Celoteh Tentang Islam Di Korea Selatan Dan Jepang
Monday, August 13, 2018

Seperti biasa, sebelum menulis tentang tips yang lebih detail, saya akan memberikan gambaran umum dulu tentang Islam di Korea Selatan dan Jepang. Rencananya, setelah ini secara bertahap saya akan berbagi tips bagi muslim traveller yang ingin wisata ke Korea Selatan maupun Jepang dan juga berbagi info tentang yang halal-halal disana.
Sejarah Islam di Korea Selatan dan Jepang
Korea Selatan sudah mengenal Islam sejak abad ke-7, yaitu saat para pedagang muslim menjalin hubungan dagang dengan salah satu dari 3 Kerajaan di Korea (Goguryeo, Baekje, dan Silla). Namun geliat perkembangan Islam di Korea Selatan baru terasa sejak tahun 1955, yaitu paska berakhirnya Korean War. 2 orang muslim yang berpartisipasi dalam perang itu, yaitu Zubercoch dan Abdul Rahman (anggota Turkish Army of the United Nations) ditempatkan di Korea. Mereka mengubah tempat tinggalnya sementaranya menjadi masjid, dan perlahan-lahan memperkenalkan penduduk Korea dengan ajaran Islam. Pada tahun 1960-an mulailah digagas pembangunan masjid pertama di Korea Selatan, dan pada tahun 1978 sudah ada kelompok besar dari Korea Selatan yang pergi menunaikan ibadah Haji.
Bagaimana dengan Jepang? Perkenalan Jepang dengan agama Islam dipercaya sudah terjadi sejak abad ke-14, yaitu saat seorang Jendral muslim dari Cina, yaitu Lan Yu, menjalin kontak dengan pembuat senjata di Jepang untuk keperluan pemberontakan melawan Kaisar Hongwu. Namun karena Jepang kemudian lama menutup diri dari dunia luar (pada Periode Edo yang jatuh mulai 1603-1868), tidak diketahui secara jelas perkembangan Islam di Jepang. Setelah periode Edo berakhir, aktifitas terkait Islam yang diketahui adalah penerjemahan buku kehidupan Nabi Muhammad ke dalam bahasa Jepang. Pada tahun 1909, Kotaro Yamaoka tercatat sebagai orang Jepang pertama yang pergi haji setelah menjadi mualaf di Bombay (dan mengganti namanya menjadi Omar Yamaoka). Sejak saat itu, geliat pemberitaan tentang perkembangan Islam perlahan mulai mendapat sorotan.
Perkembangan Islam di Korea Selatan dan Jepang
Saat ini diperkirakan jumlah kaum muslim di Korea Selatan mencapai 40000 orang. Itu untuk warga asli Korea Selatan saja dan belum termasuk 100000 muslim lainnya yang umumnya pekerja asing dari negara lain seperti Indonesia, Pakistan, dan Malaysia. Jumlah tersebut relatif kecil karena penganut agama Islam (bersama dengan Hindu dan Judaism) hanya mencapai 1,7% dari jumlah populasi di Korea Selatan. Bandingkan dengan jumlah penduduk yang tidak beragama (46,5%), penganut Buddha (22,8%), Protestan (18,3%), dan Katolik (10,9%).
Di Jepang, penganut agama Islam juga tergolong minoritas. Pada tahun 2000, diperkirakan jumlah penganut agama Islam kira-kira 63552 orang. Untuk muslim lain yang berasal dari luar Jepang, jumlahnya mencapai 70000-100000. Jika diperkirakan dalam prosentase, penduduk Jepang asli yang menganut agama Islam kira-kira hanya 10% dari jumlah total muslim di Jepang, yang berarti 90% lainnya merupakan warga asing yang menetap di Jepang.
Kalau begitu, apakah kedua negara tersebut ramah terhadap wisatawan muslim?
Walau tergolong minoritas, bukan berarti Islam tidak berkembang maupun tidak dihargai di Korea Selatan dan Jepang lho. Untuk Korea Selatan, salah satu indikatornya adalah jumlah masjid yang terus bertambah. Kota Seoul sebagai ibukota Korea Selatan pun telah memiliki Seoul Central Masjid yang dibuka pada tahun 1976, dan sejak saat itu beberapa masjid telah dibuka di berbagai daerah lainnya. Pemerintah juga memfasilitasi kemudahan mencari makanan halal dengan membuat daftar restoran halal dan toko bahan makanan halal di berbagai daerah di Korea Selatan, jadi wisatawan tak perlu takut akan kesulitan mencari makanan halal selama berwisata ke Korea Selatan.
Untuk Jepang, pada dasarnya negara tersebut memang bukan negara agamis. Namun uniknya justru itulah yang membuat warga Jepang menghormati segala agama termasuk Islam. Saat ini diperkirakan ada 30-40 masjid di seluruh Jepang, belum termasuk seratusan apartemen yang disulap menjadi tempat shalat. Pemerintah Jepang juga semakin berkomitmen menghormati penduduk setempat dan wisatawan asing yang berada di Jepang. Salah satu contohnya adalah dengan disediakannya area untuk shalat di Kansai International Airport. Bahkan 2 area shalat lainnya juga tengah dibangun dan diperkirakan akan selesai pada akhir 2014. Di bandara tersebut juga sudah ada restoran halal yang sudah di sertifikasi oleh Malaysia Halal Consultation & Training Agency. Restoran halal pun semakin mudah untuk ditemukan dan daftarnya bisa didapat dari berbagai sumber.
Contoh-contoh di atas hanya sebagian kecil ilustrasi Islam di Korea Selatan dan Jepang. Intinya, tak perlu takut akan sulit mencari tempat untuk beribadah maupun sulit mencari makanan halal, karena dewasa ini tak begitu sulit mencari yang halal-halal di kedua negara tersebut (selama ada niat dan usaha yah). Saya akan berbagi beberapa tips travelling yang wajib diketahui oleh muslim traveller yang akan bepergian ke Korea Selatan (dan mungkin juga Jepang) dalam tulisan selanjutnya, jadi stay tune terus yah.