Takwa
Friday, August 24, 2018
"YAA ayyuhalladziina amana ittaqullaaha haqqo tuqotih. Wa la tamutunna illa wa antum muslimun. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya. Dan, janganlah sekali-kali kamu mati, melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS Ali Imran: 102).
Sepenggal ayat ini selalu kita dengar pada setiap khutbah-khutbah salat Jumat. Kita selalu diingatkan oleh sang khotib. Kalimat yang diulang dan berulang di hari Jumat yang mubarak.
Pengulangan yang seolah sama, padahal hakikat dimensinya tentu berbeda. Mengapa demikian? Menurut pandangan sederhana saya, hal ini menunjukkan betapa pentingnya saya, Anda, dan keluarga untuk bertakwa kepada Allah Azza Wajalla.
Takwa secara etimologis berarti waspada diri dan takut. Takwa kepada Allah secara terminologis adalah melaksanakan perintah Allah sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi larangan Allah sebagaimana yang dilarang oleh Allah.
Dari sepenggal ayat itu, para sahabat Nabi mengajarkan kita untuk memahami arti haqqa tuqatihsebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Mardawai dari Abdullah Ibn Mas'ud yang artinya, "Ittaqullah haqqa tuqatihi ialah hendaknya Dia ditaati tidak dimaksiati, disyukuri tidak diingkari, dan diingat tidak dilupakan." (HR Al-Hakim).
Penggalan ayat haqqa tuqatih juga dapat bermakna bertakwa kepada Allah sesuai dengan kemampuan maksimal yang dimilikinya. Ini didasarkan pada Surah At-Taqhabun yang artinya, "Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu." (QS At-Taghabun: 16).
Yang dimaksud dengan "Walatamutunna wa antum muslimuun" antara lain adalah "Janganlah seseorang itu meninggal, melainkan ia berbaik sangka kepada Allah." Sesuai hadis Nabi yang artinya," Janganlah seorang di antara kamu mati, melainkan ia berbaik sangka terhadap Allah." (HR Muslim).
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda yang artinya, "Allah berfirman: Aku berada pada prasangka hamba-Ku terhadap diri-Ku. Jika ia berprasangka baik, ia adalah untuk dirinya sendiri. Jika ia berburuk sangka terhadap diri-Ku, itu adalah untuk dirinya sendiri. "Walatamutunna wa antum muslimuun" bisa juga dipahami bahwa janganlah seseorang muslim meninggal dunia sebelum semua aspek aktivitas lahir dan batinnya sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Melalui tulisan ini, saya ingin mengingatkan diri saya sendiri, keluarga saya, para pembaca, dan umat muslim lainnya untuk selalu bertakwa kepada Allah. Untuk menuju insan yang bertakwa tentulah harus selalu mendekatkan diri pada Allah dengan menegakkan salat wajib dan sunah serta ibadah-ibadah lainnya. Semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan manusia munafik dan fasik. Amin.
Sumber lampost.co
Sepenggal ayat ini selalu kita dengar pada setiap khutbah-khutbah salat Jumat. Kita selalu diingatkan oleh sang khotib. Kalimat yang diulang dan berulang di hari Jumat yang mubarak.
Pengulangan yang seolah sama, padahal hakikat dimensinya tentu berbeda. Mengapa demikian? Menurut pandangan sederhana saya, hal ini menunjukkan betapa pentingnya saya, Anda, dan keluarga untuk bertakwa kepada Allah Azza Wajalla.
Takwa secara etimologis berarti waspada diri dan takut. Takwa kepada Allah secara terminologis adalah melaksanakan perintah Allah sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi larangan Allah sebagaimana yang dilarang oleh Allah.
Dari sepenggal ayat itu, para sahabat Nabi mengajarkan kita untuk memahami arti haqqa tuqatihsebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Mardawai dari Abdullah Ibn Mas'ud yang artinya, "Ittaqullah haqqa tuqatihi ialah hendaknya Dia ditaati tidak dimaksiati, disyukuri tidak diingkari, dan diingat tidak dilupakan." (HR Al-Hakim).
Penggalan ayat haqqa tuqatih juga dapat bermakna bertakwa kepada Allah sesuai dengan kemampuan maksimal yang dimilikinya. Ini didasarkan pada Surah At-Taqhabun yang artinya, "Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu." (QS At-Taghabun: 16).
Yang dimaksud dengan "Walatamutunna wa antum muslimuun" antara lain adalah "Janganlah seseorang itu meninggal, melainkan ia berbaik sangka kepada Allah." Sesuai hadis Nabi yang artinya," Janganlah seorang di antara kamu mati, melainkan ia berbaik sangka terhadap Allah." (HR Muslim).
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda yang artinya, "Allah berfirman: Aku berada pada prasangka hamba-Ku terhadap diri-Ku. Jika ia berprasangka baik, ia adalah untuk dirinya sendiri. Jika ia berburuk sangka terhadap diri-Ku, itu adalah untuk dirinya sendiri. "Walatamutunna wa antum muslimuun" bisa juga dipahami bahwa janganlah seseorang muslim meninggal dunia sebelum semua aspek aktivitas lahir dan batinnya sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Melalui tulisan ini, saya ingin mengingatkan diri saya sendiri, keluarga saya, para pembaca, dan umat muslim lainnya untuk selalu bertakwa kepada Allah. Untuk menuju insan yang bertakwa tentulah harus selalu mendekatkan diri pada Allah dengan menegakkan salat wajib dan sunah serta ibadah-ibadah lainnya. Semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan manusia munafik dan fasik. Amin.
Sumber lampost.co