Bahaya! Zat Kimia dalam Plastik ini Dapat Menyebabkan Cacat Kognitif Serius
Wednesday, August 1, 2018
:nyepi:nyepi:nyepi
Haloha! Selamat pagi, siang, sore dan juga malam para kaskuser sekalian. Bertemu lagi dengan TS "stomsa" di thread yang sederhana ini.
Produk berbahan dasar plastik memang sangat akrab dengan kehidupan manusia. Produk plastik dapat kita jumpai dimana saja baik dalam kemasan minuman, makanan, peralatan dapur dan lain sebagainya.
Namun tanpa kita sadari semua produk plastik tersebut mengandung bahan kimia berbahaya bernama "phthalate"
Phthalate merupakan senyawa kimia yang digunakan sebagai plasticizer atau bahan pelunak plastik yang membuat plastik menjadi lentur, tahan lama dan transparan. Zat tersebut banyak digunakan dalam pembuatan kosmetik, parfum, bahan konstruksi bangunan, kemasan makanan dan lain-lain.
Dalam sebuah studi baru menemukan bahwa paparan phthalate mengurangi neuron dan menghasilkan defisiensi kognitif. Para ilmuan menemukan bahwa paparan phthalate dapat mengganggu hormon dan mengurangi neuron di otak tikus. Karena phthalate dapat ditransfer ke janin melalui plasenta atau dengan ASI, para peneliti percaya bahwa masalah utamanya adalah apakah senyawa ini dapat berdampak pada sistem saraf manusia yang masih dalam tahap perkembangan.
Peneliti memberi tikus kue kering yang terkandung phthalate dengan jumlah yang disesuaikan dengan ukuran tikus dibandingkan dengan ukuran manusia. Tikus-tikus tersebut dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok dosis tinggi dan dosis rendah, dan kelompok kontrol yang tidak menerima phthalate. Mereka memberi makan tikus setiap hari selama kehamilan dan 10 hari saat menyusui.
Hasil yang ditemukan pada tikus yang baru lahir dari tikus yang diberi phtlhalate menunjukkan kurangnya neuron dan sinapsis yang substansial di kortex prefontal atau mPFC (neurons and synapses in the medial prefrontal cortex). Hasilnya valid untuk kedua kelompok tikus yang mengandung phthalate karena mPFC bertanggung jawab untuk fungsi kognitif seperti memori, deteksi kesalahan, pengambilan keputusan, fleksibilitas kognitif, dan pemantauan konflik. Kekurangan dalam kortex prefontal medial juga terkait dengan autisme, depresi dan skizofrenia.
Para peneliti mengatakan hasil tersebut mungkin memiliki implikasi serius bagi manusia mengingat mPFC terlibat dalam fungsi eksekutif dan terlibat dalam patologi dari banyak gangguan neuropsikiatrik.
Ketika tikus mencapai kedewasaan, fleksibilitas kognitif diuji dengan sebuah test attensional set-shifting, dan para peneliti menemukan defisit yang terukur. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam The Journal of Neuroscience.
Sekain dulu thread TS kali ini. Sampai jumpa di thread selanjutnya. Jika berkenan silahkan di rate :rate5
Spoiler for Ref: