Sang Begawan dan Cantrik, Sang Kiai dan Santri

Mengawali  tulisan ini saya sampaikan teori dari DR Arnold Kasali, dalam pembentukan kader dengan Teori Begawan dan Cantrik atau Kiai dan Santri. Istilah Begawan dan Cantrik dikenal dalam dunia Pewayangan, khususnya wayang purwo dalam budaya jawa. Begawan diasumsikan sebagai  seorang figur yang serba mumpuni, ia memiliki kesempurnaan dan ketinggian moralitasnya, sehingga seorang Begawan dianggap serba tahu. Bahkan karena kedekatan rohaninya dengan Yang Maha Kuasa, ia dianggap tahu apa yang akan terjadi (tahu sebelum winarah), sehingga Begawan menjadi figur panutan dan menjadi tempat bertanya para satria dan raja.
Dalam pewayangan kita mengenal Begawan Abiyoso, seorang Begawan yang mumpuni, tempat bertanya para raja, khususnya Pandawa. Dalam dunia modern sekarang, Begawan juga dipergunakan untuk seorang Maha Guru yang pendapatnya menjadi rujukan banyak orang, seperti Begawan Ekonomi untuk Prof DR Sumitro Djoyo Hadikusuma.
Teori ini mirip dengan teori Kiai dan Santri dalam islam. Kiai adalah sebagai figur panutan, karena kedalaman ilmu agamanya dan kesempurnaan akhlak dan moralitasnya. Kiai juga menjadi panutan bukan saja bagi Santri, akan tetapi menjadi panutan bagi masyarakat luas diluar komunitasnya.
Sementara Cantrik bagi sang Begawan, Santri bagi sang Kiai adalah anak didik yang nantinya diharapkan suatu saat dapat madeg jumeneng menjadi Begawan dan menjadi Kiai. Pada saat menjalani  kehidupan di Padepokan atau Pesantren, karena kedekatan Cantrik kepada Begawan dan Santri kepada sang Kiai, banyak hal yang bisa diperoleh oleh Cantrik dan Santri dari kehidupan sang Begawan dan sang Kiai. Mereka bisa melihat dari dekat, bagaimana perkehidupan setiap hari dari sang begawan dan sang Kiai, mulai dari bagaimana sang Begawan memasuki Padepokan, bagaimana cara berbusana, bertuturkata, berdiplomasi, bagaimana beliau menerima tamu, menolak permintaan orang, bahkan cara bercanda sang Begawan  dan sang Kiai akan menjadi ilmu yang sangat berguna bagi Cantrik dan santri.
Pengalaman ini tidak akan diperoleh secara resmi di dalam kelas, saat sang Begawan dan sang Kiai memberikan pelajaran keilmuan, Tetapi ilmu ini diperoleh secara tidak langsung dari mengamati perilaku keseharian sang Begawan atau sang Kiai. Ilmu ini sangat bermanfaat di suatu saat ketika Cantrik madeg menjadi Begawan dan dan Santri menjadi Kiai. Pengalaman ini akan menjadi modal managerial bagi Cantrik dan Santri disaat menjadi Begawan dan Kiai.

Sumber : http://bit.ly/2ARMhqO

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel