Rio Risky Darmawan. (Foto : Istimewa)Quote:
Prestasi gemilang berhasil diraih Rio Risky Darmawan di ajang Asian Games 2018. Dengan kegigihannya, ia berhasil menyumbang 1 medali emas dari cabang olahraga dayung dalam kategori rowing LM8+ yang digelar di Jakabaring Sport City, Palembang. Remaja kelahiran 11 Februari ini adalah atlet termuda kontingen Tim Merah Putih peraih emas Asian Games 2018 sejauh ini.
Rio Rizki yang berasal dari Sulawesi Tengah masuk pelatnas dayung untuk Asian Games edisi ke-18 usai Pekan Olahraga Nasional 2018 di Jawa Barat. Sejak itu Rio menjadi andalan Indonesia.
Raihan gemilang Rio memang patut dicontoh. Apalagi, semua itu berhasil dicapai dengan segala keterbatasan materi yang keluarganya miliki. Yah, Rio terlahir bukan dari keluarga berada.
Keluarga Rio merupakan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) tahun 2018. Nasir, ayahnya, bekerja sebagai petani cokelat di Desa Tompi, Kulawi Selatan, Sulawesi Tengah. Sementara Rasna, ibunya, mengurus rumah, yang berjarak puluhan kilometer dari Kota Palu.
"Kalau dari Palu pergi ke kampung Rio Risky masih ada 90 km, dari Kota Palu," kata Rasna, Selasa (28/8).
Diceritakan Rasna, bakat olahraga di diri Rio baru terlihat saat putranya itu disekolahkan di SMANOR Tadulako, Palu.
"Waktu SMP diambil sama Pak Jufri ke SMANOR. Di sana dia baru mulai belajar mendayung. Dulu tidak (suka dayung). Soalnya, di kampung tidak ada laut," ujar Rasna.
Rasna menambahkan, saat putranya berlaga, ia hanya bisa melihat dari layar kaca. Sementara ayahnya yang memberi dukungan langsung ke Jakabaring Sport City.
Rasna mengaku tak mengajarkan apa-apa kepada Rio hingga bisa menjadi atlet nasional. Saat Rio disekolahkan di SMANOR, Rasna dan suaminya hanya memberikan dukungan dan doa.
"Tidak, tidak diajari. Dukungan dan doa saja. Kami ini semua serahkan ke anak, dia kan yang jalani, bukan kita orang tua (Rio)," terang Rasna.
Rasna tak menyangka anaknya bisa meraih emas di pesta olahraga terbesar se-Asia itu. Namun Rasna dan suaminya bangga atas prestasi Rio.
"Perasaannya sangat bangga, terharu, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata," ucap Rasna.
Sumber : trubus.id
Rio Rizki yang berasal dari Sulawesi Tengah masuk pelatnas dayung untuk Asian Games edisi ke-18 usai Pekan Olahraga Nasional 2018 di Jawa Barat. Sejak itu Rio menjadi andalan Indonesia.
Raihan gemilang Rio memang patut dicontoh. Apalagi, semua itu berhasil dicapai dengan segala keterbatasan materi yang keluarganya miliki. Yah, Rio terlahir bukan dari keluarga berada.
Keluarga Rio merupakan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) tahun 2018. Nasir, ayahnya, bekerja sebagai petani cokelat di Desa Tompi, Kulawi Selatan, Sulawesi Tengah. Sementara Rasna, ibunya, mengurus rumah, yang berjarak puluhan kilometer dari Kota Palu.
"Kalau dari Palu pergi ke kampung Rio Risky masih ada 90 km, dari Kota Palu," kata Rasna, Selasa (28/8).
Diceritakan Rasna, bakat olahraga di diri Rio baru terlihat saat putranya itu disekolahkan di SMANOR Tadulako, Palu.
"Waktu SMP diambil sama Pak Jufri ke SMANOR. Di sana dia baru mulai belajar mendayung. Dulu tidak (suka dayung). Soalnya, di kampung tidak ada laut," ujar Rasna.
Rasna menambahkan, saat putranya berlaga, ia hanya bisa melihat dari layar kaca. Sementara ayahnya yang memberi dukungan langsung ke Jakabaring Sport City.
Rasna mengaku tak mengajarkan apa-apa kepada Rio hingga bisa menjadi atlet nasional. Saat Rio disekolahkan di SMANOR, Rasna dan suaminya hanya memberikan dukungan dan doa.
"Tidak, tidak diajari. Dukungan dan doa saja. Kami ini semua serahkan ke anak, dia kan yang jalani, bukan kita orang tua (Rio)," terang Rasna.
Rasna tak menyangka anaknya bisa meraih emas di pesta olahraga terbesar se-Asia itu. Namun Rasna dan suaminya bangga atas prestasi Rio.
"Perasaannya sangat bangga, terharu, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata," ucap Rasna.
Sumber : trubus.id