Udara panas bisa mengganggu proses belajar siswa, setuju gak gan?
Friday, July 13, 2018
Kalo pas sekola ente nyarinya suka yang deket ac atau kipas kan? Jujur karena sekolah ane sekolah negeri yang "lumayan" jadi ada ac nya. Ada dua sih, tapi yang nyala cuman satu:ngakak
Jadi kalo pagi pada berebutan dah tuh duduk deket ac. Tapi emang bener gak sih gan kalo gerah tuh bisa bikin belaja kagak pokus? Nih ada penjelasannya ternyata
Quote:
Spoiler for Enaaaa~:
Ilustrasi ruangan panas | Imagine Dragons /Shutterstock
Penelitian yang dilakukan oleh Harvard T.C Chan School of Public Health menemukan bahwa udara dan ruangan yang panas bisa mengganggu proses belajar siswa.
Ilmuwan mengungkapkan, kemampuan siswa dalam menyelesaikan ujian menurun hingga 13 persen ketika mereka berada dalam ruangan yang panas. Hal tersebut tidak terlihat pada anak-anak yang melakukan ujian di ruangan sejuk.
Studi dalam lingkup kecil ini mempelajari 44 partisipan berusia 19 – 20 tahun yang terdaftar sebagai mahasiswa. Mereka dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama ditempatkan di ruangan batu bata yang panas. Lalu, kelompok kedua di ruangan sejuk karena memiliki mesin pendingin atau air conditioner (AC).
Peneliti menemukan, mahasiswa pada kelompok pertama 13 persen lebih lama menjawab soal-soal ujian dibandingkan kelompok kedua.
"Banyak penelitian yang mengamati efek kesehatan dari udara panas terhadap populasi yang rentan, seperti orang lanjut usia. Lalu, terangkum persepsi bahwa udara panas tidak berisiko terhadap mereka," jelas Jose Guillermo Cedeno-Laurent, salah satu peneliti dari Harvard, dan penulis utama studi.
Dia menambahkan bahwa hasil penelitian tersebut memiliki celah argumentasi, sehingga dia memutuskan untuk meneliti efek lain udara yang memanas pada remaja yang bersekolah.
Udara panas yang meningkat ekstrem memiliki konsekuensi fatal untuk kesehatan masyarakat dan juga penyebab utama terjadinya fenomena meteorologi yang membahayakan bumi.
Secara umum temperatur suhu di dunia terus meningkat dari waktu ke waktu. Suhu paling panas terjadi pada tahun 2016 yang diklaim sebagai udara terpanas selama dua abad terakhir.
Cedeno-Laurent mengatakan bahwa selama ini penelitian lebih fokus mempelajari dampak udara panas di luar ruangan terhadap kehidupan manusia. Namun, tak ada yang meneliti imbas buruknya ketika udara panas terjadi di dalam ruangan.
"Memahami efek suhu panas dalam ruangan sangat penting, mengingat kebanyakan orang dewasa menghabiskan waktunya di dalam ruangan," imbuhnya.
Peneliti melihat bahwa efek udara yang panas di dalam ruangan terus berlanjut, meskipun udara di luar ruangan telah menurun alias lebih sejuk dari sebelumnya.
"Suhu dalam ruangan tetap bertahan panas walaupun suhu luar ruangan sudah lebih dingin. Kondisi ini menciptakan efek palsu yang mengirimkan sinyal pada fungsi kognitif otak bahwa bahaya telah berlalu. Namun, sebenarnya kondisi panas dalam ruangan tetap bersirkulasi," urai Joseph Allen, seorang asisten profesor sains dan wakil direktur di Global Environment di Harvard Chan School, yang juga terlibat dalam studi.
Kebanyakan negara empat musim, kata Allen, membangun rumah dan gedung yang dirancang untuk menahan panas. Alhasil, ruang dalam bangunan tersebut semakin terasa panas ketika udara di luar meningkat.
Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan fungsi otak dan fungsi kognitif pada manusia yang berada dalam ruangan terlalu panas.
Hasil studi yang dipublikasikan oleh PLOS Medicine ini bertujuan untuk menguak dampak pemanasan global dan efeknya terhadap aktivitas manusia dalam keseharian.
Situasi pemanasan global yang tengah terjadi di dunia ini bukan persoalan main-main. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa Antartika yang berada di Kutub Selatan mengalami pencairan yang melaju sangat mengkhawatirkan.
Berdasarkan hasil penelitian di Natur tersebut, sejak tahun 1992 silam tiga triliun ton es telah meleleh dan tidak terhentikan.
Bisa Anda bayangkan, sekitar 60 hingga 90 persen dari air tawar di dunia membeku dalam bentuk lapisan es Antartika. Jika semua es itu mencair, permukaan laut dunia bisa naik sekitar 60 meter.
Kepala studi, Christine Dow, ketua penelitian dari Waterloo Faculty of Environment Kanada, mengatakan bahwa pencairan Antartika bisa memperpendek garis waktu yang diperkirakan atas keruntuhan rak es dan kenaikan permukaan laut.
Enak yak bocah-bocah yang sekolahnya di Kutub Utara, belajarnya fokus mulu
Muehehehe
:ngacir2:ngacir2:ngacir2
Quote:
Jangan lupa kunjungi thread ane yang lain gan:thumbup:thumbup:tempted
Quote:
