10 Makanan Tradisional Indonesia Yang mulai Punah
Friday, July 6, 2018
Makanan Tradisional Indonesia memiliki banyak varian rasa dan kaya akan bumbu rempah. Ada banyak jenis masakan tradisional Indonesia dari pulau sumatera hingga pulau Papua.
Namun, seiring perkembangan zaman, beberapa makanan Indonesia semakin langka. Hal ini disebabkan karena berkurangnya orang yang menguasai teknik pembuatan makanan tertentu, berkurangnya tumbuhan sebagai bahan pokok masakan tersebut, dan menjamurnya restoran bernuansa barat, maupun fast food sehingga orang-orang beralih ke makanan yang lebih modern
Berikut 10 jenis makanan tradisional Indonesia yang mulai punah karena sulit dijumpai.
[
U]1. Gula Puan[/U]
Makanan ini merupakan makanan yang berasa manis, khas dari daerah Palembang. Bisa dikatakan, makanan ini adalah 'kejunya Sumatera Selatan. Gula Puan yang merupakan hasil akhir sangrai susu kerbau awalnya terkenal di masa Kesultanan Palembang Darussalam. Di masa itu, banyak masyarakat Palembang yang dikategorikan sebagai Mato Gawe, yaitu warga miskin yang tidak mempunyai harta benda namun mau bekerja apa pun.
Oleh kesultanan, Mato Gawe dibebaskan dari beban pajak, namun ditugaskan oleh Sultan Palembang Darussalam untuk mengawasi daerah-daerah di Palembang.
Saat Mato Gawe bertandang ke kesultanan, mereka biasanya membawa upeti untuk sultan, salah satunya adalah Gula Puan dari Kabupaten Ogan Ilir.
Karena seringnya Mato Gawe membawakan Gula Puan ke kesultanan, maka para bangsawan yang hanya bisa menikmati makanan ini. Gula Puan biasanya dijadikan pengganti gula pasir, pemanis saat menyantap roti tawar atau cemilan sehari-hari.
'.
Bahan utama dari makanan ini adalah gula pasir dan susu kerbau. Butuh waktu yang lumayan lama untuk mengolah makanan ini yaitu dibutuhkan sekitar 3-4 jam.
Selama itu pula, jangan lupa untuk diaduk secara terus menerus agar tidak gosong. Saat ini hanya ada 1 penjual di gerbang masjid agung palembang setiap hari jum'at dan harga gulo [uon per kg sekitar Rp.75.000,00.
Keunikan dari Gula Puan sendiri, yaitu hanya bisa dibuat dari susu perah kerbau di Kabupaten Ogan Ilir. Kandungan susu dari kerbau di kabupaten ini lebih baik daripada susu perah kerbau di daerah mana pun di Nusantara. Kabupaten ini juga memang terkenal sebagai kawasan peternak kerbau terbaik se-Indonesia.
2. Gabus Pucung
Kuliner ini terbuat dari ikan gabus dan disiram kuah pucung (kuah berbumbu hitam yang terbuat dari kluwek).
Asal-usul gabus pucung
Gabus yang berasal dari ikan gabus dan pucung yang merupakan buah kluwak banyak digemari oleh masyarakat Betawi. Pada zaman dahulu, Jakarta memang didominasi oleh rawa-rawa, empang dan sungai yang menjadi tempat hidup dari ikan gabus.
Di era penjajahan Belanda, jenis ikan seperti ikan mas dan mujaer terbilang mahal. Untuk menyiasatinya, warga Betawi memilih untuk menggunakan ikan gabus yang bebas mereka dapatkan karena berkembang secara liar di tempat-tempat tersebut.
Gabus pucung sendiri masuk dalam salah satu tradisi budaya Betawi yang berkembang di zamannya. Tradisi itu biasa disebut nyorog atau mengantarkan makanan yang dimasak oleh anak untuk diberikan kepada orangtua atau oleh menantu kepada mertua. Tradisi ini biasa dilakukan menjelang puasa atau Lebaran sebagai pengikat tali silaturahmi.
Saat ini, Gabus Pucung sudah sangat jarang ditemukan. Namun kita bisa menikmati gabus puncung di RM Gabus Puncung yang berada di Jagakarsa dan Margonda, Depok
3. Mie Lethek
Mie Lethek merupakan makanan khas Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Makanan ini disebut Mie Lethek karena warnanya yang kusam dan kurang menarik, dalam bahasa jawa disebut "lethek". Mie Lethek dibuat dari tepung tapioka atau tepung gaplek (singkong) dan diolah dengan cara tradisional tanpa menggunakan pewarna, pengawet, serta bahan kimia lainnya.
Mie ini hanya berasa pedas berupa mie goreng atau rebus. Walaupun mie ini hampir punah, tapi masih diminati wistawan yang berkunjung ke Yogyakarta.
4. Pecel Semanggi
Makanan ini merupakan makanan khas dari Surabaya yang berbahan baku rumput semanggi. Pembuatannya dicampur dengan rebusan kecambah, sedangkan bumbunya terdiri dari garam, gula, cabai, petis, kacang tanah, dan ketela rambat. Sekilas makanan ini mirip seperti pecel, namun yang membedakan adalah cita rasa petis dan ketela rambatnya. Hal yang unik adalah kamu tidak memerlukan sendok untuk memakannya, tapi menggunakan krupuk uli yang lebar sebagai pengganti sendok dan sekaligus sebagai lauknya.
Di Surabaya sendiri, penjual semanggi ini sangat mudah kita kenali, dengan berpakaian kebaya dan jarit mereka menjual Pecel Semanggi dengan cara berkeliling menggendong bakul yang berisi dagangan mereka. Sebagian besar penjual makanan ini berasal dari Desa Kendung, Benowo, wilayah pinggiran Kota Surabaya yang berbatasan dengan Gresik. Desa Kendung, dikenal sebagai kampung Semanggi. Warganya membudidayakan tanaman Semanggi di lahan-lahan serta sebagian besar berprofesi sebagai penjual Semanggi. Mereka keliling dan keluar masuk kampung di Surabaya menjajakan Semanggi secara berkelompok dan menyebar ke berbagai pelosok di Surabaya.
Jika Anda datang ke Surabaya sebagai wisatawan, Anda mungkin akan kesulitan menjumpai penjual semanggi keliling. Kecuali Anda mau menunggu kedatangan ibu-ibu penjual semanggi, sekitar pukul 07.30 di dekat Pasar Kupang, di pemberhentian angkot yang membawa mereka dari Benowo.
5.Ikan Cuko
Ikan cuko merupakan masakan khas Padang yang terbuat dari Ikan Sisiak (sejenis Ikan Tuna keci), digoreng bumbu dan dipadu dengan bawang utuh, cabai utuh ditambah bumbu rempah kemudian ditambah dengan cuka asam sehingga menghasilkan hidangan yang gurih dan menyegarkan.
6. Jaha
Jaha atau Ketan Bambu adalah makanan khas dari Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara. Pembuatan makanan ini adalah dengan merendam beras ketan yang telah dibumbui dengan jahe dan rempah-rempah. Perendaman menggunakan santan kelapa sampai mengendap. Setelah itu diisikan ke dalam bambu yang bagian dalamnya dilapisi daun pisang kemudian dibakar. Makanan ini biasanya hanya dapat ditemui pada hari raya dan upacara tradisional di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.
Biasanya nasi jaha dimakan bersama abon cakalang, juga gulai dan kari. Rasanya gurih dan lembut.
7. Nasi thiwul
Nasi Tiwul adalah nasi yang berbahan dasar dari gaplek. Gaplek adalah seingkong yang telah dikeringkan, biasanya dengan dijemur dibawah terik matahari. Dari bahan gaplek inilah proses awal cara membuat tiwul hingga menjadi Nasi Tiwul. Dari awal bentuk gaplek yang berwarna putih lalu setelah menjadi nasi berubah agak coklat.
Nasi thiwul ini aslinya berwarna coklat. Namun kadang bercampur sedikit dengan nasi putih karena untuk memasaknya diperlukan sedikit nasi putih agar tidak lengket. Untuk teman nasi thiwul, warga setempat menambahkan sayur berbumbu pedas, ikan goreng, lalapan atau urap sayuran dan sambal bawang
Di daerah lain, mungkin makanan ini sudah tidak bisa ditemui lagi. Orang sudah banyak makan nasi putih. Namun masakan berbahan dasar tepung singkong ini masih bisa ditemui beberapa warung makan di Pacitan, kota di ujung selatan Jawa Timur. Konon, dari jaman dulu penduduk di sana makan nasi thiwul karena makanan ini jauh lebih murah, membuat awet kenyang dan bisa menyembuhkan penyakit maag.
8. Kidu
Kidu adalah makanan khas dari Suku Karo. Makanan ini merupakan makanan menu utama pada acara tradisi setiap tahunnya.
Kidu merupakan makanan dari ulat pohon enau yang telah membusuk. Ulat ini bisa dimakan mentah ataupun dimasak dengan bumbu arsik.
Makanan ini menjadi langka karena bahan utama dan bahan tambahannya sulit ditemukan.
cara memasak Kidu adalah setelah dibersihkan kidu ini digoreng agar bagian luarnya renyah, tetapi tidak sampai pecah agar cairan di dalamnya masih utuh. Kidu goreng ini kemudian dimasak sebentar dalam kuah arsik – kunyit, kemiri, bawang merah, bawang putih, andaliman, kincung (kecombrang)
Berminat mencoba???
9. Peuyum Hanjeli
Makanan tradisional ini merupakan makanan khas Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedan. Saat ini hanya ada di Kecamatan Pamulihan saja. Hanya satu orang saja yang bisa membuat makanan ini, Ma Uwat namanya (81 tahun) di Desa Cilembu.
Peuyeum Hanjeli memiliki rasa yang manis namun cita rasanya berbeda dengan Peuyeum Singkong dan Peuyeum Beras Ketan.
Hanjeli tergolong jenis tumbuhan kacang-kacangan yang kaya akan gizi, tumbuh subur di beberapa kecamatan di daerah Sukabumi Selatan.
Alasan lain yang membuat makanan ini hampir punah karena pohon hanjeli yang menjadi bahan pokok membuat makanan ini sudah jarang ditemukan.
10.Bubur Bassang
Bubur Bassang merupakan kuliner makassar . Bassang adalah makanan sejenis bubur dengan bahan baku utama adalah jagung pulut (jagung ketan). Menu ini biasanya digunakan sebagai menu sarapan. Rasanya gurih dan manis. Santapan lezat ini berisi jagung, ketan, tepung terigu, gula, santan, dan garam.
Untuk membuaT bubur bassang, jagung direndam semalaman. Lalu rebus jagung hingga air menyusut. Kemudian tambahkan santan dan daun pandan. Masak sampai jagung empuk, selanjutnya santan dikentalkan menggunakan campuran tepung terigu dan sedikit air. Baru diberi garam dan vanili. Aduk hingga rata. Bassang disajikan dalam bentuk kental seperti bubur nasi tetapi bentuk jagungnya masih terlihat utuh. Kemudian ditaburi gula pasir sesuai selera untuk memberikan rasa manis.
Sayangnya bubur ini sudah sulit ditemukan dan kebanyakan penjual Bassang hanya menjajakan dagangannya dikampung-kampung dengan sepeda motor atau dengan membuka warung kecil didepan rumah