu, tepat pukul 16.45, Mahathir menggesekkan kartu di pintu keluar Kantor Perdana Menteri di Putrajaya, dan melangkahkan kaki sebagai warga sipil biasa. Dia bukan lagi Perdana Menteri Malaysia.

"Saya rasa sudah cukup. Sekarang giliran orang lain. Sudah 22 tahun saya menjabat Perdana Menteri. Ini cukup bagi saya," kata Mahathir, dikutip BBC kala itu. Dari Putrajaya, Mahathir terbang ke kampung halamannya di Penang, di mana puluhan ribu pendukungnya sudah mempersiapkan pesta penyambutan. Mahathir dan istrinya, Siti Hasmah, berencana melewatkan minggu-minggu pertama menjadi warga biasa dengan berwisata ke Spanyol dan bersantai menyambut Hari Raya Idul Fitri. "Ini adalah pertama kali dalam 22 tahun saya menyambutnya tanpa perlu bekerja pada hari itu."

Mahathir mundur dan menyerahkan tongkat kekuasaan kepada orang kepercayaannya, Abdullah Ahmad Badawi. Mahathir turun pada saat perekonomian negeri jiran itu mulai stabil, usai melewati badai krisis ekonomi sejak 1998. Meski dipuji karena keberhasilan kebijakan ekonominya, Mahathir juga tak sepi kritik.

Lawan-lawan politiknya seperti Anwar Ibrahim menuding Mahathir membungkam kritik dan anti demokrasi. "Anarki terjadi lantaran obsesi berlebihan terhadap kebebasan berdemokrasi. Keyakinan bahwa jika demokrasi diterapkan, maka semuanya akan menjadi baik adalah kepercayaan tanpa dasar," Mahathir, dikutip News24, menjawab kritik itu sebelum dia mundur dari kursi Perdana Menteri.

Pak Lah, Badawi biasa dipanggil, naik menjadi Wakil Perdana Menteri setelah Mahathir mendepak Anwar Ibrahim pada September 1998. Selama masa krisis ekonomi dan krisis politik, Pak Lah selalu mendukung Mahathir. Tak seperti Mahathir yang suaranya sangat galak – dia mengkritik Dana Moneter Internasional (IMF) dan menolak mengikuti saran mereka saat krisis ekonomi, juga bersuara lantang soal dominasi Yahudi dalam perekonomian global, Pak Lah orang yang sangat kalem.

Media Malaysia juga memberinya julukan Mr. Clean, lantaran dia dianggap bebas dari korupsi. Besarnya dukungan terhadap Pak Lah itu sedikit banyak tampak dalam hasil Pemilihan Umum 2004. Barisan Nasional, koalisi partai penyokong pemerintah, menyapu 199 kursi dari 222 kursi di Parlemen Malaysia. Tapi bulan madu bagi Pak Lah hanya berlangsung singkat.

Mahathir 'turun gurun' dari pensiun dan mengkritik penggantinya itu. Badawi, menurut Mahathir, membiarkan polisi menghalangi kebebasan berpendapat. "Kebiasaan untuk meminta polisi menakut-nakuti warga harus dihentikan," ujar Mahathir, dikutip Dawn, pada Oktober 2006. Pak Lah, Mahathir menuding, juga tak sebersih julukannya, Mister Clean.

Dia curiga, ada aroma tak sedap dalam sejumlah proyek di perusahaan negara dan surat rekomendasi dari Badawi bagi perusahaan milik kerabatnya dalam program kemanusiaan, Oil for Food, di Irak. "Aku tak tahu, bagaimana dia bisa terlibat dalam bisnis itu? Tapi yang jadi perhatianku, namanya tak seharusnya muncul dalam perusahaan yang bekerja untuk program di Irak tersebut," kata Mahathir.

Upaya 'perdamaian', mempertemukan Badawi dengan Mahathir, juga tanpa hasil. Mahathir terus bersuara miring terhadap Pak Lah. Apalagi setelah Barisan Nasional tersungkur dalam Pemilihan Umum tahun 2008. Barisan Nasional kehilangan 58 kursi, terlepas ke kelompok oposisi. Kekalahan Barisan Nasional, kata Mahathir, harus ada yang bertanggungjawab.

"Saya dilatih sebagai dokter perobatan (dokter medis) dan bagi saya kalau kaki itu sudah busuk, kita potong saja kaki itu. Kalau kita simpan semua, badan kemudian akan mengalami penyakit yang sama," kata Mahathir kepada BBC, kala itu. Menurut Mahathir, naiknya suara oposisi bukan lantaran pengaruh Anwar, tapi buah dari kekecewaan terhadap pemerintah.

Tak usah ditanya lagi, sudah jelas siapa yang ditunjuk Dr. Mahathir sebagai orang yang mesti bertanggungjawab : Abdullah Ahmad Badawi. Bukan hanya mengkritik, Mahathir juga memutuskan keluar dari partai yang membesarkannya, Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO). "Aku tak akan menjadi anggota UMNO selama Badawi masih menjabat Presiden UMNO," ujar Mahathir, dikutip Reuters, pada pertengahan 2008.

Semula Pak Lah masih kukuh bertahan. "Mengapa harus mundur? Masih banyak pekerjaan yang harus aku tuntaskan," kata Badawi. Namun tekanan makin kencang. Pengunduran diri Mahathir diikuti beberapa petinggi UMNO. Setahun kemudian, Badawi mengundurkan diri dari kursi Perdana Menteri, dan digantikan wakilnya, Najib Razak.

* * *

Perdana Menteri Malaysia Najib Razak tak habis pikir, apa yang membuat seniornya, Mahathir Mohamad, habis-habisan mengkritiknya.

"Tidak pernah sekalipun dalam mimpi paling liarku aku membayangkan pendahuluku bakal menentangku seperti ini," kata Najib saat membuka World Capital Markets Symposium pada 2015 dikutip Straits Times. Najib tak sebut nama, tapi Mahathir lah pasti yang dia maksud. "Dia sudah bukan lagi Perdana Menteri, mestinya tak lagi ada di panggung utama."

Padahal sepuluh tahun lalu, saat Abdullah Ahmad Badawi menjadi Perdana Menteri Malaysia menggantikan Mahathir, dia sendiri lah yang menyorongkan nama Najib sebagai wakil Badawi. Tapi demikian singkat bulan madu hubungan Mahathir dengan Badawi, begitu juga dengan Najib.

Saat hubungan Mahathir dengan Badawi memburuk, buruk pula hubungannya dengan Najib. Konon, Mahathir tak suka dengan kebijakan Badawi yang memangkas sejumlah proyek strategis yang dirintis Mahathir. Apalagi saat perolehan suara Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO) tergerus oleh partai oposisi dalam pemilihan umum.
Najib, menurut Dr, Mahathir, terlalu pengecut untuk menyampaikan pendapat yang berlawanan dengan selera bosnya. "Sekarang kita melihat dia seorang penakut.... Dia selalu bilang, yes sir..yes sir... Saya sokong...saya sokong," kata Mahathir, mengkritik Najib, kala itu, dikutip MalaysiaToday.

Padahal Mahathir yang sempat keluar dari UMNO sebagai kritik terhadap kepemimpinan Badawi, sempat memuji kabinet Najib pada 2009. "Aku pikir Najib telah mengambil keputusan sangat bagus dengan menyingkirkan sejumlah nama yang diduga terkait kasus korupsi, walaupun ada satu atau dua nama lolos....Najib bisa berhasil, tapi kita lihat saja nanti," kata Mahathir.

Meski gerah juga terus dikritik, Najib paham, berbahaya untuk melawan Mahathir. Dia tentu masih ingat, Perdana Menteri Malaysia terlama itu punya andil besar menggusur Badawi dari UMNO. Entah ada kaitannya atau tidak dengan pujian Mahathir, Najib menunjuk Mukhriz Mahathir, salah satu putra Mahathir, menjadi Wakil Menteri Industri dan Perdagangan Internasional, hingga April 2013. Najib juga terus berusaha menjaga hubungannya dengan Mahathir.

Tak sekalipun dia bersuara miring soal Mahathir. Sebagai balasannya, Mahathir ikut berkampanye untuk UMNO pada pemilihan umum 2013. "Aku ingin berterimakasih kepada Tun Mahathir...tanpa memberitahuku, Dr. Mahathir telah berkeliling menemui para pemimpin UMNO," kata Najib, disambut tepuk tangan gemuruh anggota UMNO. Saat Mahathir dirawat di Rumah Sakit Institut Jantung Negara, pada 2013 lalu, Najib dan istrinya, Rosmah Mansour, juga datang membesuk.

Masa-masa mesra Najib dan Mahathir tak sampai seumur jagung. Skandal di perusahaan negara, 1Malaysia Development Berhad (1MDB), menjauhkan keduanya. Kali ini tak cuma sekadar mengkritik, Mahathir meminta Najib turun dari kursi Perdana Menteri. Dia mendesak parlemen Malaysia yang dikuasai oleh koalisi partai penyokong pemerintah, Barisan Nasional, untuk mengajukan mosi tak percaya terhadap Najib.


Mahathir yang sudah sepuh bergabung dengan ratusan ribu massa aliansi Bersih turun ke jalan di Kuala Lumpur, menuntut Najib mundur dari Putrajaya, tempat Perdana Menteri Malaysia berkantor. "Tak ada lagi aturan hukum. Satu-satunya jalan bagi rakyat Malaysia untuk kembali pada sistem lama hanyalah dengan menggusur Perdana Menteri," kata Mahathir. "Dan untuk menyingkirkan dia, rakyat harus menunjukkan kekuatannya...Rakyat tak lagi menginginkan pemimpin korup seperti dia."

Bersama Muhyiddin Yassin, Wakil Perdana Menteri yang dipecat Najib, Mahathir mendirikan partai baru, Parti Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM). Pada akhir 2016, Mahathir dan PPBM menyeberang ke kubu oposisi dan bergabung dengan koalisi Pakatan Harapan bersama Parti Keadilan Rakyat, Parti Amanah Negara dan Parti Tindakan Demokratik.

Dalam Pemilihan Umum pada Rabu lalu, Mahathir bersama Pakatan Harapan, melibas koalisi penyokong Najib, Barisan Nasional, dan merebut kekuasaan di Malaysia. Ini menjadi kekalahan pertama Barisan Nasional dalam puluhan tahun. Pada 2015, Scott Ng menulis kolom bertajuk Mahathir the Kingmaker and Kingslayer di FreeMalaysiaToday soal peran besar Mahathir di dunia politik negeri jiran itu. Seperti juga saat menjadikan Pak Lah sebagai Perdana Menteri dan kemudian menjegalnya dari posisi itu, Mahathir pula kingmaker sekaligus kingslayer, bagi Najib Razak. Bahkan sejak dua hari lalu, dia menjadi 'the king'.

https://x.detik.com/detail/intermeso...King/index.php

Pak Mahatir sudah sepuh........sebagai persiapan memasuki alam akhirat...saatnya bantai para koruptor,Makin Tua makin serem Hehe Yang menentang dan bikin kacau negara siap di basmi

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel