#SUNDUL DUNIA, SEBAB JUARA BERTAHAN HANCUR DI PIALA DUNIA BERIKUTNYA



!!..HAI AGAN-AGAN..!!

IZINKAN TS BIKIN THREAD LAGI DALAM RANGKA MEMERIAHKAN PIALA DUNIA TAHUN INI

:bola :bola :bola


Kehancuran Jerman pada Piala Dunia 2018 kali ini, seolah meneruskan "tradisi" kehancuran tim juara (asal eropa) Piala Dunia di edisi piala Dunia selanjutnya. "Kutukan" ini berawal dari Perancis yang merupakan juara Piala Dunia 1998 (dan Euro 2000), hancur di Piala Dunia 2002. Italia juara Piala Dunia 2006, hancur di Piala Dunia 2010. Spanyol juara Piala Dunia 2010, hancur di Piala Dunia 2014. Lalu yang paling wahid adalah nasib Jerman, juara Piala Dunia 2014 yang hancur di Piala Dunia 2018.


sumber : dapat via whatsapp :p

Pada thread ini TS, akan mencoba menguraikan faktor-faktor (caelah.. :D) yang menyebabkan terjadinya bencana yang berturut - turut itu, dari persepsi TS.. Cekicrot..!!


1. Pemain sudah lewat usia emasnya

Piala Dunia adalah ajang empat tahunan. Pemain yang pada saat juara berada dalam usia emas, maka pada edisi selanjutnya dipastikan sudah menua. Namun terkadang para pelatih lebih mempercayai para pemain yang memang sudah lama berkolaborasi dengannya. Hal ini sebenarnya wajar, mengingat kompetisi antar negara adalah kompetisi pendek (sekitar 6 - 7 pertandingan sampai final) dengan persiapan yang pendek pula.


sumber: FIFA.com

Pada saat piala Dunia 1998 Zidane masih berusia 26 tahun, pada saat Piala Dunia dia sudah 30 tahun. Andrea Pirlo menjuarai Piala Dunia saat berumur 27 tahun, dan di 2010 dia sudah berusia 31 tahun. Iniesta juara Dunia saat berumur 26 tahun, xabi alonso di usia 28 tahun dan gagal di Piala Dunia 204 saat berusia 30 tahun. Contoh paling terkini adalah Mezut Ozil, pada saat mengantar Jerman juara di Piala Dunia 2014 dia masih berusia 25 tahun, pada Piala Dunia 2018 dia sudah berusia 29 tahun dan terlihat lebih lambat.


2. Pemain yang berpengaruh pensiun

Laurent Blanc dan Didier Deschamps adalah pemain tak tergantikan di Piala Dunia 1998, pada piala Dunia 2002 mereka sudah pensiun. Italia malah parah, di Piala Dunia 2006 mereka punya Totti, Del Piero, di Piala Dunia mereka "sebatas" mengandalkan Di Natale, Camoranesi, Iaquinta yang umur 30-an serta Montolivo yang masih minim pengalaman Internasional

sumber : goal.com

Spanyol di 2014 kehilangan sosok seorang Carles Puyol, dan yang paling fatal mereka "kehilangan" sosok Fernando Torres, David Villa yang meskipun tetap dipanggil namun permainannya sudah menurun. di Piala Dunia 2018, Jerman juga kehilangan sejumlah pemain andalannya karena pensiun, Philip Lahm, Sebastian Schweisteiger, Miroslav Klose, Lukas Podolski hilang dari skuad, juga terlihat jelas pemain senior seperti Ozil, Muller, Khedira tidak dalam peak performancenya.


3. Persiapan ekstra tim lawan

Menghadapi juara bertahan pastilah harus dengan persiapan ekstra. Jangankan Piala Dunia, kompetisi antar RT, antar kelas, antar fakultas, antar universitas aja kalau lawan juara bertahan pasti akan ada motivasi ekstra. Nah inilah yang kemudian menjadi batu sandungan untuk tim juara, setiap tim yang melawan mereka bermain layaknya partai final dengan mengerahkan 113,58% kemamvuan dan ketamvanannya.. :bettys


sumber : gettyimages.com

Bisa dilihat di Piala Dunia terkini, Mexico, Swedia dan Korea Selatan, tampil trengginas, penuh determinasi dan motivasi saat melawan Jerman. :berdukas. Menurut bbc.com, saat bertanding melawan Jerman, penyerang sayap Mexico Hirving Lozano mendapat nilai 8.35, bandingkan dengan pemain "terbaik" Jerman pada pertandingan itu, Manuel Neuer yang cuma dapat nilai 5.42. Pada saat Korsel vs Jerman, Kiper Korsel Cho Hyun Woo mendapat nilai 8.85 dan penyerang sayap Son Heung Min mendapat nilai 8.75, sedangkan pemain terbaik Jerman adalah Toni Kross yang nilainya cuma 3.17. Bahkan pada saat menang melawan Swedia, yang menjadi pemain terbaik adalah Ola Toivonen dari Swedia dengan nilai 7.86, berbanding pemain terbaik Jerman Toni Kross dengan nilai cuma 6.56.


4. Taktik sudah terbaca lawan

Prinsip "Don't change the winning team" ada benarnya. Tapi kalau sudah terlalu lama dengan orang dan taktik yang itu-itu saja, namanya menelanjangi kelemahan sendiri di muka umum. Tiki-taka sukses di Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012, saat akan ditampilkan kembali di Piala Dunia 2014, maka sudah bisa ditebak oleh lawan, apalagi pelakon-pelakon utama taktik itu sudah pensiun atau menurun kemampuannya seperti yang sudah dijelaskan pada poin 1 dan 2.


sumber : mirror.co.uk

Gaya main Jerman saat piala Dunia 2018 juga sama meskipun beberapa pemain berbeda, tapi tetap pola awalnya adalh 4-2-3-1. dengan mengandalkan inside forward, complete forward/False Nine, Deep Lying Playmaker, yang jelas terbaca oleh Mexico dan Korsel . Jerman memang menguasai ball possesion, namun permainan dikendalikan oleh Mexico dan Korsel. Bisa dilihat dari frustasinya pemain-pemain Jerman pada dua pertandingan itu.

Nah, itu tadi beberapa analisis dari ane.. apakah agan-agan punya pemikiran lain..?? monggo di komen.. nanti ane angkut page one


SEKIAN THREAD DARI ANE GAN
SEMOGA BISA MENGHIBUR DAN MENAMBAH PENGETAHUAN AGAN SEKALIAN

mohon :cendolgan :cendolgan :cendolgan atau ratenya gan ;)





Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel