THR oh THR, Nasibmu..





Selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam kawan - kawan kaskuser semua yang baik hati. Bertemu kembali di thread sederhana ane.
:nyepi




Bulan Ramadhan memang baru memasuki hari ke - 20, tapi aroma lebaran sudah ada di depan hidung. Bagaimana tidak? Semua orang sudah sibuk dengan persiapan lebaran. Tak terkecuali dengan pemerintah yang sedang menyiapkan duit trilyunan untuk membayar THR dan gaji ke 13 para aparatur dan pejabat negara.

Bagi mereka para aparatur tersebut, tak lama lagi rejeki nomplok yang sudah di janjikan tersebut sudah pasti bakal mereka terima. Mereka tak lagi harap - harap cemas, terlebih Menteri Keuangan, Sri Mulyani sudah memastikan hal itu. Semua pejabat negara tanpa terkecuali, termasuk anggota legislatif dan presiden tahun ini akan mendapat tunjangan tahunan ini.

Berbeda dengan para pekerja yang bekerja di sektor swasta. Sebagian dari mereka tinggal menunggu saja THR nya cair, tapi sebagian lainnya masih harap - harap cemas. Seperti pengalaman yang sudah - sudah, ada saja perusahaan yang tak mampu membayar THR karyawannya sesuai dengan aturan, ada yang besarannya tak sesuai, ada pula yang melebihi batas akhir pemberian THR.

Tapi di sisi lain, bagi mereka yang sudah pasti menerima pun tak serta merta riang gembira. Di depannya, sudah ada planning kemana duit ini akan di gunakan. Beli baju baru buat keluarga, biaya mudik, oleh - oleh pulang kampung, beri angpao keluarga, dan segala tetek bengek lainnya. Dan setelah di kalkulasi, duit segepok yang sudah ada di tangan ini hanya numpang lewat saja, bahkan minus.


Yah, namanya juga lebaran cuman setahun sekali, nggak apa - apalah menyenangkan keluarga. Itulah kalimat yang akan selalu kita ucapkan untuk bisa meyakinkan hati kalau duit THR memang benar - benar sudah amblas di makan planning. Sejurus kemudian, kita tersadar "itu kan baru planning", padahal kenyataannya bisa jauh lebih besar dari pada itu.

Bagi orang Jawa, terutama daerah Surabaya dan sekitar, kata lebaran erat dengan kata "lebar" yang berarti "habis". Jadi kalau setelah lebaran duit kita lebar ya wajar. Namanya juga lebaran. Meski di kota hidup susah, pas di kampung kan jangan sampai terlihat susah. Prinsip itulah yang di pegang oleh sebagian orang. Alasannya beragam, ada yang tak ingin keluarganya tahu betapa susahnya hidup di kota, ada pula yang gengsi menujukkan kehidupannya yang berat di kota. Lebaran di kampung, pokoknya semua harus serba "wah", urusan setelah lebaran pikir keri (di pikir belakangan).


Ada lagi fenomena yang tak kalah menarik. Entah sejak kapan fenomena ini ada. Mungkin sejak TS masih orok hal ini sudah ada. Fenomena yang mudah kita temui di pinggir - pinggir jalan protokol. Menjelang lebaran, banyak orang menjemur uang di pinggir jalan. Mungkin tintanya masih basah kali ya makanya di jemur. :ngakaks

Ternyata eh ternyata, mereka adalah para penjual jasa penukaran uang baru. Dari setiap uang baru yang di tukar, mereka mengutip uang jasa yang besarnya beragam, tergantung pecahan yang di tukar. Semakin besar nilai uang yang du tukar, biasanya uang jasanya juga semakin besar.

Keberadaan mereka juga tak lepas dari adanya THR dan lebaran tadi. Di saat semua orang menerima THR, di satu sisi mereka butuh uang pecahan untuk memberi angpao keponakan di kampung, di saat itulah mereka hadir memberikan solusinya. Selain itu, kehadiran uang baru juga memberikan nilai prestise yang lebih jika di banding dengan uang yang kucel. Ini sangat cocok untuk orang yang ingin menunjukkan ke"wah"annya di kampung. Pikirnya, meski ngasihnya hanya 2 ribu tapi duitbaru, tapi akan lebih terlihat "wah" di banding 10 ribu tapi kucel. (Yang di kasih kan anak yang belum ngerti duit, kalau orang tuanya pasti lebih pilih 10 rb biarpun kucel) :ngakaks



:cendolbig :rate5
:cendolbig :rate5
:cendolbig :rate5



Disclaimer : Asli tulisan TS
Referensi : Pemikiran Abstrak TS
Sumur Gambar : Om Google





Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel