Merdeka Di Bulan Agustus, Ini Letak Perbedaan Hari Kemerdekaan Indonesia Dan Malaysia




Selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam kawan - kawan kaskuser semua yang baik hati. Bertemu kembali di thread sederhana ane.
:nyepi




Jum'at, 17 Agustus 2018 yang lalu, Indonesia memperingati hari kemerdekaan yang ke 73 tahun. Tepat di hari Jumat 73 tahun yang lalu, Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan di kediamannya di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta Pusat. Sejak saat itulah secara de jure dan de facto Indonesia menyatakan diri merdeka dari segala penjajahan.

Dua belas tahun kemudian sejak kemerdekaan Indonesia, negara tetangga kita Malaysia juga mengikrarkan kemerdekaannya dari cengkraman Inggris. Tepat pada 31 Agustus 1957 pagi upacara kemerdekaan Malaysia di gelar di Stadion Merdeka. Di hadapan ribuan orang yang datang saat itu, Tuanku Abdul Rahman yang untuk selanjutnya di angkat sebagai Perdana Menteri pertama Malaysia membacakan kalimat "Pemasyuran Kemerdekaan".

"Bahawasanya kerana telah tibalah masanya bagi umat Persekutuan Tanah Melayu ini mencapai taraf suatu bangsa yang merdeka lagi berdaulat sama setimpal kedudukannya dengan segala bangsa seluruh dunia." Kalimat itulah yang menandai kemerdekaan Malaysia. Kalimat itu di ucapkan Tuanku Abdul Rahman usai Kuala Lumpur di guyur oleh hujan lebat kala itu.


Berbeda dengan kemerdekaan Indonesia yang di laksanakan secara mendadak, kemerdekaan Malaysia di persiapkan secata matang. Bahkan satu hari sebelumnya, pada 30 Agustus malam di gelar upacara penurunan bendera Inggris, Union Jack yang menandai berakhirnya penjajahan Inggris atas Malaysia sekaligus sebagai tanda lahirnya negara baru yang berdaulat. Sebagai penggantinya, bendera "Persekutuan Tanah Melayu" pun di kibarkan.

Keesokan harinya, seluruh warga masyarakat termasuk seluruh Sultan dan sesepuh Malaysia hadir di Stadion Merdeka. Sir Donald MacGillivray yang merupakan wakil Inggris pun menghadiri acara tersebut. Tak terkecuali para pemimpin negara persemakmuran Inggris pun juga tampak hadir. Ini yang menandakan kemerdekaan Malaysia ini di rencanakan dengan cukup matang.

Media dari berbagai belahan dunia juga ikut hadir untuk meliput secara langsung acara pemasyuran kemedekaan tersebut. Perwakilan negara tetangga juga turut hadir di antaranya pemimpin Thailand, Vietnam, Burma (Myanmar), Kamboja, Jepang, India, Pakistan, dan Afrika Selatan. Pemimpin Indonesia dan Filipina sendiri absen kala itu. Hal ini tak terlepas dari adanya friksi di antara kedua belah negara.

Indonesia sendiri awalnya tak mengakui kemerdekaan Malaysia dan menganggap Negara Malaysia hanyalah "negara boneka Inggris". Presiden Soekarno bahkan punya keinginan untuk membebaskan Malaysia dari neo kolonialisme dan ingin menjadikannya sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Akibat keinginan ini, kedua negara memanas. Dan puncaknya, saat keduanya berebut wilayah Sabah, Serawak, dan Singapura.


Meski pada akhirnya, pada 31 Agustus 1963, tepat pada perayaan kemerdekaan Malaysia yang ke 6, ketiga wilayah tersebut justru menggabungkan diri di bawah Federasi Malaysia. Konflik pun memanas, Presiden Soekarno bahkan melantangkan slogan "Ganyang Malaysia". Akibat konfrontasi dengan Indonesia ini, baru pada 16 September ketiganya secara resmi menjadi negara bagian Malaysia. Dua tahun setelahnya, tepatnya pada 7 Agustus 1965, Singapura melepaskan diri dari Malaysia dan menjadi negara yang berdiri sendiri.


Jika menyimak sejarah kemerdekaan Malaysia tersebut, jelas sangat jauh berbeda jika di bandingkan dengan kemerdekaan Indonesia. Jika kemerdekaan Malaysia begitu di persiapkan, Indonesia justru sebaliknya. Bahkan malam sebelum proklamasi di lantangkan, kedua proklamator kita justru di culik oleh para pemuda ke Rengasdengklok. Keduanya bahkan di paksa untuk segera mempriklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Teks proklamasi pun di buat secara mendadak. Bahkan jika kita lihat teks proklamasi yang asli, di sana banyak terdapat coretan yang menandakan bahwa teks ini memang tidak di persiapkan dengan matang. Jumat, 17 Agustus 1945 tepat pada bulan Ramadhan, teks ini akhirnya di bacakan di kediaman Bung Karno, bukan di lapangan Ikada (sekarang di kenal sebagai Monas), tempat yang biasa di gunakan untuk mengumpulkan massa.

Pun begitu juga dengan wakil negara - negara tetangga tak ada yang hadir. Apalagi sang penjajah, Jepang yang kala itu luluh lantak setelah dua kotanya hancur lebur di bom atom Sekutu juga tak hadir. Sangat berbeda jika di banding "kemedekaan" Malaysia yang bahkan di hadiri oleh perwakilan penjajah.





Disclaimer : Asli tulisan TS
Referensi : Ini dan Ini
Sumur Gambar : Om Google






Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel