Penulis yang Hidup dari Uang Santunan Pemerintah
Tuesday, August 7, 2018
Sejak kecil, wanita ini memang sudah memiliki kegemaran menulis. Bahkan di usia 6 tahun, ia sudah mengarang sebuah cerita. Ia juga mamiliki kepercayaan diri untuk menunjukkan karyanya kepada teman dan orangtuanya. Kebiasaan ini terus dipelihara hingga dewasa.
Bersama adik dan teman- temannya ia sering bermain peran baik di panggung sekolah atau sekedar bermain di rumah, dan daya imajinasi yang tinggi membuatnya mampu membuat cerita yang menarik.
Perceraian dengan suaminya membuat kehidupannya semakin terpuruk. Ia menjadi ibu tunggal yang harus menghidupi anak- anaknya dalam kondisi kekurangan. Karena masuk dalam kategori sebagai orang miskin yang layak mendapat santunan, ia mendapat santunan dari pemerintah Inggris.
Penulis ini tidak memiliki komputer dan hanya mempunyai sebuah mesin tik tua, hingga ia terpaksa mengetik dengan mesin tik tersebut. Ia juga tidak punya uang, bahkan untuk membayar fotokopi pun ia tidak punya uang. Maka perempuan ini terpaksa mengetik ulang naskah yang sama hingga beberapa kali agar bisa diserahkan ke beberapa penerbit yang berbeda.
Apakah ia mampu berkarya dengan bantuan mesin tik tua?
Penulis ini adalah JK Rowling, penulis dengan penjualan terbanyak dalam sejarah. Buku "Harry Potter" sudah terjual lebih dari 400 juta kopi di seluruh dunia. Buku terakhirnya "Harry Potter and the Deathly Hallows", telah terjual 44 juta kopi hanya dalam waktu 6 bulan. Lima belas juta pertama terjual pada 24 jam pertama.
Sunday Times Rich List (2008) mengungkap kekayaannya mencapai US$ 798 million (Rp 7, 9 triliun) dan menempatkannya sebagai salah satu wanita terkaya di Inggris dan di dunia.
Ia menjadi salah satu orang terkaya di dunia lewat Harry Potter yang mengantongi 3 juta poundsterling (Rp 50, 77 miliar) per pekan atau 5 poundsterling (Rp 84. 586) per detik.
Keberhasilan Harry Potter adalah hasil dari sikap pantang menyerah dan kerja keras yang luar biasa. Tak ada kesuksesan yang dibayar dengan murah.
Sumber : No Excuce ! (oleh: Isa Alamsyah)