Wajarkah calon pemimpin meminta sumbangan dana ke masyarakat?

SELAMAT DATANG DI THREAD SERIUS!




Ada fenomena unik ketika seorang calon pemimpin berharap sumbangan dari masyarakat pendukungnya dengan alasan dana perjuangan. Ketika perjuangan politik butuh harga dan butuh biaya, masihkah dia akan berharga saat sang pemimpin naik ke tampuk kekuasaan? Menurut logika, perjuangan memang butuh pengorbanan, harta benda, tenaga, bahkan nyawa. Tetapi ketika kita menyeretnya pada perjuangan seorang tokoh politik, maka hal itu menjadi absurd. Apalagi kalau tokoh politik itu berada disebuah partai, terlebih mempunyai partai. Padahal Pemerintah telah menaikan dana untuk Partai Politik 10 kali lipat! Dan total dana yang dikeluarkan pemerintah untuk menyumbang ke Partai Politik yang lolos ke parlemen adalah 124,92M! Ini akan lebih absurd lagi jika sang calon pemimpin itu ternyata kaya raya dan mempunyai harta melimpah ruah. Bukankah ini suatu pembodohan? Lantas siapakah yang bodoh? Pemimpinnya atau masyarakat pendukungnya?

Fenomena meminta-minta sumbangan mungkin masih bisa kita tolerir jika sang calon pemimpin itu tidak berada dalam lingkar sebuah partai, taruhlah dia independent. Calon independent pastinya akan sulit untuk bersaing dengan seseorang yang berasal dari partai. Mungkin itu logikanya. Nyatanya banyak juga calon independent yang mempunyai harta melimpah. Dan banyak juga kader partai yang kere! Tapi itu bukanlah sebuah pembenaran. Logisnya, jika seseorang ingin maju menjadi pemimpin, pastinya sudah berhitung untung rugi, apalagi jika gagal berkali-kali. Costnya pastilah tinggi. Nah, yang jadi pertanyaan, jika seseorang sangat bernafsu ingin menjadi pemimpin, yakinkah dia benar-benar ingin memperjuangkan bangsa dan negara ini? Yakinkah niatnya lurus? Jika alasan sang calon pemimpin tidak ingin terikat dengan pengusaha yang memberi sumbangan, yakinkah dia atau partainya akan menolak sumbangan dari pengusaha? Omong kosong!
Undang-undang No.7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, ternyata sumbangan dari perseorangan dan lembaga badan usaha telah dinaikan, dari yang tadinya 1M untuk perseorangan, menjadi 2,5M. Sementara sumbangan dari badan usaha yang tadinya 5M kini meningkat jadi 25M. Itu artinya peluang besar bagi partai sekaligus calon pemimpin yang ingin maju. Jadi, yakinkah jika ada calon pemimpin yang menolak jika disumbang 25M? Lagi-lagi : Omong Kosong!!!
Dan ujung-ujungnya jika calon pemimpin ini akhirnya menerima sumbangan tersebut, tak mungkin tak ada deal-deal politik atau bisnis buat kemudian hari.

Harta melimpah ruah.
Hewan peliharaan ber M-M harganya.
Perusahaan banyak.
Tapi masih minta sumbangan dan ditarget sampai 2 digit Triliun?

Setelah trit ini diupload, pastinya akan banyak yang melakukan pembelaan :
Ah, TSnya nyinyir. Lu kagak ikut nyumbang, tapi lu cerewet. Bahlul!
Biarin aja, duit-duit mereka, ngapain lu yang sibuk?
Gw tau nih, TSnya pasti nyerang si anu yang minta sumbangan. Iya kan?
Bodo amat gan! Gw aja gak peduli, ngapain lu peduli?



Hehehe.... Itu bukan tanggapan yang bijak. Belajarlah pakai logika seorang manusia, jangan memakai logika seekor Kampret. Sampai mati seekor Kampret pasti akan memandang semua serba terbalik. Yang kita lihat V, dia lihat A. Yang kita lihat huruf p kecil, dia lihat d kecil. Kita lihat huruf i kecil, dia lihat tanda seru. Tanah jadi langit, langit jadi tanah. Pantat jadi kepala, kepala jadi pantat. Ah, dasar Kampret lu! :capedes

Jika seorang pemimpin sampai menargetkan besarnya sumbangan sampai Triliunan, seharusnya konstituennya curiga. Wew, yakin pendukungnya yang katanya kaum buruh itu rela menyumbang agar terkumpul sekian T? Ataukah ini hanya panggilan bagi pengusaha-pengusaha besar dengan kata-kata tersembunyi seperti : Lu sumbang gw, lu akan aman kalau gw jadi pemimpin.

Itu baru logika manusia.
Iya Pret?
Eh, Kampret......

=========================


Tulisan : Karya sendiri.
Sumber : Nyari sendiri.
Gambar : Punya pihak ketiga di Google.




Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel