Adegan film Jurassic Park yang salah kaprah dan tidak sesuai sains



Dengan hadirnya film Jurassic World: Fallen Kingdom, kini sekali lagi dino-mania merajalela di bioskop. Akan tetapi bagi pecinta dinosaurus sejati, ada banyak kesalahan dalam film Jurassic. Secara khusus, bagaimana dinosaurus berubah dari versi sebelumnya.
Ketidaksesuaian ilmiah yang membuat penampilan dan adegan di film-film Jurassic jadi terlalu aneh. Terlepas dari betapa menyenangkannya film ini akhirnya kembali setelah bertahun-tahun tenggelam, namun seharusnya pembuat film dapat menggambarkannya dengan jeli dan sesuai sains. Pasalnya ada beberapa poin yang ternyata tidak berdasar dari film Jurassic franchise.

Mari selama beberapa menit ke depan kita berpikir dengan literatur sains dan membandingkannya dengan penggambaran dinosaurus di dalam film. Terdengar cukup menggelitik, kan? Yuk, simak beberapa kesalahan di film Jurassic berikut ini.

1. DNA Extraction



Teori mengekstraksi DNA yang membantu dalam upaya menciptakan atau mengkloning dinosaurus tidak terlalu berlebihan sebenarnya. Mengingat bahwa kloning binatang telah dilakukan. Akan tetapi, benarkah ekstraksi DNA dapat dilakukan pada dinosaurus?

Jawabannya adalah tidak. Mengapa?

Pertama, mengkloning sesuatu adalah membuat salinan genetika yang tepat. Ini dimulai pada tingkat terkecil biologi molekuler, yakni satu gen, satu untai DNA pada suatu waktu. Menurut sebuah artikel yang diterbitkan oleh NBC News, peneliti Universitas Murdoch Mike Bunce menyatakan bahwa semua DNA akan hancur total dalam tulang sekitar 6,8 juta tahun.

Anda tentu ingat bahwa periode Jurassic adalah 201 hingga 145 juta tahun yang lalu. Dengan kata lain, proses ekstraksi DNA yang digambarkan dalam film itu sama sekali tidak berdasar secara ilmiah. Tidak ada data apapun yang mendukungnya.

2. Periode Jurassic



Salah satu kesalahan terbesar dari film waralaba ini adalah ketika pembuat film menempatkan Tyrannosaurus Rex (T-Rex) pada periode Jurassic. Mungkin akan lebih tepat jika disebut Cretaceous Park, yang mana di periode itu terjadi sekitar 66-68 juta tahun lalu. Di era itu, ada Tyrannosaurus Rex, Triceraptors, Velociraptor dan Spinosaurus yang berkeliaran di bumi.

Sedangkan dalam periode Jurassic, populasi Dino lebih pada Plesiosaurus, Brachiosaurus, Stegosaurus, dan Diplodocus, dan bukan Tyrannosaurus Rex.

Atau bisa jadi, sang pembuat film tidak memasukkan periode waktu. Artinya semua yang ada dalam film tersebut tidak ada hubungannya dengan periode waktu. Mungkin juga disebabkan oleh 'sihir DNA' yang telah dibahas di poin pertama. Sehingga dinosaurus dari semua periode diizinkan masuk dalam film dan hidup berdampingan satu sama lain.

Namun kembali lagi, apa jadinya jika film Dinosaurus seperti Jurassic ini tampil tanpa sosok T-Rex di dalamnya? That's it!

3. Spinosaurus vs Tyrannosaurus Rex



Dalam film Jurassic Park ketiga, T-Rex bukan menjadi penyelamat seperti pada Jurassic World pertama. Pada akhir Jurassic Park 3, T-Rex dan Spinosaurus terlibat pertempuran yang epik. Spinosaurus yang juga berasal dari Cretaceous Periode tumbuh subuh di lingkungan akuatik. Hidungnya sangat mirip seperti buaya di era sekarang.

Dia juga memiliki gigi tajam untuk menangkap ikan dan tulang belakang sepanjang 2 meter untuk memotong air dengan kecepatan yang fenomenal. Namun justru ini masalah dari skenario tersebut.

Spinosaurus yang merupakan dinosaurus terbesar dan mungkin dinosaurus air pertama dibangun seperti hewan akuatik hari ini dengan kaki berselaput dan tulang yang padat. Fitur-fitur ini sangat ideal untuk hidupnya di air tetapi sangat tidak mungkin untuk berdiri dan bertempur dengan sosok T-Rex yang notabene memiliki kekuatan gigitan sekitar 5.800kg. Berdasarkan sumber pengetahuan, hewan air yang paling keras menggigit adalah Megalodon dengan kekuatan gigitan 18.600kg. Jadi cukup miris melihat sesosok Spinosaurus harus bertempur dengan T-Rex di film tersebut. Karena jelas Spinosaurus bakal mati sia-sia denan segala perlawanan yang diberikan. Setidaknya, pembuat film harus lebih memperhitungkan lawan yang sepadan untuk T-Rex.

4. Velociraptor



Velociraptor hidup di akhir Zaman kapur atau Cretaceous Period. Para ilmuwan menggambarkan mereka dengan sosok yang 'mirip burung' lengkap dengan wishbone. Akan tetapi film Jurassic membuat setidaknya satu kesalahan besar ketika menggambarkan sosok Blue.

Pembuat film sepetinya melebih-lebihkan seberapa besar makhluk ganas ini. Ahli paleontologi membandingkan ukuran Velociraptors dengan kalkun modern. Selanjutnya, penemuan arkeolog baru-baru ini menunjukkan bahwa Velociraptor ternyata memiliki bulu dan 'mungkin' sayap namun tidak dapat terbang.

Meskipun mereka bukan makhluk yang memiliki ukuran seperti manusia sekarang yang digambarkan di film, namun mereka sangat cepat dan mungkin lebih mirip 'pemulung' ketimbang pemburu. Namun demikian, mereka memang memiliki cakar panjang yang terkenal dari kaki belakang mereka yang kita lihat 'klik' dengan tanah saat memburu mangsa. Di film Jurassic World pertama, mereka disebut sebagai Raptor atau Blue.

5. Nyamuk



Salah satu kesalahan yang paling mencolok dari film Jurassic park adalah saat adegan proses kloning dinoasurus agar selamat dari kepunahan. Dr. John Hammond mengambil nyamuk yang tertankap di dalam sampel untuk disambung dengan DNA katak untuk memulai proses kloning dinosaurus.

Ceritanya, darah yang terkandung dalam usus nyamuk diekstraksi. Namun ahli entomologi mengklaim bahwa nyamuk yang dipakai dalam film tersebut adalah satu-satunya spesies nyamuk yang tidak mengisap darah. Sehingga ekstraksi DNA dino cukup mustahil. Tidak berhenti di situ, jika Anda mengamatinya lebih dekat, Anda dapat melihat antena yang tampak seperti rambut pada nyamuk tersebut. Rambut-rambut itu disebut flagella.

Faktanya, hanya pada nyamuk jantan flagella terlihat oleh mata telanjang manusia. Tongkat milik Dr. John Hammond berisikan nyamuk jantan!

Sementara itu, menurut perusahaan pengendalian hama Terminix, hanya nyamuk betina yang menggigit. Mereka membutuhkan nutrisi dalam darah utnuk dapat menghasilkan telur. Dengan kata lain, hanya nyamuk betina yang mengandung DNA makhluk lain. Jadi penggambaran film Jurassic Park sangat tidak akurat.

6. DNA katak



Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, para ilmuwan menggunakan DNA katak di Jurassic Park untuk mengisi gen yang hilang dari urutan SNA yang diambil dari nyamuk. Ini memainkan peran penting dalam film karena itu akan mempengaruhi. Dan seharusnya jika kloning DNA itu terjadi, dinosaurus semuanya adalah betina.

Tapi Dr. Grant menjelaskan bahwa katak yang digunakan adalah katak Afrika Barat yang dapat secara spontan mengubah jenis kelamin mereka ketika tidak ada cukup lawan jenis untuk bereproduksi. Namun tahukah bahwa DNA katak justru lebih erat hubungannya dengan DNA manusia ketimbang DNA dinosaurus?

Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh ilmuwan Uffe Hellsen, dia menjelaskan bahwa DNA amfibi dan mamalia mengandung beberapa 'kromosom yang memiliki gen yang diatur dalam urutan yang sama'. Bahkan katak berbagi beberapa penyakit yang sama layaknya manusia, seperti kanker, asma, dan penyakit jantung. Di sisi lain, DNA dinosaurus faktanya lebih terikat kuat dengan burung. Wow!

7. Dinosaurus beracun



Dalam film Jurassic pertama, seorang programer Dennis Nerdy yang diperankan oleh Wayne Knight disemprot dengan semacam air liur berbisa dari Dilophosaurus.

Faktanya, Dilophosaurus dalam kehidupan nyata tidak meludahkan racun atau memiliki embel-embel telinga seperti yang digambarkan oleh film Jurassic Park itu. Di sisi lain, Dilophosaurus sebenarnya juga memiliki tubuh yang jauh lebih besar dari penampakannya di film tersebut.
Seharusnya Dilophosaurus memiliki panjang sekitar 6 meter dan bobot lebih dari 450kg. Namun mereka memang hanya bisa berdiri setinggi manusia saja. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Scientific American, kurator Scott D. Sampson mengklaim bahwa tidak ada bukti yang signifikan dalam mendukung teori bahwa dinosaurus berbisa benar-benar ada.

Sumber :
http://bit.ly/2lY5gG0

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel