Mengapa Suara Wanita Menjadi Lebih Serius ?
Monday, July 23, 2018
Jika kita bisa mendengarkan program radio dari tahun 1940-an dan 1950-an, kita akan mengetahui bahwa ada perbedaan besar antara cara mereka berbicara saat itu dan bagaimana kita akan mengekspresikannya pada diri kita saat ini.
Perubahan yang paling jelas dapat didengar dalam aksen. Bahasa tidak statis tapi dinamis, terus berkembang untuk beradaptasi dengan mode, hingga perubahan demografis dan ini menghasilkan perbedaan dalam pengucapan.
Di Inggris misalnya, jauh lebih sedikit orang yang berbicara dengan aksen tradisional mereka.
Bahkan suara Ratu Elizabeth II sendiri sekarang terdengar berbeda. Itu menunjukkan caranya mengucapkan beberapa huruf vokal. Jika dibandingkan, suara masa mudanya dengan suaranya sekarang memiliki aksen yang berbeda.
Penjelasan Sains
Cecilia Pemberton dari Universitas Australia Selatan, mempelajari suara dua kelompok wanita Australia antara 18 dan 25 tahun.
Para peneliti membandingkan rekaman arsip wanita berbicara pada tahun 1945 dengan rekaman yang lebih baru diambil pada awal 1990-an.
Tim itu menemukan bahwa "frekuensi fundamental" dari suara wanita ini telah menurun sebanyak 23 Hz selama lima dekade, dari rata-rata 229 Hz menjadi 206 Hz. Itu adalah perbedaan yang signifikan dan dapat didengar dengan telinga kita tanpa bantuan alat khusus.
Para peneliti berhati-hati ketika memilih sampel untuk percobaan, untuk mengendalikan faktor demografi yang mungkin bisa mempengaruhi hasil penelitian.
Semua wanita yang diteliti merupakan mahasiswa dan tidak satu pun dari mereka adalah perokok.
Tim juga mempertimbangkan fakta bahwa sekarang banyak wanita menggunakan pil kontrasepsi, yang dapat menyebabkan perubahan hormonal yang dapat mengubah pita suara.
Para peneliti mempertanyakan apakah transformasi tersebut mencerminkan kebangkitan perempuan untuk berperan lebih menonjol dalam masyarakat, yang mengarahkan mereka untuk mengadopsi nada yang lebih kharismatik untuk memproyeksikan otoritas dan dominasinya di tempat kerja.
Kesetaraan Gender
Hasil eksperimen yang dilakukan Cheng ternyata konsisten dengan hipotesis Pemberton bahwa kesetaraan gender yang lebih besar menjelaskan perubahan jangka panjang dalam suara perempuan yang belajar di Australia. Dan perubahan yang sama itu kini telah terbukti di Swedia, Amerika Serikat, dan Kanada.
Baik sadar atau tidak sadar, perempuan tampaknya mengubah profil vokal mereka untuk beradaptasi dengan peluang. Wanita di Belanda misalnya, memiliki nada yang lebih dalam daripada wanita di Jepang yang selama ini berlaku pandangan stereotip tentang gender disana (pria selalu lebih diunggulkan daripada wanita di jepang).