Manusia kerdil modern di Flores bukan keturunan hobbit
Thursday, August 9, 2018

Kerdilnya manusa modern di flores ternyata tidak ada hubungannya dengan tokoh fiktif manusia kerdil dalam film The
Hobbit, heran mengapa? simak aja langsung gan
:ngakak
Quote:

Gua batu gamping Liang Bua di Pulau Flores, Indonesia | Raiyani Muharramah /Shutterstock
Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Science, tim ilmuwan internasional menyatakan bahwa orang-orang pigmi yang tinggal di desa Rampasasa, Flores, Nusa Tenggara Timur saat ini ternyata bukanlah keturunan hobbit.
Julukan yang diambil dari tokoh fiktif manusia kerdil dalam film The Hobbit itu ditujukan pada nenek moyang mereka, spesies manusia kerdil misterius yang pernah hidup di tempat sama lalu kemudian punah.
Analisis genetika dari pigmi modern menunjukkan bahwa mereka memiliki DNA nenek moyang Neanderthal dan Denisova--seperti halnya orang-orang di Asia Tenggara--tetapi para ilmuwan tidak menemukan jejak hubungan dengan hobbit atau nama ilmiahnya Homo floresiensis.
Tim menyimpulkan orang-orang pigmi masa kini adalah kasus kedua dari proses dwarfisme pulau di area tersebut, dengan Homo floresiensis menjadi yang pertama.
"Dwarfisme pulau" mengacu pada kecenderungan mamalia besar untuk berevolusi menjadi bentuk yang lebih kecil ketika secara geografis terisolasi, biasanya terjadi di sebuah pulau.
Dengan tidak adanya sumber daya yang cukup untuk mempertahankan populasi pemuliaan hewan besar, dan tanpa adanya pemangsa besar (yang tidak berkembang di pulau-pulau kecil yang terisolasi), dan tanpa adanya persaingan dari spesies yang sama, penyusutan menjadi sebuah keuntungan.
Sebagai contoh, Siprus sempat memiliki kuda nil kerdil. Sementara Flores adalah rumah bagi stegodon miniatur (gajah primitif) yang tampaknya menjadi makanan Homo floresiensis.
Sejumlah pulau di dunia juga memiliki manusia kerdil. Misalnya di Filipina dan Andaman. Sejumlah populasi kecil telah berevolusi menjadi pendek di hutan hujan di Afrika, Amerika Selatan, dan di tempat lain.
Temuan baru ini memberikan cadangan genetik untuk perdebatan berbasis fosil yang menggambarkan hominid Zaman Batu kontroversial ini sebagai spesies terpisah. Homo floresiensis bukanlah Homo sapiens bertubuh kecil yang mungkin mewakili nenek moyang orang Rampasasa.
Pada tahun 2003, para peneliti yang menggali di gua gunung Liang Bua di Pulau Flores menemukan fosil-fosil yang mencengangkan dari seorang manusia kerdil yang mirip manusia dengan otak kecil seukuran simpanse. Mereka menyebutnya dengan spesies Homo floresiensis.
Kerabat manusia modern ini memiliki tinggi badan hanya sekitar 0,9 meter. Hobbit ini hidup di Flores dari setidaknya 100 ribu hingga 60 ribu tahun lalu, dengan kemungkinan leluhur di pulau itu sekitar 700 ribu tahun yang lalu.
Para ilmuwan mencatat bahwa beberapa desa di daerah itu dihuni oleh orang-orang yang rata-rata tingginya 1,45 meter. Perawakan mereka yang kecil dan dekat dengan situs Liang Bua memunculkan gagasan bahwa di suatu tempat dalam sejarah leluhur mereka, genetika bercampur dengan hominin purba mungkin telah terjadi.
Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa hobbit sebenarnya adalah manusia pendek, bukan spesies hominid purba. Sejauh ini, para peneliti tidak dapat mengekstrak DNA dari fosil hobbit. Oleh sebab itu membandingkan hobbit dan DNA manusia masa kini akan sangat membantu dalam mengklarifikasi identitas evolusi dari hominid Flores berukuran hampir setengah manusia modern.
Dalam studi baru, ahli genetika evolusioner Serena Tucci dari Princeton University di Amerika Serikat dan rekan-rekannya membandingkan DNA dari 32 individu Rampasasa dengan orang-orang Neandertal, Denisova, dan manusia masa kini di seluruh dunia.
Para peneliti kemudian menemukan bahwa para pigmi Flores menjadi lebih kecil karena sebagian perubahan pada gen terkait dengan tinggi badan dan pemecahan asam lemak dalam makanan.
Genom pigmi Flores menunjukkan bukti seleksi dalam gen untuk enzim yang terlibat dalam metabolisme asam lemak, yang disebut enzim FADS (asam lemak desaturase). Gen-gen ini telah dikaitkan dengan adaptasi pola makan pada populasi pemakan ikan lainnya, termasuk Inuit di Greenland.
"Tidak ada indikasi aliran gen dari hobbit ke manusia yang hidup hari ini," kata ahli genetika evolusi dan rekan penulis Richard Green dari University of California, Santa Cruz, AS.
Namun, tanpa hobbit DNA, mustahil untuk mengatakan dengan pasti bahwa pigmi Rampasasa, yang rata-rata memiliki tinggi badan sekitar 30 cm lebih tinggi daripada hobbit, tidak mewarisi gen dari Homo floresiensis, kata Green. "Tapi kami melihat secara seksama atas leluhur Homo floresiensis di masyarakat Rampasasa dan tidak dapat menemukannya."
Rampasasa merupakan desa tanpa telepon atau internet, berbagi data adalah salah satu aktivitas yang sulit dilakukan. "Kami sedang bekerja sekarang untuk menyiapkan ekspedisi baru ke Flores untuk membawa hasilnya kembali," kata Tucci.
Dia telah bekerja dengan ilustrator untuk secara visual menyampaikan hasil penelitian, sehingga penduduk desa akan memiliki kenang-kenangan kolaborasi mereka dengan para ilmuwan.
Mereka juga akan belajar lebih banyak tentang sejarah migrasi mereka sendiri, bagaimana data genetik menunjukkan leluhur mereka bercampur dengan populasi dari Asia Timur dan Melanesia.
Julukan yang diambil dari tokoh fiktif manusia kerdil dalam film The Hobbit itu ditujukan pada nenek moyang mereka, spesies manusia kerdil misterius yang pernah hidup di tempat sama lalu kemudian punah.
Analisis genetika dari pigmi modern menunjukkan bahwa mereka memiliki DNA nenek moyang Neanderthal dan Denisova--seperti halnya orang-orang di Asia Tenggara--tetapi para ilmuwan tidak menemukan jejak hubungan dengan hobbit atau nama ilmiahnya Homo floresiensis.
Tim menyimpulkan orang-orang pigmi masa kini adalah kasus kedua dari proses dwarfisme pulau di area tersebut, dengan Homo floresiensis menjadi yang pertama.
"Dwarfisme pulau" mengacu pada kecenderungan mamalia besar untuk berevolusi menjadi bentuk yang lebih kecil ketika secara geografis terisolasi, biasanya terjadi di sebuah pulau.
Dengan tidak adanya sumber daya yang cukup untuk mempertahankan populasi pemuliaan hewan besar, dan tanpa adanya pemangsa besar (yang tidak berkembang di pulau-pulau kecil yang terisolasi), dan tanpa adanya persaingan dari spesies yang sama, penyusutan menjadi sebuah keuntungan.
Sebagai contoh, Siprus sempat memiliki kuda nil kerdil. Sementara Flores adalah rumah bagi stegodon miniatur (gajah primitif) yang tampaknya menjadi makanan Homo floresiensis.
Sejumlah pulau di dunia juga memiliki manusia kerdil. Misalnya di Filipina dan Andaman. Sejumlah populasi kecil telah berevolusi menjadi pendek di hutan hujan di Afrika, Amerika Selatan, dan di tempat lain.
Temuan baru ini memberikan cadangan genetik untuk perdebatan berbasis fosil yang menggambarkan hominid Zaman Batu kontroversial ini sebagai spesies terpisah. Homo floresiensis bukanlah Homo sapiens bertubuh kecil yang mungkin mewakili nenek moyang orang Rampasasa.
Pada tahun 2003, para peneliti yang menggali di gua gunung Liang Bua di Pulau Flores menemukan fosil-fosil yang mencengangkan dari seorang manusia kerdil yang mirip manusia dengan otak kecil seukuran simpanse. Mereka menyebutnya dengan spesies Homo floresiensis.
Kerabat manusia modern ini memiliki tinggi badan hanya sekitar 0,9 meter. Hobbit ini hidup di Flores dari setidaknya 100 ribu hingga 60 ribu tahun lalu, dengan kemungkinan leluhur di pulau itu sekitar 700 ribu tahun yang lalu.
Para ilmuwan mencatat bahwa beberapa desa di daerah itu dihuni oleh orang-orang yang rata-rata tingginya 1,45 meter. Perawakan mereka yang kecil dan dekat dengan situs Liang Bua memunculkan gagasan bahwa di suatu tempat dalam sejarah leluhur mereka, genetika bercampur dengan hominin purba mungkin telah terjadi.
Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa hobbit sebenarnya adalah manusia pendek, bukan spesies hominid purba. Sejauh ini, para peneliti tidak dapat mengekstrak DNA dari fosil hobbit. Oleh sebab itu membandingkan hobbit dan DNA manusia masa kini akan sangat membantu dalam mengklarifikasi identitas evolusi dari hominid Flores berukuran hampir setengah manusia modern.
Dalam studi baru, ahli genetika evolusioner Serena Tucci dari Princeton University di Amerika Serikat dan rekan-rekannya membandingkan DNA dari 32 individu Rampasasa dengan orang-orang Neandertal, Denisova, dan manusia masa kini di seluruh dunia.
Para peneliti kemudian menemukan bahwa para pigmi Flores menjadi lebih kecil karena sebagian perubahan pada gen terkait dengan tinggi badan dan pemecahan asam lemak dalam makanan.
Genom pigmi Flores menunjukkan bukti seleksi dalam gen untuk enzim yang terlibat dalam metabolisme asam lemak, yang disebut enzim FADS (asam lemak desaturase). Gen-gen ini telah dikaitkan dengan adaptasi pola makan pada populasi pemakan ikan lainnya, termasuk Inuit di Greenland.
"Tidak ada indikasi aliran gen dari hobbit ke manusia yang hidup hari ini," kata ahli genetika evolusi dan rekan penulis Richard Green dari University of California, Santa Cruz, AS.
Namun, tanpa hobbit DNA, mustahil untuk mengatakan dengan pasti bahwa pigmi Rampasasa, yang rata-rata memiliki tinggi badan sekitar 30 cm lebih tinggi daripada hobbit, tidak mewarisi gen dari Homo floresiensis, kata Green. "Tapi kami melihat secara seksama atas leluhur Homo floresiensis di masyarakat Rampasasa dan tidak dapat menemukannya."
Rampasasa merupakan desa tanpa telepon atau internet, berbagi data adalah salah satu aktivitas yang sulit dilakukan. "Kami sedang bekerja sekarang untuk menyiapkan ekspedisi baru ke Flores untuk membawa hasilnya kembali," kata Tucci.
Dia telah bekerja dengan ilustrator untuk secara visual menyampaikan hasil penelitian, sehingga penduduk desa akan memiliki kenang-kenangan kolaborasi mereka dengan para ilmuwan.
Mereka juga akan belajar lebih banyak tentang sejarah migrasi mereka sendiri, bagaimana data genetik menunjukkan leluhur mereka bercampur dengan populasi dari Asia Timur dan Melanesia.
Nah itu dia penjelasan parah ahli terkait manusia kerdil di flores, ternyata memang banyak manusia kerdil di belahan bumi ini gan dan yang pastinya ga ada hubungan dengan tokoh fiktif Hobbit yah gan
:matabelo
Semoga bermanfaat infonya gan
:1thumbup
Quote:
:hn Buat liat informasi menarik lainnya seperti artikel di atas bisa liat di sini :cystg
Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh :cendolgan
SUMUR :
Beritagar.id
Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh :cendolgan
SUMUR :
Beritagar.id
Quote:
Jangan lupa kunjungi thread ane yang lain gan :thumbup:thumbup
Demi Lovato masuk fasilitas rehabilitasi narkoba
Kayuh Wooden Bike sepeda kayu listrik pertama di dunia buatan Indonesia
Drax "WWE" Bautista kehilangan semangat ikut Guardian of The Galaxy vol. 3
Kebiasaan cari muka pada atasan bisa hancurkan karier Anda
Tidur kelamaan bisa bikin ente mati cepet gan
Google Maps tunjukkan Bumi itu bulat, bukan datar
Benarkah Jokowi provokasi pendukungnya untuk berantem ?
Membedakan cinta dan ketergantungan emosional
Hati-hati gan, jilatan anjing bisa menyebabkan amputasi
Beras rekayasa genetika dapat menetralkan HIV
Demi Lovato masuk fasilitas rehabilitasi narkoba
Kayuh Wooden Bike sepeda kayu listrik pertama di dunia buatan Indonesia
Drax "WWE" Bautista kehilangan semangat ikut Guardian of The Galaxy vol. 3
Kebiasaan cari muka pada atasan bisa hancurkan karier Anda
Tidur kelamaan bisa bikin ente mati cepet gan
Google Maps tunjukkan Bumi itu bulat, bukan datar
Benarkah Jokowi provokasi pendukungnya untuk berantem ?
Membedakan cinta dan ketergantungan emosional
Hati-hati gan, jilatan anjing bisa menyebabkan amputasi
Beras rekayasa genetika dapat menetralkan HIV
