Secangkir Kopi Asin
Thursday, August 30, 2018
Hello Gan Sis!
Lagi baca-baca thread di channel "Story" dengan tampilan KASKUS yang baru :matabelo
Tiba-tiba ane inget ama cerita waktu jaman ane masih kuliah. Kalo ga salah ane baca cerita ini dari KASKUS juga
Mungkin ada Gan Sis yang inget cerita ini...
Spoiler for Kopi Asin:
Alkisah, seorang pria bertemu dengan seorang gadis di sebuah pesta, si gadis tampil luar biasa cantiknya, banyak lelaki yang mencoba mengejar si gadis. Si pria sebetulnya tampil biasa saja dan tak ada yang begitu memperhatikan dia, tapi pada saat pesta selesai dia memberanikan diri mengajak si gadis untuk sekedar mencari minuman hangat. Si gadis agak terkejut, tapi karena kesopanan si pria itu, si gadis mengiyakan ajakannya, kemudian mereka berdua akhirnya duduk di sebuah coffee shop, tapi si pria sangat gugup untuk berkata apa-apa dan si gadis mulai merasa tidak nyaman dan berkata, "Kita pulang aja yuk…?".
Namun tiba-tiba si pria meminta sesuatu pada sang pramusaji, "Bisa minta garam buat kopi saya?"
Semua orang yang mendengar memandang dengan ke arah si pria, aneh sekali!
Wajahnya berubah merah, tapi tetap saja dia memasukkan garam tersebut ke dalam kopinya dan meminumnya.
Si gadis dengan penasaran bertanya, "Kenapa kamu bisa punya hobi seperti ini?"
Si pria menjawab, "Ketika saya kecil, saya tinggal di daerah pantai dekat laut, saya suka bermain di laut, saya dapat merasakan rasanya laut, asin dan sedikit menggigit, sama seperti kopi asin ini, dan setiap saya minum kopi asin, saya selalu ingat masa kanak-kanak saya, ingat kampung halaman, saya sangat rindu kampung halaman saya, saya kangen orang tua saya yang masih tinggal di sana."
Begitu berkata kalimat terakhir, mata si pria mulai berkaca-kaca, dan si gadis sangat tersentuh akan perasaan tulus dari ucapan pria di hadapannya itu. Si gadis berpikir bila seorang pria dapat bercerita bahwa ia rindu kampung halamannya, pasti pria itu mencintai rumahnya, perduli akan rumahnya dan mempunyai tanggung jawab terhadap rumahnya. Kemudian si gadis juga mulai berbicara, bercerita juga tentang kampung halamannya nun jauh di sana , masa kecilnya, dan keluarganya.
Suasana kaku langsung berubah menjadi sebuah perbincangan yang hangat juga akhirnya menjadi sebuah awal yang indah dalam cerita mereka berdua.
Mereka akhirnya berpacaran. Si gadis akhirnya menemukan bahwa si pria itu adalah seorang lelaki yang dapat memenuhi segala permintaannya, dia sangat perhatian, berhati baik, hangat, sangat perduli … betul-betul seseorang yang sangat baik tapi si gadis hampir saja kehilangan seorang lelaki seperti itu!
Untung ada kopi asin !!!
Kemudian cerita berlanjut seperti layaknya setiap cerita cinta yang indah, sang putri menikah dengan sang pangeran dan mereka hidup bahagia selamanya, dan setiap saat sang putri membuat kopi untuk sang pangeran, ia membubuhkan garam di dalamnya, karena ia tahu bahwa itulah yang disukai oleh pangerannya.
Setelah 40 tahun, si pria meninggal dunia, dan meninggalkan sebuah surat yang berkata, "Sayangku yang tercinta, mohon maafkan saya, maafkan kalau seumur hidupku adalah dusta belaka. Hanya sebuah kebohongan yang aku katakan padamu … tentang kopi asin."
Ingat sewaktu kita pertama kali jalan bersama? Saya sangat gugup waktu itu, sebenarnya saya ingin minta gula tapi malah berkata garam. Sulit sekali bagi saya untuk merubahnya karena kamu pasti akan tambah merasa tidak nyaman, jadi saya maju terus. Saya tak pernah terpikir bahwa hal itu ternyata menjadi awal komunikasi kita! Saya mencoba untuk berkata sejujurnya selama ini, tapi saya terlalu takut melakukannya, karena saya telah berjanji untuk tidak membohongimu untuk suatu apa pun.
Sekarang saya sekarat, saya tidak takut apa-apa lagi jadi saya katakan padamu yang sejujurnya, saya tidak suka kopi asin, betul-betul aneh dan rasanya tidak enak. Tapi saya selalu dapat kopi asin seumur hidupku sejak bertemu denganmu, dan saya tidak pernah sekalipun menyesal untuk segala sesuatu yang saya lakukan untukmu. Memilikimu adalah kebahagiaan terbesar dalam seluruh hidupku. Bila saya dapat hidup untuk kedua kalinya, saya tetap ingin bertemu kamu lagi dan memilikimu seumur hidupku, meskipun saya harus meminum kopi asin itu lagi.
Air mata si gadis betul-betul membuat surat itu menjadi basah. Kemudian hari bila ada seseorang yang bertanya padanya, apa rasanya minum kopi pakai garam?
Si gadis pasti menjawab, "Rasanya manis."
Sumber: Google
Dan ternyata selagi ane browsing mencari cerita diatas, ane juga nemu info kalo emang ada budaya di Turki yang membuat kopi asin pada saat lamaran. Simak nih gan...
Spoiler for Kisah Di Balik Budaya Kopi Asin:
Tiap daerah memiliki kisah yang menarik untuk diceritakan, bahkan tentang budaya kopi mereka. Hampir tiap rumah di negara Turki, minuman kopi menjadi hal wajib sebagai jamuan para tamu ataupun momen-momen penting keluarga. Termasuklah proses lamaran untuk menikahi perempuan Turki, momen penting ini tidak terlepas dengan kisah menarik dari sajian kopi.
Mungkin proses lamaran di Turki ini hampir serupa dengan proses lamaran di negara-negara lainnya, namun yang membuatnya menarik adalah kisah di balik jamuan hidangan kopi. Bagaimana bisa ada ritual sajian kopi yang sengaja ditambahkan garam agar kopi terasa asin, tidak jelas kisah ini bermula, namun jika menelusuri ditemukannya Ibrik kopi pada abad awal ke 16 mungkin di abad inilah kisah kopi asin ini dimulai. Sejak saat itu ibrik kopi menjadi alat kopi wajib yang harus dimiliki tiap rumah di Turki. Dan untuk pertama kalinya, di tahun 1640 kedai kopi pertama didirikan oleh Ibrahim Pecevi.
Sekilas tentang proses lamaran pernikahan di negera Turki, seorang laki-laki yang hendak ingin menikah dengan seorang perempuan akan mengajak ayahnya untuk pergi bersama ke rumah si perempuan yang hendak ia nikahi untuk meminta izin kepada orang tua si perempuan. Sekaligus menanyakan kepada orang tua si perempuan apakah anak perempuannya sudah ada yang melamar. Jika belum ada yang melamar, kemudian dimulailah obrolan ringan yang mengarah ke perkenalan satu sama lain. Anak perempuan akan membuatkan ibrik kopi yang kemudian disajikan untuk tamu yang datang ke rumahnya, di sinilah ibrik kopi memainkan perannya. Dan biasanya, proses ini tidak hanya sekali datang kemudian orang tua si perempuan menyetujuinya, tergantung bagaimana anak laki-laki dan ayahnya meyakinkan ayah si perempuan bahwa anak laki-lakinya pantas untuk anak perempuannya.
Ada dua versi literatur yang mengkisahkan tentang proses lamaran dan kopi asin ini, yang pertama kisah Kolonel Kekaisaran Otoman adalah Osman Fevzi ketika melamar istrinya. Saat semua keluarga Osman Fevzi dan calon istrinya berkumpul untuk proses lamaran, mulailah calon istrinya membuatkan hidangan kopi untuk disajikan pada Osman Fevzi. Menjadi hal wajib seorang perempuan di keluarga harus bisa membuat ibrik kopi, namun ketidak-sengajaan calon istrinya memasukan garam menjadi budaya yang berkembang hingga sekarang. Calon istri yang khawatir Osman Fevzi akan mengatakan hal yang menyakitkan hati dan membuatnya malu, ternyata tidak. Malahan Osman Fevzi tidak menunjukkan rasa kesal sedikit pun ketika meminum kopi asin tadi. Karena Osman Fevzi tidak ingin calon istrinya malu di depan keluarga, bahkan Osman Fevzi tidak menceritakan kejadian itu hingga akhir hayatnya.
Kisah yang kedua berasal dari Cappadocia salah satu daerah di Turki, walaupun kisah ini sebenarnya hampir di tiap daerah Turki berkembang. Kisah yang berkembang dan mungkin berawal dari kisah Osman Fevzi yang begitu romantis, tidak ingin calon istrinya menanggung malu dan meminum kopi asin dengan penuh nikmat. Bedanya, berkembangnya kisah ini menjadikan kopi asin tadi, memang sengaja dimasukkan si peremppuan ke sajian kopi untuk melihat bagaimana reaksi calon suami yang ingin melamarnya. Ketika si perempuan membuatkan kopi untuk tamu yang hendak melamarnya, memasukkan garam dan disajikan kopi asin, tujuannya agar melihat bagaimana karakter laki-laki yang akan ia nikahi nanti. Jika laki-laki tersebut meminumnya dan menikmatinya maka si laki-laki menerima si perempuan apa adanya, namun jika tidak meminumnya maka si laki-laki ingin mengenalnya lebih jauh terlebih dahulu tentang si perempuan sebelum menikahinya dan begitu pun sebaliknya.
Walaupun demikian, di zaman sekarang kisah ini hanya sekadar kisah, beberapa keluarga di Turki sudah jarang melakukan tradisi ini, hanya sebagian keluarga saja yang masih menerapkannya. Maka benarlah adanya, bahwa kopi tumbuh dan berkembang berdampingan dengan budaya masyarakat yang hidup hingga kini. Tidak heran sajian kopi punya banyak penikmatnya hampir di seluruh negara.
Mungkin proses lamaran di Turki ini hampir serupa dengan proses lamaran di negara-negara lainnya, namun yang membuatnya menarik adalah kisah di balik jamuan hidangan kopi. Bagaimana bisa ada ritual sajian kopi yang sengaja ditambahkan garam agar kopi terasa asin, tidak jelas kisah ini bermula, namun jika menelusuri ditemukannya Ibrik kopi pada abad awal ke 16 mungkin di abad inilah kisah kopi asin ini dimulai. Sejak saat itu ibrik kopi menjadi alat kopi wajib yang harus dimiliki tiap rumah di Turki. Dan untuk pertama kalinya, di tahun 1640 kedai kopi pertama didirikan oleh Ibrahim Pecevi.
Sekilas tentang proses lamaran pernikahan di negera Turki, seorang laki-laki yang hendak ingin menikah dengan seorang perempuan akan mengajak ayahnya untuk pergi bersama ke rumah si perempuan yang hendak ia nikahi untuk meminta izin kepada orang tua si perempuan. Sekaligus menanyakan kepada orang tua si perempuan apakah anak perempuannya sudah ada yang melamar. Jika belum ada yang melamar, kemudian dimulailah obrolan ringan yang mengarah ke perkenalan satu sama lain. Anak perempuan akan membuatkan ibrik kopi yang kemudian disajikan untuk tamu yang datang ke rumahnya, di sinilah ibrik kopi memainkan perannya. Dan biasanya, proses ini tidak hanya sekali datang kemudian orang tua si perempuan menyetujuinya, tergantung bagaimana anak laki-laki dan ayahnya meyakinkan ayah si perempuan bahwa anak laki-lakinya pantas untuk anak perempuannya.
Ada dua versi literatur yang mengkisahkan tentang proses lamaran dan kopi asin ini, yang pertama kisah Kolonel Kekaisaran Otoman adalah Osman Fevzi ketika melamar istrinya. Saat semua keluarga Osman Fevzi dan calon istrinya berkumpul untuk proses lamaran, mulailah calon istrinya membuatkan hidangan kopi untuk disajikan pada Osman Fevzi. Menjadi hal wajib seorang perempuan di keluarga harus bisa membuat ibrik kopi, namun ketidak-sengajaan calon istrinya memasukan garam menjadi budaya yang berkembang hingga sekarang. Calon istri yang khawatir Osman Fevzi akan mengatakan hal yang menyakitkan hati dan membuatnya malu, ternyata tidak. Malahan Osman Fevzi tidak menunjukkan rasa kesal sedikit pun ketika meminum kopi asin tadi. Karena Osman Fevzi tidak ingin calon istrinya malu di depan keluarga, bahkan Osman Fevzi tidak menceritakan kejadian itu hingga akhir hayatnya.
Kisah yang kedua berasal dari Cappadocia salah satu daerah di Turki, walaupun kisah ini sebenarnya hampir di tiap daerah Turki berkembang. Kisah yang berkembang dan mungkin berawal dari kisah Osman Fevzi yang begitu romantis, tidak ingin calon istrinya menanggung malu dan meminum kopi asin dengan penuh nikmat. Bedanya, berkembangnya kisah ini menjadikan kopi asin tadi, memang sengaja dimasukkan si peremppuan ke sajian kopi untuk melihat bagaimana reaksi calon suami yang ingin melamarnya. Ketika si perempuan membuatkan kopi untuk tamu yang hendak melamarnya, memasukkan garam dan disajikan kopi asin, tujuannya agar melihat bagaimana karakter laki-laki yang akan ia nikahi nanti. Jika laki-laki tersebut meminumnya dan menikmatinya maka si laki-laki menerima si perempuan apa adanya, namun jika tidak meminumnya maka si laki-laki ingin mengenalnya lebih jauh terlebih dahulu tentang si perempuan sebelum menikahinya dan begitu pun sebaliknya.
Walaupun demikian, di zaman sekarang kisah ini hanya sekadar kisah, beberapa keluarga di Turki sudah jarang melakukan tradisi ini, hanya sebagian keluarga saja yang masih menerapkannya. Maka benarlah adanya, bahwa kopi tumbuh dan berkembang berdampingan dengan budaya masyarakat yang hidup hingga kini. Tidak heran sajian kopi punya banyak penikmatnya hampir di seluruh negara.
Sumber: Google
Well, menurut ane kisah Kopi Asin ini cukup bagus buat dijadikan renungan. Karena dalam hidup kita tidak selalu dapat yang manis-manis aja. Tapi walaupun asin dan tidak enak, kita anggap manis aja gan :lehuga