Gimana Chanthawong (25 Tahun) Menjaga 12 Bocah Thailand Tetap Hidup Selama di Goa?


Ekapol Chanthawong (kiri) meninggalkan kehidupan biksu tiga tahun lalu dan kini beralih jadi asisten pelatih tim sepakbola Wild Boars, yang ikut terjebak di Goa Tham Luang bersama 12 anak-anak bimbingannya.


12 anak-anak Thailand yang merupakan satu tim sepakbola Wild Boars dan satu pelatihnya telah berhasil diselamatkan setelah terjebak di dalam Goa Tham Luang sejak 23 Juni 2018.


Dari cerita penyelamatan tersebut, nampaknya belum cukup kalau gak mengetahui gimana seorang Ekapol Chanthawong, sang (asisten) pelatih yang masih berusia 25 tahun itu menjaga bocah-bocah bimbingannya untuk tetap tenang dan hidup selama terjebak dua minggu di dalam goa tersebut.


Cerita bermula saat Kepala Pelatih, Nopparat Khanthavong (37 tahun), mempersiapkan seorang mantan biksu untuk menjadi asisten pelatih tim sepakbola Moo Paa (Wild Boars). Orang yang akan menjadi asisten pelatih itu bernama Ekapol Chanthawong (25 tahun).


Pada 23 Juni, Nopparat Khanthavong menitipkan 12 anak didiknya kepada Ekapol untuk latihan fisik sekaligus bertamasya dalam rangka merayakan ulang tahun ke-17 salah satu anak di dalam tim tersebut. Nopparat tidak dapat ikut dalam perjalanan ini karena sudah memiliki janji pada pagi hari itu. Akhirnya, Ekapol Chanthawong lah yang seorang diri menjaga 12 anak tersebut dan membawa mereka ke lapangan sepak bola yang terletak di pegunungan Doi Nang Non, formasi dengan banyak air terjun dan gua yang melintasi perbatasan Thailand-Myanmar.


Nopparat berpesan kepada Ekapol, "Pastikan kamu tetap bersepeda di belakang mereka, sehingga kamu bisa mengawasi mereka semua."


Ekapol melatih anak-anak yang lebih muda, sehingga Nopparat menyuruh Ekapol mengambil beberapa anak laki-laki yang lebih besar untuk menjadi 'mata' tambahan.


Berjam-jam berikutnya adalah serangkaian peristiwa yang mencengangkan dunia: pencarian yang dramatis, dan penemuan pada 9 hari kemudian bahwa anak-anak Thailand ini ternyata masih hidup di dalam goa, terjebak dalam kondisi goa yang berlumpur, sempit, dingin, dan banjir yang menutup satu-satunya jalan keluar mereka.


Selama terjebak di dalam goa berhari-hari, 12 anak Thailand tersebut mengandalkan Ekapol Chanthawong, satu-satunya orang dewasa, sebagai orang yang memastikan keberlangsungan hidup mereka.




Rupanya, selama di dalam goa, Ekapol Chanthawong membuat anak-anak itu tetap tenang. Beberapa footage video mempelihatkan cowok 25 tahun ini mengajak anak-anak bermeditasi. Selain itu, Ekapol Chanthawong memberikan persediaan makanannya untuk anak-anak, sehingga dirinya sendiri menjadi lemah. Ia pun merasa bertanggung jawab untuk memastikan 12 anak itu diselamatkan lebih dulu dengan menjadi orang terakhir di dalam goa yang dikeluarkan oleh tim penyelamat.


Usaha penyelamatan mereka melibatkan para penyelam, personil militer, dan sukarelawan gabungan tidak hanya dari Thailand, melainkan juga dari luar negeri. Bahkan Elon Musk juga hendak membantu.


Pada 8 Juli, fase pertama penyelamatan dilakukan dengan hasil 4 anak sukses diselamatkan dengan cara membawa mereka menyelam dalam genangan air di jalur sempit dan gelap. Bahkan ada titik dimana mereka dihadapkan dengan ruang sempit 40 cm dengan bidang miring yang curam. Pada akhirnya mereka semua termasuk Ekapol berhasil diselamatkan semua pada hari Selasa, 10 Juli 2018.


***


Banyak warganet yang terburu-buru menunjuk kesalahan kepada Ekapol karena membawa tim menuju ke dalam goa. Ada tanda peringatan besar terpampang di pintu masuk yang melarang orang masuk ke dalam goa selama musim hujan, dan para warganet mengatakan kalau seharusnya Ekapol lebih tahu hal ini.  

Tetapi bagi banyak orang di Thailand, latar belakang Ekapol yang pernah menjadi biarawan dan bergabung menjadi asisten pelatih Wild Boars, dianggap menjadi kekuatan yang dititipkan Tuhan untuk menjaga bocah-bocah tersebut melewati kesulitan ini. Kartun yang beredar luas menggambarkan Ekapol duduk menyilangkan kaki bermeditasi, sebagai biksu, dengan diikuti oleh 12 anak-anak laki-laki yang Ia dampingi.

Berdasarkan laporan penyelamat, Ekapol termasuk orang yang paling lemah di dalam grup, karena Ia memberikan persediaan makanan dan minumannya yang terbatas di awal-awal hari mereka terjebak. Ia juga mengajari bocah-bocah itu bagaimana bermeditasi dan menjaga energi mereka selama mungkin hingga mereka ditemukan.

"Kalau Ekapol tidak mendampingi mereka, entah apa yang akan terjadi dengan anak saya?" kata Ibu dari Pornchai Khamluang, salah satu anak yang juga terjebak di goa, dalam sebuah wawancara dengan siaran TV Thailand. "Ketika Ia (Ekapol) keluar, kami harus menyembuhkan hatinya. Sayangku Ek, saya tidak akan pernah menyalahkanmu."

Ekapol adalah seorang yatim piatu yang kehilangan orang tuanya saat usia 10 tahun, kata temannya. Ia kemudian dilatih menjadi biksu tetapi terpaksa harus meninggalkan biara untuk menjaga neneknya yang sakit di Mae Sai di Thailand Utara. 

Di sana, Ia membagi waktu antara bekerja membantu di biara sambil melatih Tim Wild Boars yang baru dibentuk. Dia menemukan semangat di jiwa anak-anak laki-laki yang Ia dampingin, yang banyak di antaranya adalah anak etnis minoritas yang tidak memiliki kewarganegaraan, hal yang biasa di perbatasan antara Myanmar dan Thailand.

Joy Khampai, teman lama Ekapol mengatakan, "Ia mencintai mereka (anak-anak) lebih dari dirinya sendiri. Ia tidak minum-minuman keras, tidak merokok. Dia menjaga dirinya sendiri dan mengajarkan anak-anak melakukan hal yang sama."

Ekapol membantu Nopparat melatih tim, untuk menyusun sistem agar anak-anak tim sepakbola ini termotivasi untuk unggul secara akademis. Karena dengan nilai akademis yang baik, mereka akan mendapatkan imbalan berupa perlengkapan sepakbola.





Spoiler for Sumber:


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel