Kecanduan seks masuk daftar gangguan mental lho gan !
Wednesday, July 11, 2018
Seks memang masih jadi hal tabu gan di Indonesia. Sex education sedari dini terkadang malah dibilang porn lah ini lah itu lah. Padahal pendidikan sex sejak dini itu penting, agar si anak tau mana batas-batas dia dan paham. Biar ga ada lagi pelecehan seksual di bawah umur. :sorry
Nah di kesempatan kali ini ane mau berbagi tentang "kecanduan seks". Bukan jorok lho ya gan, tapi emang gabisa dipungkiri bahwa kecanduan seks ada di sekitar kita. Dan bisa saja orang terdekat kita, namun kita tidak tahu karena dia malu dan menutupinya, padahal dia ingin lepas dari itu semua.
Buat lebih jelasnya yuk belajar dari artikel di bawah :ngacir
Sebagian pakar berpendapat bahwa kecanduan seks atau hiperseksualitas bukan kondisi yang riil. Kini untuk pertama kalinya WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) resmi menyatakan kecanduan seks sebagai gangguan mental.
WHO memasukkannya ke dalam daftar International Classification of Diseases--disebut ICD-11--pada Juni 2018. Daftar ini merupakan dasar yang digunakan oleh dokter dan ilmuwan di seluruh dunia untuk mengidentifikasi dan mempelajari masalah-masalah kesehatan, cedera dan penyebab kematian.
Menurut Dr. Valerie Booth dari Royal College of Psychiatrists, perilaku ini cenderung disembunyikan. Karena dianggap memalukan sering kali pencandu seks tidak mengakui kondisinya. Langkah penting yang diambil WHO ini diharapkan bisa menjadi penanda arah menuju perawatan yang lebih baik bagi mereka yang berperilaku seksual kompulsif.
"Menambahkan kondisi ini ke dalam daftar WHO merupakan langkah yang sangat baik untuk pasien karena memungkinkan mereka untuk mengenali bahwa mereka menderita karena suatu masalah. Ini membawa mereka keluar dari bayang-bayang sehingga mereka dapat mencari bantuan untuk mengatasinya," jelas Dr. Booth.
WHO mendeskripsikan gangguan perilaku seksual kompulsif sebagai "pola kegagalan terus-menerus untuk mengendalikan dorongan seksual yang intens dan berulang-ulang atau desakan yang berujung pada perilaku seksual repetitif".
Gejalanya di antara lain, seks menjadi "fokus utama" dari kehidupan seseorang, membuatnya abai pada kondisi kesehatan, perawatan diri, atau minat dan tanggung jawab.
Untuk dapat dikategorikan sebagai kecanduan seks perilaku ini harus harus jelas terlihat dalam kurun waktu enam bulan atau lebih, dan menyebabkan gangguan dalam kehidupan pribadi seseorang.
Daftar ICD yang telah diperbarui dijadwalkan untuk dipresentasikan kepada semua negara anggota WHO pada sidang tahunan mereka yang akan digelar Mei 2019.
Hal ini bertujuan agar klasifikasi baru dapat diberlakukan pada tahun 2022, sehingga negara-negara anggota WHO punya waktu untuk merencanakan dan menyiapkan tenaga medis untuk mengantisipasi pembaruan ini.
Kendati demikian, sebagian terapis dan psikolog masih memperdebatkan tentang kondisi apa yang pantas diberi label "kecanduan" di luar yang berhubungan dengan zat seperti alkohol atau obat-obatan yang memicu gejala pada fisik.
Masih ada perdebatan yang cukup sengit di kalangan tenaga kesehatan profesional tentang apakah obsesi akan seks dapat memenuhi syarat sebagai kecanduan. Pasalnya, masih belum jelas apakah kondisi ini memiliki tanda-tanda toleransi dan ketergantungan seperti halnya minum alkohol dan judi.
Menurut American Association of Sexuality Educators, Counselors, and Therapist, tidak ada"bukti empiris yang cukup untuk mendukung klasifikasi kecanduan seks atau kecanduan pornografi sebagai gangguan kesehatan mental."
Istilah "kecanduan seksual" juga tidak ada dalam edisi terbaru Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), panduan bagi para psikiater Amerika. Sementara DSM-5 telah diperbarui dengan memasukkan perjudian sebagai aktivitas yang berpotensi membuat kecanduan, karena hasrat yang dilaporkan orang untuk berjudi sangat mirip dengan dorongan fisik untuk obat-obatan atau stimulan.
Dalam wawancaranya dengan CNN, profesor psikiatri klinis di Semel Institute for Neuroscience and Human Behavior at the University of California, Los Angeles, Dr. Timothy Fong juga mengungkap perihal ini. Menurutnya baru empat dekade terakhir kecanduan seksual dilihat dari perspektif akademis.
"Bagi saya, jika ada orang yang berkonsultasi dan mengatakan betapa hidupnya berantakan, ada keinginan bunuh diri, hubungan dan kesehatannya terganggu, maka di situ ada masalah," papar Dr. Fong. Keputusan WHO ini dinilai Fong memberi ruang pemahaman yang lebih luas.
Umumnya program-program pengobatan kecanduan seks cenderung mengikuti model pemulihan 12 langkah. Mirip dengan program Alcoholics Anonymous, dengan campuran sesi kelompok dan terapi orang per orang.
Yuk bantu temen, sahabat, keluarga kita yang membutuhkan bantuan kita. Karena kecanduan ngidol lebih sehat dari pada kecanduan seks
Salam, Wota Tanah Abang
Quote:
:hnBuat liat informasi menarik lainnya seperti artikel di atas bisa liat di sini
Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh :cendolgan