Phantosmia, mencium bau yang tidak ada
Friday, August 24, 2018
Pernah gak sih agan mencium bau aneh, tapi gak tau sumbernya dari mana? terus agan tanya ama sebelah agantaunya dia gak nyium bau apapun
:bingung
Ternyata itu tuh ada sebutannya loh gan, namanya phantosmia atau halusinasi penciuman, dan bau yang kecium itu beda-beda, kaya bau got atau telur asin gan
:hammer
Quote:
Ilustrasi mencium bau. | Halfbottle /Shutterstock
Bayangkan Anda mencium bau badan atau bau telur busuk tanpa tahu sumbernya. Anehnya lagi, tidak seorang pun di dekat Anda mencium bau sama.
Sebuah penelitian terbaru dalam JAMA Otolaryngology-Head & Neck Surgerymenemukan satu dari 15 orang Amerika Serikat berusia di atas 40 tahun (sekitar 6,5 persen) mengalami peristiwa yang dikenal dengan istilah phantosmia atau phantom odors ini.
IFL Science menyebutkan, phantosmia atau phantom odors merupakan fenomena yang jarang dipahami.
Kenapa seseorang bisa mengalaminya juga masih menjadi misteri.
Penelitian di Amerika Serikat ini memberikan informasi kepada para peneliti, tentang siapa yang mengalami, dan seberapa sering hal itu terjadi di Amerika Serikat.
Mayo Clinic menulis, phantosmia juga disebut sebagai halusinasi penciuman atau olfactory hallucination. Bau yang terdeteksi juga bervariasi, ada orang yang mencium bau got, namun ada juga yang mencium rumput kering.
Penelitian ini dipimpin oleh Kathleen Bainbridge, PhD dari Epidemiology and Biostatistics Program di National Institute of Deafness and Other Communication Disorders (NIDCD), bagian dari National Institute of Health (NIH).
Bainbridge dan timnya mempelajari data dari hasil survei National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) antara tahun 2011 - 2014, terhadap 7.417 partisipan yang berusia di atas 40 tahun.
Menurut Medical Express, data dari NHANES ini dikumpulkan oleh National Center for Health Statistics, yang merupakan bagian dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dan sebagian didanai oleh National Institute of Deafness and Other Communication Disorders (NIDCD).
Dalam rilis media dari National Institutes of Health (NIH) disebutkan para peneliti juga mengeksplorasi korelasi antara phantom odors dengan karakteristik para peserta, seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, ras/etnis, status sosial ekonomi, status kesehatan khusus dan status kesehatan secara umum.
Mereka menemukan, kemampuan untuk mengidentifikasi bau di lingkungan sekitar menurun seiring bertambahnya usia, dan tidak terkait dengan kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi bau dengan benar.
Sebuah penelitian sebelumnya oleh tim peneliti dari Stockholm University menggunakan data dari sebuah komunitas di Swedia, menunjukkan 4,9 persen orang berusia di atas 60 tahun mengalami 'bau hantu' ini, dan jumlah perempuan yang mengalaminya lebih banyak daripada laki-laki.
Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian terbaru yang melibatkan orang-orang dengan rentang usia lebih luas, antara 40 sampai 60 tahun.
Dilaporkan Live Science, selain memperkirakan 6,5 persen orang dewasa Amerika Serikat mengalami phantosmia, penelitian ini juga menunjukkan bahwa sekitar dua-pertiga dari orang-orang dengan 'hidung yang menipu' adalah perempuan. Dan umumnya terjadi pada orang-orang dengan status kesehatan buruk.
Faktor lain yang dapat dihubungkan dengan meningkatkan frekuensi 'bau hantu' adalah mulut selalu kering, dan riwayat luka kepala serius.
Seperti dikatakan Donald Leopold, MD, salah satu penulis penelitian yang juga seorang profesor klinis di Department of Surgery, University of Vermont Medical Center, Burlington, pasien yang merasakan 'bau hantu' kuat, sering kali memiliki kualitas hidup rendah, dan kadang-kadang tidak dapat mempertahankan berat badan sehat.
Beberapa peneliti juga memperkirakan orang-orang dengan keadaan sosial ekonomi yang lebih rendah secara umum lebih terpapar dengan polusi dan racun di lingkungan mereka, hal ini juga dapat berkontribusi pada 'bau hantu' yang mereka rasakan.
Lebih lanjut Bainbridge mengatakan, yang mengejutkan timnya adalah menurunnya tingkat 'bau hantu' di antara peserta berusia lebih dari 60 tahun. Dari 6,5 persen pada peserta lebih muda, menjadi 5,4 persen pada mereka yang lebih tua.
Sejauh ini, para ilmuwan masih belum dapat memahami akan penyebab terjadinya fenomena ini. "Kondisi ini bisa terkait dengan sel-sel pengindraan bau yang terlalu aktif di rongga hidung, atau mungkin kerusakan di bagian otak yang memahami sinyal bau," ujar Bainbridge.
Hanya 11 persen dari orang-orang yang mengalami bau hantu mengatakan mereka pernah berkonsultasi dengan dokter. Hal ini membuktikan bahwa penciuman sering diabaikan. Padahal menurut Dr. Alan Hirsch dari Smell & Taste Treatment and Research Foundation, di Chicago, 'bau hantu' dapat merupakan pertanda sesuatu yang serius sedang terjadi.
"Sudah pasti harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh," jelasnya. "Hal tersebut dapat berarti tumor, kista, atau beberapa penyebab infeksi di area otak, tempat di mana bau diproses."
"Masalah dengan indera penciuman sering kali diabaikan, padahal itu merupakan hal yang penting," kata Judith A. Cooper, direktur pelaksana National Institute on Deafness and Communication Disorders, dalam NBC News. "Hal tersebut memiliki dampak yang besar terhadap nafsu makan, pemilihan makanan dan kemampuan untuk mencium sinyal bahaya, seperti api, kebocoran gas maupun makanan basi.
Sebuah penelitian terbaru dalam JAMA Otolaryngology-Head & Neck Surgerymenemukan satu dari 15 orang Amerika Serikat berusia di atas 40 tahun (sekitar 6,5 persen) mengalami peristiwa yang dikenal dengan istilah phantosmia atau phantom odors ini.
IFL Science menyebutkan, phantosmia atau phantom odors merupakan fenomena yang jarang dipahami.
Kenapa seseorang bisa mengalaminya juga masih menjadi misteri.
Penelitian di Amerika Serikat ini memberikan informasi kepada para peneliti, tentang siapa yang mengalami, dan seberapa sering hal itu terjadi di Amerika Serikat.
Mayo Clinic menulis, phantosmia juga disebut sebagai halusinasi penciuman atau olfactory hallucination. Bau yang terdeteksi juga bervariasi, ada orang yang mencium bau got, namun ada juga yang mencium rumput kering.
Penelitian ini dipimpin oleh Kathleen Bainbridge, PhD dari Epidemiology and Biostatistics Program di National Institute of Deafness and Other Communication Disorders (NIDCD), bagian dari National Institute of Health (NIH).
Bainbridge dan timnya mempelajari data dari hasil survei National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) antara tahun 2011 - 2014, terhadap 7.417 partisipan yang berusia di atas 40 tahun.
Menurut Medical Express, data dari NHANES ini dikumpulkan oleh National Center for Health Statistics, yang merupakan bagian dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dan sebagian didanai oleh National Institute of Deafness and Other Communication Disorders (NIDCD).
Dalam rilis media dari National Institutes of Health (NIH) disebutkan para peneliti juga mengeksplorasi korelasi antara phantom odors dengan karakteristik para peserta, seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, ras/etnis, status sosial ekonomi, status kesehatan khusus dan status kesehatan secara umum.
Mereka menemukan, kemampuan untuk mengidentifikasi bau di lingkungan sekitar menurun seiring bertambahnya usia, dan tidak terkait dengan kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi bau dengan benar.
Sebuah penelitian sebelumnya oleh tim peneliti dari Stockholm University menggunakan data dari sebuah komunitas di Swedia, menunjukkan 4,9 persen orang berusia di atas 60 tahun mengalami 'bau hantu' ini, dan jumlah perempuan yang mengalaminya lebih banyak daripada laki-laki.
Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian terbaru yang melibatkan orang-orang dengan rentang usia lebih luas, antara 40 sampai 60 tahun.
Dilaporkan Live Science, selain memperkirakan 6,5 persen orang dewasa Amerika Serikat mengalami phantosmia, penelitian ini juga menunjukkan bahwa sekitar dua-pertiga dari orang-orang dengan 'hidung yang menipu' adalah perempuan. Dan umumnya terjadi pada orang-orang dengan status kesehatan buruk.
Faktor lain yang dapat dihubungkan dengan meningkatkan frekuensi 'bau hantu' adalah mulut selalu kering, dan riwayat luka kepala serius.
Seperti dikatakan Donald Leopold, MD, salah satu penulis penelitian yang juga seorang profesor klinis di Department of Surgery, University of Vermont Medical Center, Burlington, pasien yang merasakan 'bau hantu' kuat, sering kali memiliki kualitas hidup rendah, dan kadang-kadang tidak dapat mempertahankan berat badan sehat.
Beberapa peneliti juga memperkirakan orang-orang dengan keadaan sosial ekonomi yang lebih rendah secara umum lebih terpapar dengan polusi dan racun di lingkungan mereka, hal ini juga dapat berkontribusi pada 'bau hantu' yang mereka rasakan.
Lebih lanjut Bainbridge mengatakan, yang mengejutkan timnya adalah menurunnya tingkat 'bau hantu' di antara peserta berusia lebih dari 60 tahun. Dari 6,5 persen pada peserta lebih muda, menjadi 5,4 persen pada mereka yang lebih tua.
Sejauh ini, para ilmuwan masih belum dapat memahami akan penyebab terjadinya fenomena ini. "Kondisi ini bisa terkait dengan sel-sel pengindraan bau yang terlalu aktif di rongga hidung, atau mungkin kerusakan di bagian otak yang memahami sinyal bau," ujar Bainbridge.
Hanya 11 persen dari orang-orang yang mengalami bau hantu mengatakan mereka pernah berkonsultasi dengan dokter. Hal ini membuktikan bahwa penciuman sering diabaikan. Padahal menurut Dr. Alan Hirsch dari Smell & Taste Treatment and Research Foundation, di Chicago, 'bau hantu' dapat merupakan pertanda sesuatu yang serius sedang terjadi.
"Sudah pasti harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh," jelasnya. "Hal tersebut dapat berarti tumor, kista, atau beberapa penyebab infeksi di area otak, tempat di mana bau diproses."
"Masalah dengan indera penciuman sering kali diabaikan, padahal itu merupakan hal yang penting," kata Judith A. Cooper, direktur pelaksana National Institute on Deafness and Communication Disorders, dalam NBC News. "Hal tersebut memiliki dampak yang besar terhadap nafsu makan, pemilihan makanan dan kemampuan untuk mencium sinyal bahaya, seperti api, kebocoran gas maupun makanan basi.
Nah ternyata kebaisaan mencium bau tiba-tiba ini emang hal biasa dan bisa disebabkan dari berbagai faktor seperti jenis kelamin, usia bahkan sel-sel yang mempengaruhi tubuh
Semoga dengan post ini dapat menambah wawasan kita semua yah
:1thumbup
Quote:
:hn Buat liat informasi menarik lainnya seperti artikel di atas bisa liat di sini :cystg
Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh :cendolgan
SUMUR :
Beritagar.id
Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh :cendolgan
SUMUR :
Beritagar.id
Quote:
Jangan lupa kunjungi thread ane yang lain gan :thumbup:thumbup
[url=https://www.kaskus.co.id/post/5b7e9762c1d770202e8b456a#post5b7e9762c1d770202e8b456a]Pasta gigi bisa membantu ngegedein payudara ?
Mengenal kubah lava yang muncul di Gunung Merapi
[/url]Dora The Explorer berusia 17 tahun siap menghiasi layar bioskop Anda
Manfaat daging kambing untuk kesehatan
Keju tertua telah ditemukan di makam Mesir kuno
Telah ditemukan ramuan untuk mengawetkan mumi Mesir Kuno
Jangan taro daging kurban ente di plastik warna gan !
Orang kaya paling sering berperilaku buruk, bener gak?
Kumbang 99 juta tahun tersimpan dalam ambar di Myanmar
5 Makanan untuk mengurangi rasa cemas
[url=https://www.kaskus.co.id/post/5b7e9762c1d770202e8b456a#post5b7e9762c1d770202e8b456a]Pasta gigi bisa membantu ngegedein payudara ?
Mengenal kubah lava yang muncul di Gunung Merapi
[/url]Dora The Explorer berusia 17 tahun siap menghiasi layar bioskop Anda
Manfaat daging kambing untuk kesehatan
Keju tertua telah ditemukan di makam Mesir kuno
Telah ditemukan ramuan untuk mengawetkan mumi Mesir Kuno
Jangan taro daging kurban ente di plastik warna gan !
Orang kaya paling sering berperilaku buruk, bener gak?
Kumbang 99 juta tahun tersimpan dalam ambar di Myanmar
5 Makanan untuk mengurangi rasa cemas