Jadi Pekerja yang Smart, Bukan yang Semata Kerja Keras Tanpa Hasil
Kerja cerdas dong, masak kerja keras!
Mungkin sudah gak kehitung berapa banyak yang suka cuap-cuap kalimat itu. Banyak yang percaya kerja cerdas itu bisa mempercepat hidup enak. Setuju?
Sudah pasti ujungnya pro dan kontra. Wajarlah. Namanya orang, meski rambut sama hitam tapi isi kepala sudah pasti beda.
Bagi sebagian orang, kerja keras itu perlu biar tujuan bisa tercapai dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Kerja mesti dikeras-kerasin. Bila perlu sampai banting tulang plus peras keringat banyak-banyak.
Bahkan kadang-kadang segala cara dihalalkan.
Kubu yang lain punya opini kerja itu gak perlu keras-keras amat. Cukup kerja cerdas. Minim capek tapi hasil maksimal.
Hanya ada satu hal yang dilupakan. Bekerja cerdas itu gak datang tiba-tiba. Seseorang baru bisa menguasai ilmu 'kerja cerdas' setelah tahu bedanya keberhasilan dan kegagalan.
Gak ada dalam rumusnya kerja cerdas itu langsung bisa dipraktikkan. Justru kerja cerdas itu mensyaratkan kerja keras dulu. So, mending abaikan aja kalau denger omongan kerja cerdas itu gampang.
First hard work, then smart work
Jadi Pekerja yang Smart
Kerja keras dulu baru kerja cerdas (Kerja Keras/Appesay)
Kerja keras diartikan bekerja sedemikian kerasnya sampai-sampai hidup ini cuma habis untuk kerja. Gak ada lagi waktu dan energi untuk kegiatan lainnya.
Sementara kerja cerdas bisa dimaknai waktu gak cuma dihabiskan untuk bekerja, dengan catatan output dari pekerjaan tetap sama.
Nah, sekarang berkaca ke diri sendiri. Posisi saat ini masih lakoni kerja keras atau sudah ke level kerja cerdas?
Sayang kalau masih berkutat pada kerja keras. Sadarilah sejak awal, jabatan itu ada gaji maksimal. Gak suka sama gajinya, buat bos gak masalah. Di luar sana banyak orang yang bersedia menggantikan.
Gak perlu ngambek. Terima saja kenyataan. Tetap lindungi zona nyaman. Mau kantor rugi atau untung, bayaran tetap lancar. Inilah keuntungan jadi pekerja!
Ya walau rada nyesek take home pay lebih sedikit dari nilai gaji yang tertera. Lha wong sudah dipotong pajak, BPJS Kesehatan, sampai dana pensiun.
Karena itu jadilah pekerja yang smart. Semua aktivitas ataupun tugas-tugas di kantor sebenarnya pengulangan yang sama dengan hari sebelumnya. Pastinya sudah terbiasa dengan rutinitas itu.
Tanda-tanda yang sukses bekerja cerdas
Pekerja yang Smart
bukan berarti kamu harus seperti einstein juga ya, tapi kalo bisa ya bagus (albert enstein/deism)
Cukup mudah mengidentifikasi tanda-tanda kalau sudah masuk ke level 'kerja cerdas'. Berikut ini tanda jelas dari seseorang yang bekerja cerdas.
– Waktu bekerja tidak lebih banyak dari orang lain
-Tidak perlu habiskan jam kerja hanya untuk bekerja
-Piawai mendelegasikan pekerjaan
-Cerdas memanfaatkan waktu di luar jam kerja
Tenang kalau belum dapat tanda-tanda itu. Berikut ini ada tipsnya.
1.Atur skala prioritas
Perencanaan itu penting. Jadi buatkan perencanaan berisi daftar apa saja yang mesti dilakukan esok hari berdasarkan ukuran skala prioritas. Letakkan pekerjaan paling penting di urutan pertama.
2. Batasi waktu kerja
Mulailah membatasi waktu kerja. Hindari mengurus pekerjaan begitu sudah tiba di rumah. Mengecek email atau membalas pesan dari kolega sebenarnya sama saja dengan bekerja.
3. Luangkan waktu nikmati hobi
Sudah banyak riset yang meungkapkan kalau orang yang punya hobi di luar kantor cenderung lebih piawai dalam bekerja.
4. Beristirahat
Tubuh dan otak ada batasnya. Jadi buatlah aturan main bekerja yang membuat otak dan tubuh nyaman. Menekan otak dan tubuh terus menerus jelas bukan langkah bijak. Yang ada malah mengundang penyakit.
Nah, semoga tanda-tanda 'bekerja keras' sudah terlihat ya. Berarti, sekarang saatnya mulai praktikkan kerja cerdas. Bekerja cerdas itu membuat hasil yang tercapai bisa lebih dari apa yang dikerjakan dari cara biasa. Lagi pula hemat waktu dan energi. Terakhir, peluang kelelahan bisa diperkecil.
Sumber
#gayahidupproduktif #investasi #investasicerdas #2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang